TWENTY-NINETH

3.5K 198 7
                                    

Hari terus berlalu, dan bulan pun terus berganti, kini masa kehamilan Fero telah mencapai waktu ke 5 bulan. Gelandra menjadi lebih over protektif dari sebelumnya. Fero juga melanjutkan sekolahnya di rumah, namun dia tetap menjadi siswa SMA GMM karna koneksi dari kedua orang tua dan para mertuanya. Semua guru sekarang sudah mengerti siatuasi antara Gelandra dan Fero, sedikit kaget waktu pertama kali mereka mendengar kabar ini. Pasalnya Gelandra dan Fero adalah siswa dengan beda kepribadian, yang mereka tau Gelandra dan Fero itu selalu bermusuhan karna sifat Fero yang tengil dan suka berbuat onar sering memancing amarah Gelandra sebagai ketua osis. Namun ternyata takdir tidak bisa terelakan, bahkan sekarang dua muridnya itu akan menjadi orang tua.

Liburan tengah semester juga sudah berlalu dan ujian kelulusan sudah didepan mata, sekarang Gelandra jadi sering pulang sore lagi karna harus ikut kelas tambahan. Fero sekarang lagi nunggu kepulangan Gelandra di sofa ruang tamu dengan berbagai macam cemilan di pangkuannya. Selama hamil Fero emang jadi lebih sering ngemil, mungkin bawaan baby nya juga. Lelehan air mata tiba-tiba mengalir dari matanya menuju ke Pipi. Menangis tanpa suara Karna mulutnya sedang penuh dengan semua makanan yang masuk. Gelandra yang baru saja pulang dan melihat suaminya menangis itu menjadi panik dan langsung berlari ke arah Fero berada. Meletakkan sepatu yang dia tenteng dan juga tas sekolahnya yang seberat dosa author itu pada sofa single yang tidak berpenghuni. Mencoba menanyakan keadaan Fero dan juga memberikan kata-kata penenang untuknya.

"Kenapa sayang?" Fero menatap kearah suaminya itu dan menangis lebih kencang lagi. Gelandranya semakin dibuat panik melihatnya, apakah dia punya salah? Atau ada yang salah dengan dirinya hingga Fero menangis sebegini hebat?

"Kenapa si sayang udah dong nangisnya, aku ada salah ya? Apa ada yang salah dari aku?" Fero menggeleng tidak membenarkan semua pikiran Gelandra untuk dirinya. Dia memeluk tubuh itu dan menuntaskannya semua tangisnya pada dada bidang suami besarnya. Meletakan tangan besar itu keatas perutnya yang mulai membesar. Gelandra mengelusnya perut itu dengan sayang menyalurkan rasa nyaman untuk suami kecilnya dan juga untuk sang buah hati.

Fero melepas pelukan itu dan mendongak ke arah Gelandra dengan bibir yang dilengkungkan kebawah. Gelandra dengan peka kembali menanyakan ada apa sebenarnya dengan suaminya ini. Fero menunjuk kesalah satu media elektronik yang sedari tadi dia tonton, menampilkannya sebuah serial drama Korea yang Gelandra pun tak tau itu apa.

"Guwon nya jadi abu Gelan huwaaa."  Kembali menangis dengan kencangnya memeluk tubuh Gelandra kembali. Gelandra menghela nafas dia kira Fero manangisi sesuatu yang serius ternyata dia hanya menangisi salah satu pemeran dalam sebuah drama.

"Just Drama Fero!" Fero memukul bahu Gelandra ketika dengan santainya Gelandra bilang itu hanya sebuah Drama, walaupun bener si. tapi Gelandra nggak tau apa-apa perasaan dia ketika menontonnya. Nonton Drama itu juga harus pake perasaan biar feel nya dapet.

"Kamu mah nggak tau apa-apa, dasar orang mati rasa." Gelandra terkekeh dengan semua ucapan suami kecilnya itu, mengecup singkat bibir Fero yang sedang melengkung kebawah dan dilumatnya sebentar.

"Aku emang mati rasa ke yang lain, tapi kalo ke kamu enggak." Fero berusaha untuk tidak tersenyum, mendorong tubuh besar Gelandra supaya dia tidak bisa melihatnya yang sedang salting ini. Namun dari segi manapun Gelandra tetap akan sadar dengan tingkah Fero. Melihat senyum yang ditahan itu dan pipi yang memerah membua Gelandra gemas sendiri.

"Apa kamu liat-liat?" Fero masih berusaha untuk tidak tersenyum, dan Gelandra dibuat tertawa kencang dengan ekspresi yang Fero berikan. Sebuah pukulan di terima Gelandra lagi dari Fero karna telah berani menertawakannya. Gelandra menyerah dan memeluk tubuh itu dengan gemasnya, mengusalka kepalanya di ceruk leher Fero layaknya sedang menggoda seorang bayi.

"Lucu banget siii, suami siapa ini? Suami siapa?" Seluruh tubuh Fero penuh dengan kecupan-kecupan dari Gelandra yang mana membuatnya merasa geli dan tertawa. Gelandra berhenti dari aksinya dan menatap lamat Fero yang sekarang sedang menormalkan nafasnya karna lelah tertawa. Fero dengan perut bulat nya benar-benar membuat Gelandra jatuh untuk kesekian kalinya. Feronya selalu indah, mau bagaimana pun kondisinya, Fero akan tetap menjadi makhluk Tuhan yang paling indah menurut Gelandra.

I Can & I WillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang