Bab 08

224 7 0
                                    

Terimakasih Tuhan karena aku masih diberi keluarga dan sahabat yang selalu ada di sisiku. Aku sangat bersyukur. Ayah, Ibu, kak Nira, Mina terimakasih, tanpa kalian aku tidak akan kuat seperti ini.

"Dor, ngapain lu Nta malem-malem diteras ngelamun? Lu masih kepikiran Rio ya? Yang sabar ya Nta?" Tiba-tiba Mina datang mengejutkan aku.
"Eh nggak kok, gue nggak mikirin Rio. Gue cuma lagi bersyukur, karena masih punya keluarga dan sahabat kaya lu yang selalu ada buat gue." jawabku dengan sedikit sesenggukan.

"Oh, kirain mikirin apa? Cup cup cup, nggak usah sesenggukan gitu dong. Ya pasti lah keluarga lu selalu ada, mereka kan sayang sama lu Nta." Ucap Mina.

"Ini tadi ibu lu buat pisang goreng, dimakan ya." tambah Mina sambil menyodorkan pisang goreng hangat itu kepadaku.
"Wah enak nih udara dingin gini diangetin pake pisang goreng." Aku langsung mengambil pisang goreng dari piring yang disodorkan Mina.

"Mau lebih hangat, Nta?" tanya Mina.
"Emang bisa??". tanyaku penasaran.
"Bisa lah, sini-sini deket sama gue, peluk gue dijamin lebih hangat, hahaha.."jawab Mina asal.

"Gila lu Na, jangan ngadi-ngadi lu. asal amat kalo ngomong."
"Hahaha... ya katanya lu butuh kehangatan."
"Nggak gitu juga kali dasar lu, udah nih lu juga makan pisang gorengnya. Aaaaa." aku menyuapi pisang goreng ke mulut Mina, supaya nggak asal ngomong lagi.

"Udah yuk masuk, udah malem nih gue ngantuk, besok kan mesti balik ke kota."Ajakku setelah pisang goreng abis tak tersisa kami sikat.
"yuk lah, gue tidur di kamar lu kan Nta?" tanyanya sambil menyeringai genit.
"Iya lah masa lu mau sekamer sama orang tua gue. Nggak mungkin lah." jawabku asal.
"Asiikk kita sekamar." Mina semakin menyeringai penuh makna.

""Eits jangan senang dulu nyonya, di kamarku ada dua tempat tidur, kan bekas kak Nira. hahaha." jawabku
"Yah, kirain kita tidur seranjang." ucap Mina sambil manyun.

"Ayah, ibu kita tidur duluan ya." pamitku ke ayah dan ibu yang sedang menonton tv di ruang tengah.
"Oh, iya kalian kan mesti bangun pagi. Ya udah sana masuk kamar." Jawab Ayah.
"Ini selimut buat nak Mina." sambung ibu, sambil menyerahkan selimut ke Mina.

"Loh kok Mina aja bu yang dikasih selimut, aku mana?" ucapku cemburu, karena ibu lebih perhatian sama Mina.
"Lah bukannya kamu nggak betah pake selimut, toh selama ini kamu kan kalau tidur nggak pake selimut. Aneh." jawab ibu.
"Udah sana masuk, terus langsung tidur ya, istirahat, supaya besok kalian fit buat nyetir." sambung ibu.

Kami pun masuk kamar. Dikamarku terdapat dua tempat tidur single bed. Kamar ini dulunya kamarku dan kak Nira. Karena kak Nira sudah berkeluarga dan sudah tak tinggal disini, dan aku pergi merantau ke kota jadi kamar ini kosong.

"Lu tidur di situ ya, gue disini. Awas lu macem-macem."Ancamku ke Mina sambil menunjukan tempat tidurnya.
"Gue cuma minta satu macem Nta, hehehe." jawab Mina.
"Udah tidur jangan ngomong yang nggak-nggak. Gue ngantuk." Ucapku sambil naik ke ranjangku, terus langsung tidur tak menghiraukan Mina.
"Iya iya gue tidur." jawab Mina.

"Rio, Rio, Rio jangan tinggalin aku. Aku sayang sama sama kamu Riii, please balik ri, aku ga sanggup tanpa kamu."
"Nta, bangun Nta lu nggak papa kan? Lu mimpi Rio ya?"tanya Mina sambil membangunkanku. Mina menyadarkan ku. Kulihat jam masih menunjukkan pukul satu dini hari. Mina menyodorkanku air putih untuk ku minum supaya lebih tenang.

"Hiks hiks huhuhu." Aku menangis teringat Rio. Mina memelukku menenangkanku
"Udah Nta ada gue disini, lu nggak sendirian. Gue yakin Rio nggak suka liat lu kayak gini Nta," hibur Mina.
"Tidur lagi ya Nta." tambah Mina.
"Lu tidur sini ya Na, gue takut mimpi buruk lagi." aku mengajak Mina untuk tidur bareng di ranjangku.
"Ya udah gue tidur sini. Udah yuk tidur lagi." ajak Mina sambil menguap.

Tanpa sadar aku tertidur sambil memeluk Mina. Rasanya nyaman, dan hangat, aku merasa aman karena Mina ada didekatku. Aneh selama ini aku merasa risih bila Mina mendekatiku, tapi sekarang kenapa aku merasa nyaman?? Ah sudah lah aku harus tidur. Besok pagi harus balik ke kota dan melanjutkan hidupku.

Waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi, aku bangun dengan hati-hati karena Mina masih tidur memelukku. Aku memandangi wajah Mina, sahabat yang selama ini ada untukku. Aku membetulkan anak rambut yang menutupi sebagian wajahnya, "Cantik" gumamku, tanpa sadar aku mencium kening Mina.

"Makasih ya Na, udah mau jadi sahabatku, aku sayang kamu." ujarku dalam hati dan aku mencium kening Mina lagi untuk kedua kalinya. Melihat Mina tersadar, aku pura-pura memejamkan mata.

"Sinta, gue sayang sama lu, gue nggak mau lu sedih, gue mau lu kuat. Gue akan selalu menunggu lu sampai lu mau sama gue." ucap Mina pelan. Dan tiba-tiba Mina mencium pipi dan keningku.

" Nta, bangun nta udah pagi, nanti kita kesiangan ke kota , cepet mandi gue tunggu di depan ya." Mina membangunkan ku.
"Hoaaamm, iya bawel. gue udah bangun nih." jawabku pura-pura menguap.

"Sebelum berangkat ke kota, kalian sarapan dulu, biar kuat nyetir sampe kota." kata ibu.
"Iya bu, ini kita mau sarapan. Ibu masak apa nih enak bener keliatannya." jawabku tak sabar untuk menyantap masakan ibu.
"Makasih bu." jawab Mina, dia duduk disebelahku dan langsung menyantap sarapan yang disediakan ibu.

"Ayah mana bu nggak keliatan." tanyaku.
"Itu biasa, ayah kan kalo pagi suka mandiin burungnya. Tuh liat." jawab ibu sedikit kesal dengan kebiasaan ayah. Kami hanya bisa tersenyum.

"Ayah, ibu, kami pamit dulu ya, makasih udah sayang sama Sinta." aku pamit.
"Iya hati-hati ya nak, kabarin kalau udah sampai kontrakan." jawab ayah.
"Hati-hati ya kalian, jangan ngebut. Oh ya ini ibu buatin bekel buat dijalan." Ibu memberikan bekal makanan buat kami, dan memeluk kami bergantian.

"Dah Ayah, Ibu, aku sayang kalian". Pamitku sekali lagi dari dalam mobil.
"Yuk jalan pir." perintahku ke Mina sambil tersenyum mengejek, karena Mina yang pertama nyetir mobil.
"Baik nyonya." jawab Mina sedikit sebal.

Dalam perjalanan aku dan Mina ngobrol ngalor-ngidul, ngobrolin apapun. Kami sepertinya tidak kehabisan bahan obrolan.

Setengah perjalanan aku tawarkan untuk bergantian menyetir mobil, tapi Mina menolak karena masih kuat katanya.
"Makasih ya Na, lu selalu ada buat gue. Lu bahkan rela bolos kantor cuma buat jagain gue." Aku sunggunh-sungguh berterimakasih ke Mina. Tanpa sadar aku menyentuh tangan kiri Mina yang sedang berada di kopling mobil.

"Iya sama-sama. Gue kan sayang sama lu" Jawab Mina sambil tersenyum manis.
"Gue juga sayang sama lu Na, lu kan sahabat terbaik gue."
Senyum Mina langsung pudar, berganti cemberut.  Aku pura-pura ga tau dan memalingkan wajahku menghadap keluar jendela, menatap jalanan yang belum terlalu ramai.

"Huft..." kudengar Mina menghembuskan nafasnya.

#thanks sudah membaca cerita Sinta dan Mina. Vote dan komen ya.. Gomawoo.

Sahabat & CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang