THIRTIETH

6K 270 23
                                    

Hiruk pikuk suara saling bersahutan dalam satu tempat. Menampilkan beberapa orang dengan bakat yang ada dalam diri untuk memeriahkan jalannya acara. Busana-busana yang mereka gunakan sungguh sangat indah untuk dipandang. Senyuman bahagia terukir disetiap bibir yang kita temui, tak ada satupun seseorang yang menampilkan raut wajah kesedihan. Dengan beberapa tangkai mawar yang diberikan khusus untuk mereka dari sang panita menambah kesan mewah untuk penampilan mereka.

Acara memang belum sepenuhnya dimulai namun semua rasa haru itu mulai terasa dari sekarang. Masa SMA adalah salah satu masa yang paling menyenangkan bagi semua orang. Dimana kita bisa merasakan semua rasa yang ada ketika pertama kali kita menginjak masa remaja. Pintu kedewasaan mulai terbuka untuk mereka, langkah selanjutnya menuju ke kehidupan yang sebenarnya telah dekat, kini hanya ada kenangan dalam diri masing-masing untuk masa sekarang, mereka tidak akan tahu hal apa yang akan terjadi pada mereka setelah ini.

Deretan siswa berprestasi berjejer rapi diatas panggung acara, dengan selempang bertuliskan congratulations menyampir indah di bahu masing-masing dari mereka. Gelandra disana berdiri tapat di tengah-tengah kumpulan sisawa berprestasi, menampilkan senyuman yang begitu indahnya yang mampu membuat semua orang terpana seketika. Gelandra sekali lagi menempati posisi pertama untuk siswa angkatannya. Pemandangan yang sudah biasa bagi semua orang termasuk Gelandra sendiri.

Sebenarnya ada satu pandangan lagi yang membuat semua orang terpaku. Seseorang yang beberapa bulan ini sangat jarang mereka temui berdiri ditengah-tengah kerumunan siswa dengan sebuah buket bunga ditangannya. Dengan tubuh yang mulai berisi dan juga perut bulatnya Fero saat ini menjadi bahan bisikan semua orang. Namun dia tidak perduli lebih mementingkan memotret sang suami disana dengan ponsel pintarnya.

Sebenarnya Gelandra sudah melarang Fero untuk datang ke acara karna keadaan Fero yang sekarang tengah hamil besar. Namun Fero tetap Fero, anak keras kepala sepertinya tidak bisa membuat Gelandra berkata tidak lagi. Alhasil disini lah dia, berdiri bersama teman-temannya yang lain dan menjadi pusat perhatian seketika.

Namun sepertinya sekarang Fero menyesali ke ngeyelan nya akan kata-kata Gelandra. Dia merasa lelah sekarang dan perutnya terasa mulas. Mencari tempat duduk untuk menormalkan kakinya yang mulai terasa pegal.

"Lu gpp Fer?" Sakti melihat kearah Fero yang seperti kelelahan itu bertanya untuk memastikan. Semuanya jadi ikut menatap Fero yang tengah terduduk pada salah kursi.

"Perut gw tiba-tiba mules." Semuanya menatap Fero dengan horor, bergerak panik seperti gerombolan semut yang terkena air. Sara panik dari teman-temannya malah semakin membuat perut dia merasa mulas. Merasa sesuatu dorongan dari dalam sana seperti ada yang ingin keluar.

"Dihh Fer jangan brojol disini Fer aduh lah bangsat." Fero semakin tertekan mendengarnya semua ocehan teman-temannya itu. Menjambak Rambut Marcel yang sedari tadi tidak berhenti berbicara.

"Dari pada lu kebanyakan ngoceh mending panggilin Gelandra buat gw sekarang." Jambakan pada rambut Marcel tambah kuat ketika rasa itu datang lagi. Kericuhan mulai menyebar kesemua orang, mereka juga menjadi panik melihat pemandangan didepannya. Marcel dengan yang tidak kuat dengan jambakan Fero pun akhirnya berteriak memanggil Gelandra yang mana semakin membuat suasana jadi ricuh.

"GELANDRA TOLONG INI SUAMI LU MAU BROJOL HEHH GW YANG DIJAMBAKIN MULU DARI TADI BANGSAT." Gelandra yang mendengar teriakkan Marcel dari sama dengan panik berlari turun panggung kearah Fero. Berusaha melepaskan tangan Fero dari rambut Marcel namun tidak bisa. Alhasil dia membawa Fero kerumah sakit dengan Marcel yang tetap menjadi korban jambakan Fero.
.
.
.
.
.
.
.
.
Semua orang dengan cemas menunggu di kursi tunggu tepat didepan ruang operasi Fero. Gelandra tidak bisa berhenti bergerak gelisah
Dalam dudukannya, disampingnya ada Marcel dengan tampilan yang sudah acak-acakan, rambut dan baju yang sudah tidak tertata lagi layaknya gembel dipinggir jalan. Sedari tadi dia tidak berhenti menggerutu sambil mengelus-elus kepalanya yang terasa sakit. Fardan selaku pacarnya pun lebih mementingkan Fero dari pada dirinya, berdecak kesal kepada semua dalam hati dia berkata. "Suaminya aja siapa kenapa jadi gw yang kena Jambak?"

Namun walau Marcel sedikit dongkol dengan Fero karna telah menjambaknya tapi dia tidak kalah khawatir dengan semua teman-temannya itu. Matanya sedari tadi tidak berhenti untuk melirik kearah ruangan dimana terdapat Fero di dalamnya.

"Gimana Fero?" Para orang baru saja tiba, Gelandra menggeleng untuk memberikan jawaban bahwa operasinya belum selesai.

"Udah tenang aja Gel! Fero sama Cucu mami pasti nggak kenapa-napa ya Lyn?"

"Iya Gel kamu tenang aja." Gelandra hanya mengangguk untuk menjawab semua perkataan Mama dan mertuanya itu, walaupun dia tau Feronya tidak akan kenapa-napa namun tetap saja rasa khawatir itu tetap ada.

Sudah hampir satu jam lamanya Fero berada didalam, jantung Gelandra semakin dibuat tidak karuan, tangannya selalu mengepal merapalkan doa untuk suami kecilnya dan juga sang buah hati.

Suara tangis bayi terdengar hingga keluar ruang, semuanya berseru senang dengan Gelandra yang sekarang sudah menangis di pelukan sang Mama. Menangis begitu hebatnya saking bahagia, buah hatinya dan Fero telah datang ke dunia berhasil untuk menemui mereka berdua.

Beberapa menit setelahnya ruangan itu terbuka menampilkan seorang dokter dengan beberapa noda darah pada jubahnya. Menghampiri mereka semua dan membuka masker nya yang mana langsung menampilkan senyuman terindahnya.

"Selamat ya tuan Gelandra sekarang anda sudah menjadi ayah. Kalian bisa melihat tuan Fero ketika dia sudah kami pindah keruang rawat bersama anak kalian, kalau begitu saya permisi dulu." Dokter itu berlalu untuk menyiapkan sesuatu. Gelandra berlutut diatas lantai menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk anugrah yang terlah diberikan tuhan kepadanya. Bukan hanya Gelandra yang bahagia disana semua nya juga ikut bahagia atas kelahiran buah hati Gelandra dan Fero.
.
.
.
.
Sebuah ruangan dominan dengan warna putih itu menjadi tempat peristirahatan Fero untuk sementara, dengan tubuh yang masih lemas pasca operasi Fero berusaha membuka matanya untuk melihat sekeliling. Di sampingnya dia bisa melihat Gelandra yang sedang tersenyum kearahnya dengan tangan yang tiada henti mengelus lembut kepalanya.

"Udah bangun cantik?" Fero tersenyum kearah Gelandra dan mengangguk, matanya berkeliaran kemana-mana mencari sesuatu.

"Baby lagi dibuat rebutan sama Oma-oma nya mungkin sebentar lagi dibawa kesini." Fero mengangguk lagi dan beri bangkit untuk duduk. Gelandra membantunya, mengambil segelas air dan diberikan kepada Fero.

Suara seretan pintu terbuka mengalihkan tatapan mereka. Bisa Fero lihat seorang bayi lucu didalam gendongan mertuanya.

"Ehhh Papa Fero udah bangun itu, baby mau ketemu Papa Fero? Iya? Aduh lucunya cucu aku." Mama Kailyn berjalan mendekat kearah Fero dan memberikan bayi itu didalam Gendongannya. Fero menangis haru melihatnya, perpaduan antara wajahnya dan Gelandra dapat dia lihat dari wajah anaknya. Pipi bulat itu membuat Fero gemas sendiri hingga memberikan sebuah ciuman tiada henti. Gelandra juga tersenyum melihat sebuah moment yang Gelandra tidak akan pernah lupakan untuk selamanya.

Tangan besarnya beralih untuk mengelus tubuh kecil dalam gendongan suaminya. Matanya berkilau menandakan dia sangat bahagia. Mengecup pelan dahi Fero dan mengucapkan terimakasih dengan sedalam-dalamnya.

"Btw siapa ni nama anak kalian?" Gelandra menoleh kearah Marcel yang bertanya, menatap kearah Fero lagi dan mengambil alih bayi itu kedalam Gendongannya.

"Gelfia Feralyn, putri kecil Ayah dan Papa, selamat datang di dunia ini cantik." Lengkap sudah kebahagiaan Gelandra dengan Fero dan putri kecil disampingnya, dan dia akan berusaha selalu memberikan kebahagiaan untuk keluarga kecilnya. Begitupun dengan Fero dia akan berusaha menjadi Papa dan suami yang selalu baik dalam hal apapun. Kisah mereka akan selalu berlanjut dan akan dipastikan mereka selalu mendapatkan kebahagiaan.

END
.
.
.
.
.
.
.

Halo semua sesuai sama yang aku bilang kemarin, kalo ini bab terakhir dari kisah Gelandra dan Fero.

Terimakasih buat semua yang udah dukung aku dalam penulisan novel ini.

Aku minta maaf kalau aja ada kata-kata yang kurang berkenan dihati kalian semua.

Maaf kalau misalkan endinnya nggak sesuai sama harapan kalian.

Sampai ketemu di karya aku lainnya.

Terimakasih...........
.
.
.

Salam sayang dari aku

Tertanda

Okta_Ay

I Can & I WillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang