TWENTY-SEVENTH

3.5K 196 9
                                    

Gelandra terbangun dari tidurnya karna merasakan sesuatu yang tidak enak pada dirinya. Berlari kearah kamar mandi memuntahkan semua isi perutnya. Fero juga ikut terbangun karna kaget dari gerakan tiba-tiba Gelandra, menyusul suaminya itu dan membantunya dengan memijat belakang lehernya.

"Kamu gpp Gel? " Raut khawatir tertera di wajah Fero. Gelandra mengangguk dan membasuh mulutnya yang terasa pait sekarang, badannya melemas berusaha untuk menggapai Fero, menumpu kepalanya pada bahu tubuh yang lebih pendek itu. Memeluknya menghirup wangi dari suami kecilnya itu yang ajaibnya bisa membuatnya merasa lebih baik. 

Fero membawa tubuh lemas Gelandra kembali pada kasur, berjalan kearah dapur untuk membuat segelas teh hangat untuk Gelandra. Kembali menuju kamar dan memberikan teh hangat tadi kepada suaminya itu.

"Udah mendingan?" Gelandra mengangguk dan kembali memeluk tubuh kecil itu, entah kenapa Gelandra hanya ingin terus berada didekat suami kecilnya, ingin terus Fero ada didekatnya tidak boleh berjauhan bahkan satu meter saja. Fero terkikik geli ketika nafas Gelandra menyapa kulit lehernya, melepas pelukan itu membawa tubuh sang suami kembali berbaring dengan dirinya yang ikut berbaring juga.

"Tidur lagi ya! ini masih jam 2 pagi." Fero mengusap rambut Gelandra agar anaknya bisa terlelap kembali, sesekali dia mengecup pucuk kepala suaminya ini untuk memberikan rasa nyaman. Suara nafas Gelandra telah kembali normal menandakan dia sudah kembali tertidur dengan lelap. Fero menyusulnya dengan cepat karna dia juga memang masih mengantuk, semakin mengeratkan pelukannya mencari kenyamanan.

.

.

.

.

Selama di sekolah mood Gelandra selalu berubah-rubah, tiba-tiba menangis entah karna apa, dan diam ketika Fero datang, nanti dia tiba-tiba marah, nanti tiba-tiba jadi happy lagi, nangis lagi, ngebuat seluruh teman-teman sekelasnya jadi pusing. Semuanya dibuat melongo melihat tingkah Gelandra termasuk para Guru. Gelandra yang sekarang beda jauh dengan Gelandra yang biasanya mereka lihat.

Jam istirahat kedua berbunyi, Fero mendatangi suami besarannya yang rewel itu ke kelasnya. Kakinya melangkah dengan semangat menyusuri koridor sekolah. Bisa dia lihat sekarang Gelandra yang sedang menumpuk kepalanya diatas meja dengan beberapa isakan disana. Gelandranya yang sekarang benar-benar menggemaskan. Jalan mendekat kearah Gelandra menarik kursi disampingnya dan duduk menyamakan posisi.

Satu tangannya mengelus kepala Gelandra lembut memberikan kata-kata penenang dan ajaibnya tangisan Gelandra langsung terhenti. Gelandra menatap Fero dengan cengirannya. Matanya menyipit dengan gigi-gigi rapinya terpampang jelas.

"Ferooo cantiknya Gelandra." Dengan cepat mood Gelandra berubah lagi, berhambur ke pelukan Fero dan mengusalkan kepalanya di ceruk leher Fero. Fero terkikik geli dan berusaha untuk melepaskan kepala Gelandra dari lehernya.

"Kekantin yuk aku laper." Fero menatap Gelandra dengan mata yang berbinar, Gelandra pun mengangguk semangat menarik tangan kecil itu dan berjalan dengan riangnya kearah kantin sekolah.
.
.
.
.
.
Semua pandangan tertuju kearah satu meja, tatapan heran semua berikan untuk satu orang yang sedari tadi merengek layaknya anak kecil.

"Ihhh Fero Gelandra nggak mau makan sayur, nggak suka sayur, huhuhu Ndak mau sayur." Asal kalian tau hal yang di rengekan Gelandra hanya sepotong sawi yang tidak sengaja ada  di mangkuk Mie Ayamnya, Hanya Sepotong dan dia menangis seperti akan mati jika memakan sawi itu. Marcel, Winy dan Sakti sudah pusing sedari pagi melihat kelakuan Gelandra hari ini. Marcel dengan kesal mengambil potongan sawi tadi dan memakannya.

"Nih Gel lu liat cuma sebiji aja lu repotin, biasanya juga lu singkirin sendiri elah repot amat." Gelandra melotot kearah Marcel yang memakan sawi tadi, memukul-mukul leher Marcel agar memuntahkannya.

I Can & I WillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang