EIGHTEENTH

3.9K 253 5
                                    

Gelandra dan Fero masih berada di dalam ruang osis, tidak memperdulikan sebuah ketukan di luar sana yang terus memanggil nama Gelandra. Masih tenggelam dalam rengkuhan satu sama lain meluapkan semua rasa rindu.

Fero melepaskan tautan itu menatap Gelandra dengan lamat, tangannya yang mengalung apik di leher suami besarnya itu berpindah mengelus wajah Gelandra.

"Udah ya marah nya, Gw bener-bener nggak bisa lu diemin kaya gini Fero." Gelandra kembali menitikan air matanya menatap tepat kearah mata Fero seakan-akan ingin memberi tau seberapa sakitnya dia. Fero terkekeh Gelandra si ketua osis yang paling di segani ini ternyata bisa menjadi lemah hanya karna kemarahan Fero. Menghapus air mata yang mengalir di pipi Gelandra lalu mengecupnya.

"Gw minta maaf." Gelandra lagi-lagi meminta maaf untuk kesekian kali.

"Iya gw maafin, tapi lu harus janji jauh-jauh dari Thania, gw nggak suka sama dia, gw benci dia mulai sekarang." Gelandra mengangguk menyetujui permintaan suami kecilnya, dan memang dirinya juga dari awal tidak pernah suka dengan Thania, manusia yang terobsesi dengan dia secara belebihan.

"Udah sana selesain semua kerjaan lu dulu, dari tadi juga ada yang manggil-manggil nama lu terus." Gelandra mengangguk, kerjaan dia jadi ketunda karna harus menuruti Thania.
"Gel nanti gw pulang ke rumah Mami ya." Gelandra menatap kearah Fero dengan tatapan memohon, dia nggak suka dengan kata-kata ini.

"Bukan mau kabur kok beneran, tapi gw kangen Mami. Lagian juga kan lu nya pasti pulang malem, gw selalu kesepian di rumah nggak ada temen." Gelandra memeluk lagi tubuh kecil itu, merasa bersalah karna udah selalu mengabaikan Fero.

"Beberapa hari ini gw pulang ke rumah Mami dulu ya! Sampe lu bener-bener udah selesai, nanti kalau lu udah bener-bener selesai semua kerjaan, jemput gw ke rumah Mami!" Sebenarnya Gelandra tidak iklas tapi dia tidak bisa egois, Feronya selalu merasa sendiri beberapa hari ini karna dia terlalu sibuk. Mengangguk menyetujui atas permintaan Fero dan memberi sedikit kecupan pada bibir semerah cery itu.

"Ya udah gw balik kekelas dulu." Fero berjalan menjauh setelah mendapat persetujuan dari sang suami berjalan kearah pintu membuka kuncinya lalu berlalu menjauh dari ruangan itu.

Sebelum benar-benar pergi Fero bersimpangan dengan Thania, seseorang yang menjadi pusat masalah dia dengan Gelandra. Menyenggol dengan sengaja bahu wanita tadi yang seperti nya ingin ebrulah lagi mendekati Gelandra. Menahan tangan Thania untuk berhenti tepat dihadapannya dan menatapnya nyalang.

"Jadi cewe itu nggak usah murahan." Thania dengan santainya menatap ke arah Fero juga, dengan tangan yang di lipat di dadanya berucap sombong.
"Kalo misalkan gw murahan terus lu mau apa? Denger ya Fer! Apaun yang gw pengen harus gw dapetin." Thania mengibaskan rambutnya kehadapan Fero yang mana langsung di tangkap dan ditarik sehingga membuat Thania berteriak kesakitan. Fero menarik rambut panjang Thania untuk mendekat kearah dia.

"Lu juga harus denger ya nenek lampir, Gelandra itu punya gw dan nggak boleh di sentuh orang lain, apalagi sama manusia hina kaya lu ini." Melepas jambakannya dengan sedikit kasar, bebera helai rambut Thania ada di tangannya dan langsung dia bersihkan. Mendekat lagi kearah Thania yang keadaanya sudah seperti gembel pingir jalan.

"Gw ingetin sekali lagi sama lu Thania, lu boleh murahan ke semua orang tapi nggak dengan Gelandra. Sekali lagi gw liat lu bersikap berlebih ke dia, gw nggak perduli mau lu cewe atau bukan, lu bakal abis di tangan gw." Setelahnya Fero beralalu meninggalkan Thania dengan segala emosinya. Berteriak seperti orang gila mengeluaran beberapa kata kasar untuk Fero.

Berusaha untuk menormalkan emosinya dan merapihkan rambutnya, berjalan kearah ruang osis dimana tempat Gelandra berada. Menghampiri Gelandra yang sedang pusing dengan beberapa berkas di tangannya. Thania benar-benar sudah gila dengan berana berdiri tepat didepan Gelandra dengan tak tahu malunya.

I Can & I WillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang