"AYO JALAN!"
"HUAHHH! Tidak! Aku tidak mau mati!" teriak gadis berbadan kecil itu kala tubuhnya terus didorong oleh wanita berambut pendek dengan pakaian ala samurai Jepang. Kaki kecilnya beberapa kali tersandung, membuat tubuhnya menabrak orang di depannya. Orang itu hanya berbalik, menatap gadis berpakaian gaun putih selutut itu sebentar sebelum kembali menatap ke depan. Entah ekspresi apa yang dipasang orang itu, tapi gadis itu tidak peduli. Ia terus meronta-ronta di antara barisan orang yang bernasib sama sepertinya. Tidak menerima kenyataan pahit ini dan berusaha untuk memperoleh kebebasan.
"Diamm! Ayo jalan!" titah wanita itu keras.
Di sisi lain beberapa meter dari posisi mereka, kerumunan orang menonton peristiwa itu. Beberapa bersorak, yang lain tertawa. Tidak ada kesuraman dalam wajah mereka kala melihat tujuh belas orang akan jatuh. Sebagian besar bersorak "DEMI BAPAK!" Bahkan ada dua orang yang mengangkat banner sepanjang tiga meter bertuliskan "INILAH TUMBAL DEMI BAPAK FOUNDER! MUNCULLAH!"
Lahar panas terlihat beberapa senti di depan para tumbal. Kebanyakan dari mereka hanya meratapi lahar itu, sementara sisanya memandang takut akan cairan panas yang sebentar lagi menyelimuti tubuh mereka. Di sisi lain gadis kecil yang sebelumnya berteriak itu kini terdiam kaku kala menatap cairan panas itu dengan mata kepalanya sendiri. Kaki kecilnya refleks melangkah mundur. Tapi gagal akibat si wanita samurai lagi-lagi menahannya.
"Apa kita bisa mulai sekarang?" Tanya wanita lain yang berdiri di tengah kerumunan.
Lelaki di sampingnya mengangguk. "Butuh bantuan?" tanyanya..
"Jika aku menjawab tidak pun, kamu akan melakukannya," jawab wanita itu sembari tersenyum.
"Oke. Bagaimana kalo kita mulai dengan dia?" jari lelaki itu menunjuk ke arah si gadis kecil. Ia yang terkejut langsung berjalan mundur dan berteriak sebelum akhirnya ditahan juga oleh mereka berdua.
Tanpa sadar kaki gadis itu tak lagi menapak tanah. Wanita itu memegangi kedua kaki kecilnya, sementara si laki-laki memegangi kedua bahunya. Tubuhnya yang kecil membuat mereka berdua seperti sedang mengangkat bulu. Gadis itu terus meronta-ronta hingga akhirnya kedua orang itu melempar gadis itu diikuti sorak-sorai dari kerumunan.
BYURRR ...
"Hei! Aku belum siap!" Teriak gadis itu beberapa saat setelah kepalanya berhasil keluar dari dalam air. Rambut pirangnya tampak lepek dengan gaun putihnya yang basah kuyup. Napasnya cepat akibat dorongan mendadak.
"Lagian, salah sendiri teriak-teriak seperti mau ditumbalkan segala." Ujar wanita berambut pendek yang sendari tadi berada di dekatnya.
"Ini supaya terlihat lebih dramatis, Kak. Bukannya tumbal itu memang harus teriak-teriak kalau mau ditumbalkan?" ujar gadis itu membela diri.
"Tapi ga berlebihan juga," balas lelaki yang berjalan mendekati kolam renang.
"Setidaknya daripada diam membatu dengan tatapan kosong."
"Bukannya itu ekspresi yang tepat kalo mau ditumbalkan? Itukan role yang dikasih ke kita," jawab salah satu dari 16 orang yang akan diceburkan berikutnya.
"Tapi jadi ga seru!" Gadis itu cemberut dengan kedua pipi menggembung seperti ikan buntal. Tawa keras menggelegar di seluruh taman. Menambah kemeriahan malam tanpa bintang.
Seorang wanita berambut merah yang merupakan bagian dari 17 orang yang akan ditumbalkan mengulurkan tangannya pada gadis itu. "Setidaknya kamu keluar dulu sebelum masuk angin." Gadis itu meraih tangan temannya. Namun, bukannya naik ke permukaan ia justru menarik wanita itu ke dalam kolam renang setinggi satu meter. Membuat dirinya tak jadi satu-satunya orang yang basah kuyup.
![](https://img.wattpad.com/cover/361077110-288-k908807.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengampu Sang Penemu NPC
Short StoryDi awal tahun ini, sudah saatnya kita mencari sosok gaib dalam komunitas ini. Sosok yang konon katanya, jika dicari, maka akan semakin gaib. Ikuti keseruan ceritanya dalam buku ini. Cover by @shelly_fw