15

885 56 7
                                    

Jeno bingung, hari ini Jaemin terlihat dingin padanya terkesan cuek saat ia mengajaknya bicara. Apa dirinya ada salah ya?

"Jaemin" Panggil Jeno. Pemuda itu tak merespon hanya duduk diam di kursi kerjanya sambil memainkan ponselnya.

Jeno mendekat dengan wajah merengut, tak suka jika dirinya diabaikan. Ia terus berdiri disamping Jaemin berharap mendapatkan respon. Lama ia berdiri akhirnya pemuda itu menatap nya, meski dengan raut datar.

Mereka saling bertatap tatapan dalam keheningan. Jeno menangis kesal, tak suka diabaikan.

"Kamu kenapa?? Aku ada salah? Jangan diam saja" Isaknya, Jeno menutup wajahnya dengan telapak tangan meredam tangisan nya. Tak menyadari kalau pemuda didepannya ini tersenyum tipis.

Jaemin menarik Jeno, membuat pemuda itu terduduk di pangkuannya. Mata sembab Jeno bertatapan dengan mata Jaemin.

"Gimana rasanya dicuekin?" Tanya Jaemin, ia mengelus pipi Jeno yang basah. Jeno menggeleng cepat menggigit bibirnya pelan.

"Ngga suka, maaf" Rengek Jeno. Ia baru ingat, tadi pagi ia mengabaikan Jaemin karena asik bersama dengan Renjun.

"Mau lagi?" Jeno menggeleng cepat, ia memeluk leher Jaemin.

"ngga mauu Jaeminnn" Rengek Jeno. Jaemin mengelus kepala Jeno dengan lembut.

"Baiklah" Ujar Jaemin.

Keduanya hanya diam, Jaemin masih setia mengusap surai Jeno. Keduanya menikmati kesunyian berdua.

"Sayang"

Jeno menoleh, ia gigit bibirnya menahan perasaan salting yang menyerang. Pipinya perlahan memerah membuat Jaemin tersenyum gemas.

"Lucu banget" Ujar Jaemin.

"Ish, diem deh" Ujar Jeno cemberut.

"Mau makan ngga sayang?" Tanya Jaemin. Ia mengusap pipi Jeno dengan lembut.

"Mauu" Jawab Jeno semangat. Jaemin tersenyum ia beranjak bangun. Membuat Jeno reflek memeluk lehernya. Ia menggendong Jeno ala koala lalu membawanya menuju ke dapur.

"Makan apa sayang?" Tanya Jaemin sambil mendudukkan Jeno ke kursi makan.

"Apa saja, asal bisa dimakan"

Jaemin mengangguk, ia mencium pipi Jeno sekilas sebelum mulai membuka kulkas dan memasakkan makanan.

Kemudian, makanan yang Jaemin masak sudah tersaji di atas meja. Jeno menatap masakan itu dengan antusias.

Terlihat sangat enak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Terlihat sangat enak.

Jaemin tersenyum, menatap bagaimana antusiasnya Jeno atas masakannya.

"Enak sayang?" Tanya Jaemin. Jeno mengangguk semangat, ia menatap Jaemin dengan mulut penuh makanan.

"Enakkk" Seru Jeno.

"Habiskan"

Jeno mengangguk, kembali memakan makananya dengan lahap. Ngga bisa masak? Makanya kek Jeno, cari calon yang bisa masak. Kan enak jadinya.

Sehabis makan, keduanya duduk di sofa. Sambil menonton film.

Langkah kaki yang berlari terdengar nyaring di sela sela keromantisan mereka. Keduanya menoleh kearah sumber suara.

"Hyungg..."

Seorang anak kecil datang diikuti seorang maid, anak kecil itu berhamburan kedalam pelukan Jaemin dengan senang. Jeno hanya diam menatap kearah Jaemin yang tersenyum pada bocah itu.

"Sudah makan?" Tanya Jaemin. Anak kecil itu mengangguk dengan senyum manis, tadi dia sudah dikasih makan sama maid yang mengikutinya tadi.

"Ah Jeno, perkenalkan dia Joe. Dan Joe, perkenalkan dia Jeno. Kekasih Hyung" Ujar Jaemin memperkenalkan.

Anak kecil itu, Joe menatap kearah Jeno lalu tersenyum.

"Salam kenal Hyung, aku Joe" Ujar nya. Jeno tersenyum, ia mengusap rambut Joe dengan lembut.

Joe lalu dibawa pergi oleh maid untuk kekamar ia tinggal di kamar yang ditempati para maid dan bodyguard. Bocah itu jadi kesayangan mereka semua. Dan mereka berjanji akan menjaganya dengan baik.

Jaemin juga tidak mempermasalahkan, awalnya ia ingin mengantar Joe ke panti asuhan. Tapi ternyata, kepala maid tertarik untuk merawat Joe dan semua setuju. Jadilah dia tetap disini.

"Jadi, bagaimana kamu bisa kenal sama Joe?" Tanya Jeno penasaran. Jaemin bercerita awal mula ia bertemu dengan anak kecil itu.

Jeno membulatkan mulutnya tak percaya. Dijadikan pemuas nafsu? Tidak punya otak!!

"Marah, itulah yang aku rasakan saat itu. Aku memang kejam, tapi kalau untuk memperkosa aku tidak sanggup. Aku lebih baik langsung membunuhnya dari pada memperkosanya" Ujar Jaemin, ia mengusap rambut Jeno. Menatap tunangannya yang tampak marah setelah mendengar ceritanya.

"Tenang sayang, tempat pelelangan itu sudah rata dengan tanah bersama seluruh isinya. Yah kecuali para sandera" Lanjut Jaemin. Jeno menatap berbinar kearah Jaemin.

"Kamu memang bisa diandalkan" Ujar Jeno lalu kecium pipi Jaemin.

Jaemin hanya tersenyum, memeluk Jeno membawa namja itu ke pangkuannya. Tangan Jeno terangkat untuk memeluk leher Jaemin. Keduanya diam dengan posisi ini, merasa nyaman.

"JAEM!.... WAH ANJIR!! MESRAAN MULU KALIAN"

Teriakan terdengar, membuat keduanya menoleh. Ada haechan dan kedua uke nya yang berjalan mendekat.

"Dih, Iri" Cicit Jeno.

Jaemin terkekeh pelan, ia mengusap kepala Jeno dengan lembut laku menatap kearah ketiganya yang sudah duduk disofa depan mereka.

"Ada apa Chan?" Tanya Jaemin.

Haechan yang sedang menatap Jeno malas langsung merubah wajahnya menjadi serius. Menatap kearah Jaemin dengan lekat.

"Winter ada di Korea" Ujar Haechan. Jaemin berhenti mengusap kepala Jeno.

TBC..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mr. Psychopath || JaemjenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang