Ngedukun with Founder ( ͡° ͜ʖ ͡°) by rifuriqi

32 5 1
                                    

Sudah lebih dari satu dekade kepala desa hujan menghilang tiba-tiba. Ada satu pertanyaan yang selalu ditanyakan oleh para warga. Sebenarnya, ke mana Pak Sufi pergi meninggalkan mereka semua? Kenapa setelah kepergian kepala desa, hujan tidak pernah muncul lagi di desa itu? Apa sebenarnya desa hujan dikutuk?

Pertanyaan itu tiada henti diucapkan dari mulut ke mulut. Tanpa terkecuali.

"Ini bahaya kalau sampai tahun baru nanti Pak Sufi belum juga balik. Bisa-bisa seluruh warga desa kabur ke kota."

Riq melihat palang penanda selamat datang. Samar-samar dia mendengar obrolan dari warga desa yang berlalu-lalang. Seketika tangannya yang memegang kalung bawang putih itu sedikit bergetar. Begitu melihat bagaimana suasana sekitar yang sangat kering kerontang. Membuat hatinya perlahan sesak.

Ini pertama kali dia menyaksikan desa yang tidak didatangi oleh serangga sedikit pun. Setelah banyak perjalanan yang dilalui dukun itu, dirinya akhirnya tiba di tempat tujuannya. Tentu saja dalam keadaan penuh tanda tanya.

"Desa NPC," gumamnya sambil membaca gapura selamat datang di depan desa.

Desa yang memiliki nama lain sebagai desa hujan. Tempat turun-temurun yang biasanya diguyur hujan tiada henti. Kini berubah menjadi asing. Tempat yang hanya didengar Riq melalui surat kabar itu, terlihat sangat berbeda dengan apa yang digambarkan sang reporter.

Melalui mata dan kepalanya sendiri. Dia menyaksikan tempat itu tidak lagi didatangi air, sehingga tanah di sekitar retak dan pohon mulai mati secara perlahan.

"Apakah benar, tempat ini adalah tempat terakhir untuk mendapatkan kekuatan pengendalian air?" tanya Riq.

"Benar."

Tubuh dukun itu terperanjat ketika mendengar suara asing di belakangnya. Dengan cepat, dia berbalik. Dan menemukan pria berpakaian asing, memakai kacamata, sedang tersenyum sambil menenteng dua ember air.

"Desa ini adalah tempat di mana semua energi kedamaian berkumpul. Namun, setelah menghilangnya kepala desa, tempat yang biasanya dipenuhi air ini malah berubah menjadi gersang." Pria itu memejamkan matanya. Setelah dia memejamkan mata, air yang ada di ember melayang dan membentuk bola-bola kecil. "Kami percaya bahwa suatu saat ketua desa akan kembali. Walau begitu, setiap tahunnya warga desa terus berkurang. Dan air di danau pun perlahan menyusut, sangat disayangkan seluruh warga hanya dapat mengendalikan air yang masih ada, tanpa menciptakannya."

Air yang tadi melayang kini kembali ke dalam ember. Tatapan kagum tidak dapat disembunyikan oleh Riq yang masih kebingungan itu. Jantungnya berdetak lebih cepat saat menyadari bahwa desa yang sekarang ia singgahi benar-benar tempat di mana kekuatan air terlahir.

"Ngomong-ngomong namaku Rav. Hanya warga biasa, sih," ucapnya.

Riq mengerutkan kening. Dia menatap Rav yang sedang tertawa. Lalu kembali tersadar dan mencoba menyembunyikan kalung bawang putih di tangannya.

"Aku Riq. Dukun magang yang harus mencari delapan kekuatan."

Rav melotot. Lalu pria jangkung itu melepas gagang ember di genggamannya. Dia menepuk bahu Riq sambil tersenyum senang. "Kudengar klan dukun bisa memanggil orang yang hilang? Apa kamu juga bisa memanggil kepala desa?"

"Menggunakan jampi-jampi pemanggilan?" Riq melirik beberapa warga desa yang menatapnya aneh. "Kesempatannya sangat kecil. Hanya berfungsi jika orang yang dipanggil berada tidak jauh dari desa."

"Baiklah, ayo ikut aku ke kantor desa. Tidak ada satu dukun yang menuju tempat ini sejak menghilangnya Pak Sufi."

Rav merangkul Riq melintasi jalan desa. Pria itu tidak memedulikan kaleng ember yang masih tergeletak di tanah. Keduanya berjalan melewati retakan tanah dan juga ranting kering yang entah sejak kapan tergeletak di tanah.

Dukun yang memakai pakaian serba hitam itu hanya diam selama melewati beberapa rumah warga yang kosong. Dia memperhatikan pemandangan sekitar. Ternyata, kekeringan yang terjadi di desa hujan berdampak sangat parah hingga membuat orang-orang melarikan diri.

"Teman-teman, katanya dia dukun yang akan membangkitkan kepala desa." Rav berteriak.

Seluruh pasang mata yang ada di kantor desa menoleh ke arah dua laki-laki yang baru saja tiba. Seseorang yang memakai gaun panjang dan berambut biru mendekat ke arah mereka berdua.

"Apa kamu benar-benar bisa memanggil kepala desa yang menghilang?"

Setelah pertanyaan tadi diucapkan. Beberapa orang yang masih bekerja di kantor desa itu pun mulai ikut memberikan rentetan pertanyaan lainnya kepada Riq. Membuat laki-laki itu kebingungan, dirinya melirik Rav yang masih merangkul pundaknya.

"Tunggu semuanya, biarkan Riq memberitahukan metodenya," Rav berteriak, membuat semua orang terdiam.

Riq menarik napas dalam-dalam. Lalu ia merasakan energi percikan air yang sepertinya dekat dengan tempatnya berdiri. Beberapa detik terdiam, sebelum akhirnya mengangguk dan menatap warga lainnya dengan penuh percaya diri.

"Aku bisa memanggil kepala desa, tetapi dengan satu syarat." Dukun itu menghentikan ucapannya. Dia melirik beberapa orang yang memakai pakaian yang sama dengan Rav. "Aku ke sini untuk mencari kekuatan terakhir untuk menyelesaikan tugasku, yaitu kekuatan air. Sebuah kekuatan di mana hanya dapat dipelajari di dalam desa hujan. Jika boleh, aku ingin mempelajari bagaimana cara mendapatkan kekuatan air."

Setelah Riq mengucapkan perkataan tersebut. Seluruh warga desa tidak bersuara. Mereka saling pandang dan berdiskusi sebentar. Sebelum salah satu laki-laki muda yang memakai pakaian senada dengan Rav ikut berbicara.

"Baiklah."

Riq langsung berjalan ke tengah-tengah aula kantor desa. Dia berdiri di atas lantai sambil memejamkan mata. Kalung bawang putih yang ia bawa mulai dipakai di lehernya. Benar-benar sangat mencerminkan bagaimana penampilan klan dukun.

Dirinya menarik napas dalam-dalam. Lalu matanya terpejam. Dan dia mulai bergerak tanpa arah sambil berbicara sesuatu.

"Humbilahum bilahum bilahum bimbum."

Terdengar suara 'tring' saat dukun magang itu mengucapkan mantra tersebut. Seketika, hujan turun dengan deras. Riq yang mendengar suara gemercik air itu langsung membuka mata dan merentangkan tangan sambil menggelengkan kepala.

"Sing sing sang sing trung."

Mulutnya kembali berucap. Kali ini, cahaya kecil keluar dari atas plafon aula kantor desa. Riq terus mengulang menggelengkan kepala sambil tetap mengucapkan mantra tadi. Secara perlahan, seseorang yang memakai mahkota turun dari atas langit, seperti peri yang baru saja terbangun dari hibernasi.

"Kepala desa!"

Suara orang-orang terdengar. Dukun yang sedang melaksanakan ritual itu mulai bergerak secara perlahan untuk menyelesaikannya. Terakhir, dia menepuk tangan. Dan membuat mata Pak Sufi terbuka.

Ps dari Riq. Gak tau ini random banget. Kepikiran begitu karena nulis buru-buru, mengejar dedlen😭😔☝

Mengampu Sang Penemu NPCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang