SELAMAT DATANG DI CERITA Windi.
Selamat bertemu dengan Arabela dan Erlangga.HAPPY READING YA!
“Dah sampai!” suara yang sengaja dibuat-buat seperti di film kartu “Upin dan Ipin” oleh Erlangga ketika sampai tepat di depan rumah bernuansa putih itu.
Arabela tertawa kecil sebelum turun dari motor, motor milik Erlangga itu tinggi. Motor model KLX berwarna hijau itu tidak cocok untuk Arabela yang tingginya hanya sebatas pundak Erlangga saja.
“Makasih ya, Er. Mau mampir dulu?” tawar Arabela siapa tau laki-laki didepannya ini ingin beristirahat sebentar.
“Gue langsung cabut aja. Takut kesorean nanti Bunda nyariin,” ucap Erlangga menolak dengan halus.
“Erlangga?” Tiba-tiba datang seorang wanita paruh baya yang Erlangga kenal dia adalah pemilik laundry dan setrika Shinta, dan Erlangga juga mulai tau jika wanita paruh baya itu adalah ibu dari Arabela.
“Iya, Bu.” Erlangga bersalaman dengan Shinta.
“Kok bisa sama Ara?” tanya Shinta seraya melirik anaknya sekilas.
Jika ditanya dia dekat atau tidak dengan Ibunya? Dia ingin menjawab tidak. Rasanya hanya sebatas dua orang yang hidup satu atap tanpa kasih sayang.
Menurut Ara, ibunya adalah malaikat tak bersayap. Walau terkadang dia jarang mendapatkan kasih sayang seorang ibu dari Shinta dia tetap menyayangi wanita yang melahirkannya.
“Iya, Bu. Kebetulan tadi pulang bareng,” ucap Erlangga diakhiri senyum.
Shinta mengangguk. “Oh ya. Baju kamu udah selesai disetrika, mau dibawa sekalian atau nggak?”
“Boleh, Bu. Nanti saya bawa sekalian.”
“Ya udah kalo gitu.” Shinta beralih menatao putrinya. “Kak nanti Ibu minta tolong beli gas sama galon ya.”
“Iya, Bu. Nanti abis ini langsung beli.” Arabela yang selalu dituntut untuk melakukan apapun sendiri. Siapa lagi yang bisa diandalkan untuk membantu ibunya jika bukan dirinya?
“Ya udah ibu mau keluar sebentar ada yang mau ibu beli. Nanti jangan lupa dibawa ya, Er. Ibu pamit.”
Erlangga dan Arabela kompak mengangguk. “Hati-hati, Bu,” ucap Arabela.
Shinta yang sudah jauh pasti tidak mendengar apa yang dikatakan putrinya.
“Mau bareng apa gimana?” tawar Erlangga pada Arabela. Ya, kebetulan Arabela juga akan ke warung milik ibunya seperti apa yang diperintahkan oleh Shinta.
“Boleh gue ganti baju dulu,” ucap Arabela dengan sebuket bunga mawar segar ditangannya.
“Kenapa?” tanya Erlangga melihat Arabela yang terus menatap bunga pemberiannya.
“Kalo disimpen pasti kering ya?”
“Iya. Kalo udah kering buang aja.” Ucapan Erlangga mampu membuat Arabela menatap laki-laki itu tajam.
“Enak aja. Sayang tau.”
“Sayang sama siapa?”
“Sayang sama bunganya lah.”
“Siapa tau sayang sama gue kan.”
Arabela memutar bola mata jengah. “Ya nggak lah.”
Padahal dalam lubuk hatinya yang paling dalam, dia ingin mengatakan “Iya”.
“Bilang belum gitu loh. Kita kan nggak tau kedepannya. Siapa tau lo suka gue nanti,” ucap Erlangga seraya mengedikkan bahu acuh.
“Terserah lo deh, Er.” Terkadang Erlangga tiba-tiba saja menyebalkan dimata Arabela. Selain manis, dia juga menyebalkan.
“Bisa ditanam lagi nggak ya bunganya?” ucap Arabela menatap bunga mawarnya.
“Kalo masih segar kemungkinan bisa,” ucap Erlangga.
“Kalo bisa pengen gue tanam biar nggak mati kering. Sayang banget kalo mati.” Arabela menatap sendu bunga mawarnya.
“Kalo kering nanti gue beliin lagi.”
Arabela menoleh menatap Erlangga. “Emang mau beliin gue bunga mawar setiap hari?”
“Mau. Emang ada alasan buat nggak beliin lo bunga mawar?” Erlangga menatap Arabela lekat. “Kecuali lo udah punya pacar.”
“Gue nggak punya pacar,” ucap Arabela reflek.
“Bagus. Jadi, gue bisa beliin lo bunga mawar kapanpun lo mau.”
“Emang lo mau beliin sebuket gini?” tanya Arabela seraya menunjuk bunga mawarnya.
“Mau, Ra. Sekalian gue beli setokonya kalo lo mau.”
“Sok-sok an lagi.” Arabela kembali memutar bola matanya jengah.
Erlangga terlalu banyak mengatakan omongan manis dan ternyata itu membuat dirinya ingin muntah.
“Gue sok-sok an. Mau gue beliin setokonya?” Ucapan Erlangga terdengar begitu serius.
Dia bisa saja melakukan hal itu. Erlangga bisa terbilang dari keluarga yang cukup berada. Namun, terlihat sederhana. Ayahnya yang memiliki usaha peternakan dan ibunya yang membuka toko sembako. Jangan lupakan dengan beberapa hektar sawah yang dikelola juga oleh ayah Erlangga.
“Gue nggak suka cowok sombong.”
Ucapan Arabela ternyata berpengaruh bagi hatinya. Ternyata seperti itu dibilang sombong. Padahal dia sama sekali tidak berniat untuk sombong.
“Oh. Menurut lo gue sombong ya?”
“Iya.”
“Maaf ya. Gue nggak bermaksud gitu.”
“Gue juga cuma bercanda. Gue belum mampu buat beli satu toko. Tapi kalo Lo mau bunga mawar setiap hari gue bakal beliin.” Terdengar sungguh-sungguh ditelinga Arabela.
“Yang bener?”
“Bener dong.”
“Ya udah gue masuk dulu. Lo bisa ambil baju disamping ya.” Arabela berjalan masuk melewati gerbang dikuti oleh Erlangga. Dia memilih untuk masuk dibanding meladeni omongan Erlangga.
Dia juga belum kenal lebih jauh perihal laki-laki manis ini.
****
“Lo nggak capek ya kaya gini?” tanya Erlangga membantu Arabela mengangkat galon.
“Capek gimana?”
“Capek hampir tiap hari lo ngangkatin kaya gini. Ini berat loh.”
“Kalo ditanya capek ya pasti capek, dan emang berat. Tapi kalo bukan gue siapa lagi yang bisa diandalkan buat bantu ibu. Gue cuma punya ibu dan begitupun sebaliknya,” jelas Arabela.
“Lo hebat sih. Gue salut. Sesayang itu lo sama ibu lo.”
“Kalo boleh tau lo anak ke berapa dan berapa saudara?”
“Gue anak tunggal. Karena ibu sama bapak gue udah pisah waktu gue masih SD.”
“Oh. Sorry ya gue nggak bermaksud.”
“Iya nggak papa. Gue udah biasa ditanya kaya gitu.”
“Kalo lo butuh bantuan, Lo boleh hubungi gue kapanpun.” Erlangga menatap Arabela dengan senyum simpul.
Ternyata perempuan hebat setelah bundanya adalah Arabela. Selain cantik Arabela juga mandiri ternyata.
Kali ini Erlangga merasa mulai tertarik dengan gadis depannya sekarang.
Selamat bertemu di bab selanjutnya ya.
Jangan lupa like, vote dan komen ya.Tengkyu semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Manis
Novela JuvenilPerempuan mana yang tidak terpesona dengan laki-laki berkulit sawo matang dengan senyum manis menjadikan matanya segaris, ditambah dengan sikapnya yang begitu manis pada banyak orang terutama perempuan. Arabela salah satu perempuan di sekolahnya yan...