Bab 32

84 5 0
                                    

Om Agus adalah salah satu sahabat terbaik ayah, mereka bersahabat sejak masih duduk di bangku sekolah menengah. Karena tugas sebagai seorang abdi negara, om Agus sekarang tinggal di kota M.

Dulu Aku dan orang tuaku sering main ke rumah om Agus. Sama seperti orang tuaku  Om Agus memiliki 2 orang anak juga. Bedanya Mereka sudah berkeluarga dan sekarang ikut suami masing-masing. Sekarang Om Agus hanya tinggal berdua dengan istrinya.

Selama perjalanan menuju rumah Om Agus, aku terus berpikir apa yang akan terjadi besok?. Pasti Ayah dan ibu akan menanggung malu karena aku pergi meninggalkan pernikahanku secara mendadak seperti ini.

Ah hari sudah pagi, tak terasa aku kuat nyetir beberapa jam sampe pagi gini tanpa istirahat. Sesekali aku mengirim pesan ke Ayah, gimana keadaan disana, tapi pesanku nggak dibalas sama Ayah. Aku berharap keadaan disana baik-baik saja.

Setelah beberapa jam perjalanan akhirnya aku sampe di kota M. Sebelum ke rumah om Agus aku mampir ke salah satu tempat makan di pinggir jalan, karena perutku mulai merasa lapar.

"Mang pesen nasi ramesan tambah tempe mendoan, minumnya teh manis anget ya." Aku memesan makan.
"Nggih mba."

Beberapa menit menunggu, pesananku datang, aku dengan lahap memakan nasi ramesan dengan lahap, karena sejak semalam aku belum mengisi perutku. Setelah selesai makan dan membayar, aku langsung melanjutkan perjalananku ke rumah om Agus.

Akhirnya sampe juga di rumah om Agus. Aku disambut hangat oleh mereka.

"Akhirnya sampe juga nak Sinta. Tadi Ayah kamu menelepon om, katanya kamu mau tinggal disini. Om seneng banget kamu mau tinggal disini nak Sinta. Ya kan bu?" Om Agus meminta persetujuan istrinya.

"Tentu Pak, Ibu seneng ada yang nemenin ibu, kalo bapak lagi pergi tugas." Saut tante Sari.

"Makasih, om tante udah bolehin Sinta tinggal disini."

"Ya udah yuk masuk, kamu pasti capek kan nyetir semalaman." Tante Sari mempersilahkan aku masuk rumah mereka.

"Kamu mandi dulu, biar seger, terus nanti sarapan bareng tante Sari. Kebetulan Om ada tugas pagi ini. Om pamit ya. Kamu kalo perlu apa-apa bilang aja jangan sungkan."

"Iya om, sekali lagi makasih om, tante."

"Ini kamar kamu nak Sinta, kamu mandi dulu ya biar seger. Tante tinggal ke belakang dulu nak."

"Makasih tan, Sinta mau istirahat dulu aja."
"Oh gitu ya sudah kamu istirahat dulu, tante tinggal ya." Ucap Tante Sari sambil menutup pintu kamarku.

Aku mengeluarkan beberapa baju dari koper untuk ku pakai pagi ini. Ah rasanya aku harus mandi sekarang biar seger, setelah itu istirahat sebentar.

Hari sudah beranjak siang, aku ke belakang menemui tante Sari.
"Eh nak Sinta sudah bangun. Sini nak makan dulu, kamu pasti laper kan?" Tante Sari menawarkan aku makan.

"Makasih Tante, Sinta jadi ngerepotin tante." Aku merasa nggak enak hati telah merepotkan Tante Sari.

"Nggak kok nak, udah ayok sini makan bareng sama tente." Tante Sari menuangkan nasi dan lauk pauk ke dalam piring untukku.

Kami makan sambil ngobrol ringan. Ternyata Tante Sari orangnya enak diajak ngobrol, nyambung.

Selesai makan aku membantu mencuci piring bekas kami makan tadi.

"Oh ya nak Sinta, kebetulan di perusahaan Wijaya tbk. ada lowongan pekerjaan sebagai sekertaris, nak Sinta mau nggak?" Ucap tante Sari menawarkan aku pekerjaan. Padahal aku baru aja sampe. Tapi gak papa lah daripada di kota ini aku bengong gak ada kerjaan dan gak tau mau ngapain, mending aku terima aja tawaran dari tante Sari.

"Mau tante, besok Sinta langsung kesana buat ngelamar. Makasih ya tan, udah kasih info kerjaan ke Sinta." Jawabku mantap,tanpa pikir panjang langsung mengiyakan.

"Iya sama-sama. Kebetulan tadi ada temen tante nawarin pekerjaan buat anak tante, tapi kan mereka sudah menikah. Nah kamu kan masih single kayanya cocok." Tante Sari menjelaskan alasannya menawarkan pekerjaan ini untukku.

"Wah makasih Tan, tante Sari emang the best." Aku berterimakasih ke tante Sari karena sudah memperbolehkan aku tinggal disini, dan sekarang aku ditawari pekerjaan pula.

Esok paginya aku sengaja bangun pagi. Setelah mandi dan bersiap-siap akupun berpamitan ke om dan tante.
"Om, tante aku berangkat dulu ya, doain supaya diterima."

"Pagi-pagi sekali kamu berangkatnya Sin, sini sarapan dulu." Om Agus mengajakku sarapan.
"Nanti aja di mobil om, takut keduluan yang lain. Aku bawa roti aja gapapa kan Om?" jawabku sambil meminum teh hangat dan mengambil beberapa potong roti untuk bekal ku di mobil.

"Ambil aja nak, buat bekal kamu. Bu siapin kotak bekal buat nak Sinta." Ketika tante Sari hendak beranjak dari tempat duduknya,
" Ga usah repot-repot Om tante, aku bawa gini aja. Aku langsung pergi ya Om Tante." Pamitku langsung mencium tangan Om Agus dan Tante Sari.
"Oh ya sudah hati-hati nak, jangan ngebut ya. Semoga kamu diterima kerjanya." Om Agus mendoakan aku tulus.

"Aamiin.." Jawabku dan tante Sari berbarengan.

Berbekal alamat yang diberikan tante Sari, dan panduan jalan dari hp ku, akhirnya aku sampe di perusahaan yang dimaksud tante Sari.

Aku melangkah dengan keyakinan bahwa aku akan diterima kerja disini. Ternyata perusahaan Wijaya tbk. cukup besar. Tempatku interview di lantai empat. Dengan segera aku menuju lift yang akan membawaku ke lantai empat.

Sekilas aku melihat sosok yang aku kenal di lift seberang. "Ah mungkin cuma mirip saja" batinku.

Pintu lift tertutup, di dalam lift aku nggak sendiri, ada beberapa orang yang juga yang akan interview sama sepertiku.

"Eh, tau nggak katanya bos disini janda muda. Cantik tapi Galak. Dia nggak segan segan mecat orang yang kerjaannya nggak becus" Ucap salah satu wanita didepanku.

"Masa sih, dia kan cantik gitu. Salah orang kali kamu" Seseorang menanggapi ocehan wanita tadi.

"Kita liat aja nanti." jawab wanita tadi.
Glek. Galak. Duh jadi ciut nih nyaliku, begitu denger obrolan dua orang tadi.

Ting.
Pintu lift terbuka, semua orang yang di dalam lift bergantian keluar.

Beberapa menit menunggu, akhirnya interview pun dimulai. Aku kebagian urutan terakhir. Oh nasib...Bakalan tambah deg-degan ini mah.

"Tenang Sinta tenang, kamu pasti bisa dapet kerjaan ini" Aku menyemangati diriku sendiri.

Setelah beberapa lama aku menunggu, ternyata sekarang giliran namaku dipanggil juga
"Sinta Maulida Putri silahkan masuk."
Giliranku tiba, aku pun masuk ke dalam ruang interview.

Didalam ruangan ternyata bosnya sendiri yang akan mewawancarai calon sekretaris pribadinya.

"Silahkan duduk nona Sinta." suara bos yang sedang mempunggungiku mempersilahkan aku duduk.

Suara itu, sepertinya aku nggak asing denger suara itu.

"Terimakasih bu," Aku menjawab sopan.

Sesi tanya jawab pun dimulai. Aku menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan melihat punggung bos saja. Ya dia tidak sama sekali tidak memutar kursinya. Dia hanya sibuk melihat berkas resume yang ada di tangannya.

"Baik, dari semua kandidat calon sekretaris yang tadi sudah saya interview, sepertinya hanya kamu yang cocok menjadi sekretaris saya." Dia tiba-tiba memutar kursinya.

Ya Tuhan kejutan apa ini. Mina... ya Mina yang akan menjadi bos ku.
"Mi..mi..na" Aku tergagap kaget tak percaya melihat Mina tepat di depanku.

"Ya aku Mina. Gimana kabar kamu Nta?" Mina menanyakan kabarku.
"Ba... ik, kamu sendiri?" Jawabku masih tergagap. Ah malu-maluin banget deh.

"Seperti yang kamu lihat." Mina menjawab sambil memutar badannya, memperlihatkan kalo dia dalam keadaan sangat baik.



#hai- hai makasih ya yang masih setia baca cerita Sinta dan Mina. Tetap vote dan komen ya.... Gomawo



Sahabat & CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang