TWENTY-FOURTH

4.2K 217 11
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
Masa libur Sekolah telah usai, Gelandra dan Fero benar-benar menghabiskan waktu untuk berbulan madu ke kota menara Iffel itu. Hari ini mereka sudah memasuki masa sekolah lagi dengan suasana yang baru dan kelas baru. Berada diakhir tingkatan menuju kedewasaan yang menanti. Tahun ini akan berbeda dengan tahun-tahun yang lalu, karna saat ini Gelandra memiliki seseorang di sampingnya untuk dia bimbing.

Berjalan memasuki ruangan yang sebentar lagi akan dia tinggalkan, duduk di kursi jabatannya untuk mengurus sesuatu. Semua anak osis akan sibuk mengurus kepengurusan baru. Masa pensiun Gelandra dan anggota osis lainnya sudah dekat. Mempersiapkan semua hal yang akan disiapkan agar semua susunan acara berjalan dengan lancar. Semua kandidat sudah ditentukan, siswa yang terpilih untuk menjadi Ketua dan Wakil Ketua Osis adalah anak-anak yang berprestasi, semua pilihan ada di tangan seluruh warga sekolah kini.

Ini memang baru hari pertama mereka masuk sekolah namun semua tugas sudah menumpuk pada mejanya. Gelandra lelah dia rindu dengan suami kecilnya itu, mereka hanya bertemu tadi pagi berangkat sekolah. Gelandra mengistirahatkan tubuhnya bersandar pada sandaran kursi, memijat pelipisnya merasa lelah dengan tugas-tugas itu.

Ketukan pintu mengalihkan semua ekstensi Gelandra, menyuruh seseorang di luar untuk masuk dengan sendirinya karna dia benar-benar sedang malas untuk sekedar berjalan. Sebuah kepala terlihat dari balik pintu, tersenyum kearah Gelandra dengan cerahnya. Berjalan mendekat kearah pria tampan itu dengan sekantong plastik di tanganya. Gelandra belum menyadari kalau orang itu telah ada disampingnya. Mata Gelandra masih terpejam menikmati istirahatnya.

Gelandra merasakan tepukan pelan pada pundaknya, mendongak untuk melihat seseorang yang telah mengganggu waktu istirahatnya. Niat awal yang ingin menyumpah serapahi seseorang itu dia urungkan setelah tau siapa yang menghampirinya. Bibirnya terangkat membentuk senyuman, menarik tubuh itu untuk mendekat kearahnya dan memeluknya.

"Tumben kamu kesini?" Gelandra mencium aroma yang menjadi candu untuknya, meraup oksigen dengan rakus ketika wangi tubuh itu berada tepat di indra penciumannya.

"Pengen ngasih kamu makan, kamu kalo udah fokus sama kerjaan kamu suka nggak Inget makan, nanti sakit lagi kaya waktu itu siapa lagi yang susah?" Gelandra tertawa mendengar semua penuturan Fero.

"Ternyata kamu so sweet juga ya." Semakin menenggelamkan wajahnya dan mengusal di perut Fero yang sedang ia peluk. Fero melepaskan pelukan itu yang mana membuat Gelandra protes akan tindakannya. Namun Fero tidak perduli dia malah asik menata makanan yang dia bawa di atas meja kerja Gelandra. Memberikan sumpit kepada Gelandra untuk memakan makanan yang telah dia bawa.

"Kok cuma satu?" Gelandra menatap Fero yang hanya diam menatapnya.

"Aku nanti aja belom terlalu laper."Tangan Fero tiba-tiba ditarik oleh Gelandra untuk duduk di pangkuannya, menyumpit sebuah pangsit dan di arahkan ke mulut Fero.

"Kami ngingetin aku makan tapi kamunya sendiri juga belom makan." Fero menerima suapan itu dan tersenyum kearah Gelandra.

Mereka menikmati makanan itu bersama dengan Gelandra yang terus menyuapi Fero layaknya bayi yang belum bisa makan sendiri begitu pun dengan Fero yang juga menyuapi Gelandra. Saling bercanda ria seperti pasangan yang sangat bahagia.

Pintu ruang osis terbuka lagi seseorang masuk dan terkejut dengan apa yang dia lihat. Fero yang juga tidak kalah kaget melompat dari pangkuan Gelandra dan berdiri dengan tubuh tegang di sisi Gelandra.

"Anjir lu berdua ngapain?" Fero hanya bisa tersenyum kikuk sedangkan Gelandra tetap memasang wajah datar.

"Untung yang masuk gw coba kalo yang laen? Mau bilang apa kalian coba?"

"Mau apa Cel? Nganggu aja lu." Marcel jalan mendekat kearah mereka dan memberikan suatu berkas kepada Gelandra.

"Biasa tugas lagi buat lu." Gelandra melihat berkas itu dengan malas, ingin rasanya dia cepat-cepat pensiun dari jabatan ini.

"Ohh iya nanti jangan lupa ada rapat ya bapak ketua, saya sebagai wakil anda akan selalu mengingatkan." Gelandra malas dengan segala penuturan Marcel, kuping dia panas jadinya dengerin semua ocehan dia.

"Oke klo gitu pangeran yang tampan ini ingin menemui Cinderellanya dulu, bye bye kawan ku, ingat jangan berzina disini kalian, dosa." Gelandra menendang kaki Marcel agar cepat pergi, Marcel terkekeh dan berlari meninggalkan dua manusia bucin itu.

Pintu ruang osis terbuka ketika Marcel ingin keluar, menampilkan sosok Thania dengan tatapan tak sukanya menatap kearah Fero. Feropun tak mau kalah dia menatap wajah menjengkelkan itu dengan tatapan yang tajam, tangannya menggenggam tangan Gelandra dengan erat, memamerkan kebisaannya kepada musuh didepannya.

Thania menggeram jengkel didalam hati, namun dia harus tetap kelihatan anggun dimata Gelandra. Thania berjalan Semakin mendekati Gelandra dan Fero, dua kancing teratasnya sengaja dia buka yang menampilkan belahanan dadanya. Memberikan Gelandra selembar surat untuk ditandatangani. Tangannya dengan sengaja menyenggol sebuah pulpen hingga pulpen itu terjatuh tepat disamping kaki Gelandra. Menunduk mengambil pulpen itu dengan gerakan yang sensual.

Fero melihatnya, melihat bagaimana wanita didepannya ini sedang berusaha untuk merayu suaminya. Dasar wanita murahan. Gigi Fero menggeretak karna kesal. Dia dengan cepat mengambil pulpen yang ingin di ambil Thania tadi. Memberikannya kepada Gelandra dan menyuruhnya untuk cepat menandatangani surat itu.

"Ngambil pulpen aja lama banget, gimana kalo kerja? Pantes kerjaannya selalu nggak pernah beres." Fero sengaja menyindir Thania yang sekarang sedang mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuhnya.

"Nih udah gw tanda tangani lu bisa pergi sekarang." Gelandra menyerahkan surat tadi kepada Thania lagi, Fero tersenyum kemenangan, tidak akan pernah ada yang bisa melawan Fero jika itu urusannya dengan Gelandra.

Thania masih belum nyerah dia mengambil surat tadi dan dengan sengaja menggenggam tangan Gelandra yang juga memegang suratnya. Fero bertambah marah dia tiba-tiba menarik tangan Gelandra dari genggaman Thania dan dibawa tubuh kecilnya untuk kembali duduk pada pangkuan suami besarnya itu. Mengalungkan tangannya pada leher suaminya dan melirik kearah Thania.

"Lu mau make cara murah ya Than? biar gw tunjukkin gimana jadi murahan yang sesungguhnya." Detik berikutnya Gelandra dikagetkan dengan aksi Fero yang menciumnya tepat di depan Thania. Terus melumat bibir atas dan bawahnya dengan tangan yang bergerak sensual pada bahunya. Bagian tubuh bawahnya juga ikut bermain untuk menggodanya sesuatu dibawah sana. Dia tersenyum disela ciumannya ketika melihat ekspresi kesal dari wajah Thania.

Thania menggeram marah melihat ini. Dia pergi dari ruangan itu dengan perasaan yang sangat marah. Dia benar-benar marah kali ini dan akan membuat perhitungan kepada Fero.

"Bangsat Fero Bangsat, lu liat aja nanti Anjing, gw biarin dulu lu seneng-seneng, tapi abis ini lu bakalan liat kehancuran dirilu sendiri." Terus berjalan dengan segala teriakannya yang membuat semua orang bingung dengan dirinya. Sepertinya Thania benar-benar sudah sakit jiwa.
.
.
.

Fero berhenti melakukan aksinya ketika dia melihat Thania sudah pergi meninggalkan ruangan ini. Turun dari pangkuan Gelandra dan merapikan pakaiannya.

"Mau kemana kamu ini nggak mau dilanjutin dulu?" Gelandra bingung melihat Fero yang seperti ingin pergi meninggalkanya.

"Selesai in sendiri dulu ya, aku mau kekelas bye bye suamiku nanti kita ketemu dirumah." Fero meninggalkan Gelandra begitu saja dengan keadaan yang sudah horny parah.

"Fero tanggung jawab dulu kamu hey Fero......" Gelandra mengusak rambutnya Frustasi. Berlari kearah kamar mandi khusus anggota osis untuk menuntaskan hasratnya. Liat aja nanti di rumah tidak akan dia biarkan Fero lari dari dirinya lagi.

.
.
.
.
.

Kasian mantu aku main sendirian wkwkwkwk

Nih yang minta aku up

Padahal aku hari ini lembur

Kebut banget ini sumpah ngetiknya.

Pulang kerja jam 9 dan start ngetik dari jam set 10. Jadi ya hanya ini yang bisa ku tampilkan

Jangan lupa vote dan coment biar aku makin semangat bikin ceritanya.

I Can & I WillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang