Bab 37

75 4 0
                                    

Pov Mina

Entah apa yang aku lakukan tadi pagi, aku mencium kening Sinta. Ah sebel kenapa aku nggak bisa menahan perasaan ini sih.

Sedikit cerita, aku pindah ke kota ini karena kalian tau sendirikan cerita Sinta kemarin. Ya aku dipaksa Argha untuk meninggalkan Sinta. Dia mengancamku akan menghancurkan kehidupan Sinta kalo aku nggak ninggalin dia saat itu.

Aku tak berpikir panjang. Kutinggalkan dia malam itu juga, karena ku tau Argha nggak main-main dengan ancamannya. Sedih sudah pasti, tapi mau nggak mau aku harus meninggalkannya.

Papi dan Mami bingung melihat sikapku malam itu. Aku menjelaskan ke mereka cerita sebenarnya. Mereka maklum dengan keputusanku.

Papi dan Mami kebetulan mempunyai rumah di kota ini. Jadi malam itu juga kami pindah ke kota ini. Entah apa yang aku rasakan malam itu. Aku sangat mencintai Sinta, tapi demi kebaikannya aku rela untuk meninggalkannya.

Sejak malam itu aku tak napsu makan, aku tak mau melakukan aktifitasku. Aku hanya berdiam diri di kamar, hingga aku sempat dirawat di rumah sakit lumayan lama karena penyakit ku sedikit serius. Bahkan aku sempat tak sadarkan diri beberapa hari.

Setelah keluar dari rumah sakit aku belum bisa beraktifitas seperti biasa, tapi aku harus memaksa diriku untuk bangun dan bangkit. Aku nggak mau selalu menyusahkan Papi dan Mami.

Aku pun diminta Papi untuk mengelola salah satu perusahaannya di kota ini. Aku dengan senang hati menerimanya, aku ingin punya kesibukan, supaya nggak melulu memikirkan Sinta.

Sampe suatu hari aku membutuhkan seorang sekretaris, aku membuka lowongan. Tak kusangka dari sekian banyak lamaran, aku melihat berkas lamaran milik Sinta. Aku tak percaya kenapa dia bisa nyasar ke kota ini.

Karena yang kutau Sinta akan menikah dengan Argha, tapi kenapa dia sampe ke kota ini. Dan sampe mencari kerja pula. Ah sudahlah, aku tak mau memikirkannya.

Jujur aku senang karena bisa bertemu dengannya lagi. Hari itu aku tak sengaja melihat dia akan menaiki lift. Aku tak mau dia melihatku. Aku buru-buru masuk lift.

Sebenarnya hari ini jadwalku hanya meng-interview calon sekretarisku. Sinta aku taro di urutan terakhir interview, aku sengaja. Setelah semua calon sekretaris selesai aku interview tiba saatnya giliran Sinta.

Aku sengaja nggak menampakkan diri di hadapan Sinta. Aku memberi pertanyaan dengan memunggunginya. Sebenarnya aku kangen banget sama dia, pengen rasanya kupeluk dia seperti dulu. Ah Mina kamu harus menahan perasaan ini.

Dan kuputuskan untuk menerimanya menjadi sekretarisku. Modus sih, aku pengen selalu deket dengannya lagi seperti dulu. Ah egois memang, tapi aku nggak bisa jauh dari dia.

Dan betapa kagetnya aku ketika tau kami bertetangga sekarang. Rasanya seneng banget, tapi aku berusaha terlihat biasa-biasa aja. Sebel kan, padahal udah deket banget tapi nggak bisa kaya dulu lagi.

Malam itu aku diundang Tante Sari untuk makan malam bersama dirumahnya. Tante Sari ingin mengucapkan terimakasih karena sudah menerima Sinta bekerja di kantorku.

Seneng banget, rasanya nggak sabar makan bareng mereka. Pas dateng kerumah tante Sari kulihat Sinta pengen mandi dia hanya memakai pakaian santainya. Ah kangen banget ngeliat dia memakai pakaian rumahan seperti itu.

Sinta nggak banyak berubah, dia masih Sinta yang dulu, hanya saja dia terlihat lebih cantik sekarang.

Oya sebenarnya Lucky bukanlah pacarku, dia hanya anak sahabat Papi yang sudah aku anggap kakak. Lucky sangat baik. Dia sudah tau cerita semuanya. Dia bahkan menawarkan diri untuk membantuku menjadi pacar pura-pura ku.

Tak pikir panjang aku menerima tawaran Lucky untuk pura-pura menjadi pacarku. Kami bermesraan ketika Sinta ada di dekat kami, setelah Sinta jauh aku dan Lucky pun bersikap seperti biasa saja.

Lucky juga tau hubunganku dengan Sinta seperti apa sekarang, dia hanya mendukung semua pilihanku.

"Kamu tuh Min, dia udah disini sekarang. Kenapa nggak deketin dia lagi aja sih?" Tanya Lucky.
"Apa sih Kak, au ah." jawabku. Ya aku memanggil Lucky kak, karena emang Lucky sudah ku anggap sebagai kakak ku sendiri, nggak lebih.

"Kalo gitu Sinta aku jodoin sama Sandi ya. Kamu nggak papa kan?" Tanyanya sambil tersenyum.
"Terserah kak Lucky aja. Tapi aku pasti jamin Sinta pasti menolak Sandi."

"Hahaha... bilang aja kamu masih ada rasa sama Sinta. Kamu cemburu kan kalo Sinta deket sama orang lain. Hahaha..."
"Nggak kok nggak, udah yuk pulang." Jawabku mengalihkan pembicaraan.

"Nta, aku pulang duluan ya." Pamitku ke Sinta.
"Oh iya, silahkan" Jawab Sinta sedikit kaku karena melihatku bergandengan tangan dengan Lucky.

"Udah ayo katanya mau pulang." Lucky mengajakku pulang bareng pas sampe lobi.
"Kak Lucky duluan aja, aku masih ada perlu."

"Gimana sih, tadi nelepon minta dijemput, sekarang bilang ada keperluan lain. Ya udah lah aku duluan ya." Lucky pergi meninggalkanku sendiri di lobi.

Sebenarnya aku menelepon Lucky hanya pengen tau gimana reaksi Sinta melihatku jalan dengan orang lain. Kulihat tadi reaksinya seperti yang aku harapkan. Dia terlihat gugup. Kamu manis Nta kalo kamu kaya gini.

Aku menunggu Sinta di depan gedung kantor, karena aku ingin pulang bareng dia hari ini.
"Nta udah selesai kerjaannya?"
"Eh, kok kamu masih disini Na?"

"Hehehe..."
"Bukannya tadi kamu mau pulang bareng Lucky?" Tanyanya bingung.

"Tadi Lucky nerima telepon, katanya dia ada keperluan mendadak jadi nggak jadi pulang bareng dia deh." Jawabku berbohong.

"Oh gitu, ya udah kamu tunggu sini, aku ambil mobil dulu."
"Oke, jangan lama-lama ya."
"Sip.."

Beberapa menit menunggu Sinta datang dengan mengendarai mobilnya. Dia turun dari mobil dan mempersilahkan aku masuk mobil terlebih dahulu. Sweet banget kamu Nta. Batinku

Di dalam mobil kami terlihat canggung, tak ada yang memulai pembicaraan. Hmmm rasanya jadi ngantuk. Aku memejamkan mata, ya aku tertidur di mobil.

Kurasakan jemariku digenggam oleh Sinta. Aku ngerasa kaget, tapi kutahan dan berpura-pura masih tertidur. Sayup-sayup kudenger Sinta mengucapkan sesuatu. Tapi aku nggak denger jelas.

"Hooaaamm... Eh maap Nta, aku ketiduran."
"Eh iy iya...kamu pasti cape ya."
Aku hanya mengangguk.

"Kita mampir makan dulu ya, aku nggak mau kamu sakit lagi."
"Eh nggak usah Nta, langsung balik aja. Tadi aku udah pesen sama mba dirumah buat belanja keperluan dapur. Aku pengen masak aja Nta."

"Oh gitu, ya udah kita langsung balik aja."
"Kamu temenin aku makan ya, Nggak enak makan sendirian. Nanti aku masakin makanan kesukaan kamu."

"Nggak usah Na, aku bisa makan dirumah aja."
"Yah, ya udahlah kalo gitu aku jadi males makan."
"Eh jangan gitu Nta, kamu harus makan. Ya udah aku temenin kamu makan."

"Nah gitu dong. Makasih Nta."
Setelah beberapa menit kamipun sampe di rumah.

"Bentar ya Na, aku pulang dulu bentar mau ganti baju sekalian ijin ke orang rumah."
"Oke jangan lama-lama ya."
"Sip..."

Akupun masuk rumah dan berganti baju. Buru buru aku ke dapur untuk memasak makanan kesukaan Sinta. Belum selesai aku memasak Sinta udah dateng.

"Eh cepet banget Nta, belum selesai nih aku masaknya. Tunggu ya."
"Tadi katanya jangan lama-lama, sampe aku nggak sempet mandi. Cuma ganti baju aja."

"Hahaha... bilang aja kamu kangen masakan aku kan Nta."

Sahabat & CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang