TWENTY-SIXTH

3.6K 214 11
                                    

Gelandra berlari tergesa-gesa masuk kedalam rumah sakit dengan Fero digendongannya. Berteriak meminta tolong kepada siapapun yang ada di sana. Salah satu perawat menghampirinya dengan sebuah bangkar di dorong kearahnya. Meletakkan tubuh Fero diatasnya dan ikut mendorong dengan sesekali memanggil suami kecilnya itu berharap Fero akan sadar. Fero dibawa ke Unit Gawat Darurat atau dengan singkatannya ya itu UGD. Berpisah didepan pintu karna dia tidak diperbolehkan masuk.

Tangannya terus menggenggam merapalkan doa agar Feronya tidak kenapa-napa.

Gelandra terus bergerak gelisah sudah 20 menitan Fero diberi tindakan namun sang Dokter belum juga keluar untuk memberinya kabar.

"Gelandra gimana kondisi Fero?" Mami Aerin datang menghampiri Gelandra dengan raut wajah yang khawatir. Gelandra yang sedari tadi menahan untuk tidak menangis luruh sudah ketika dia melihat wajah Mami Aerin yang sebegitu khawatirnya.

"Ma-Maafin Gelandra Mi hiks, maafin Gelandra Karna belom bisa jadi suami yang baik buat Fero, maafin Gelandra Karna nggak bisa jagain Fero dengan benar hiks, Gelandra minta maaf." Segala penyesalan Gelandra ungkapan, dia merasa bersalah akan semua kejadian Fero selama ini, harusnya dia bisa dengan benar-benar menjaga Feronya.

Mami Aerin memeluk tubuh menantunya itu, dia tidak pernah kepikiran sama sekali untuk menyalahkan Gelandra, dia tau seberapa hebat Gelandra menjaga anaknya. Mengelus punggung tegap itu untuk memberi ketenangan.

"Gelandra suami yang baik buat Fero, jangan ngomong kaya gitu nanti Mami dimarahin sama Fero." Mami Aerin menghapus airmata yang ada di pipi Gelandra memberikan rasa ketenangan tersendiri untuknya. Mama Kailyn memeluk tubuh suaminya merasa terharu dengan sikap anaknya yang sangat-sangat Dewasa. Dia bangga kepada Gelandra.

"Mami yakin Feromu nggak kenapa-napa kita tunggu kabar dari dokter ya jangan nangis lagi." Gelandra menarik nafas dalam-dalam untuk meredakan tangisannya, menormalkan nafasnya mempercayai semua kata-kata Mami Aerin.

Pintu ruangan terbuka menampilkan seorang dokter dengan setelan Jas putih dan beberapa berkas di tangannya.

"Apakah suami pasien ada?" Gelandra jalan mendekat kearah dokter setelah mendengar panggilan itu

"Saya dok." Sang dokter tersenyum kearahnya, menyerah amplop berwarna coklat dan diterima baik olehnya.

"Pasien tidak apa-apa, dia hanya pingsan karna sakit di perutnya." Gelandra bingung, jika Fero hanya pingsan kenapa harus selama ini untuk memeriksanya.

"Coba kamu buka dulu berkas itu, ada hadiah didalamnya." Gelandra membuka sebuah plastik mika dengan gambar hitam hampir di keseluruhannya, ditengahnya terdapat bulat putih yang Gelandra paham apa artinya itu, jangan kalian lupa kalau Gelandra ini memiliki IQ diatas rata-rata.Gelandra tak ingin menerka-nerka jadi dia menatap dokter itu tadi untuk memastikan.

"Iya bener saat ini pasien sedang mengandung, rasa sakit dari perut pada pasien tadi itu dirasakan karna perutnya mengencang akibat terlalu banyak gerak, jadi saya sarankan untuk semua memperhatikan lagi pasien dalam setiap gerakannya, Karna dia juga seorang pria, kehamilan pada pria sangat rentan, berbeda dari kehamilan wanita." Gelandra menangis lagi, dia melihat kearah hasil USG tadi dengan tatapan berbinar. Itu anaknya, ada hasil cintanya dengan Fero didalam sana. Dan suanapun menjadi haru karna ini.

Sang dokter mempersilahkan mereka untuk masuk. Feronya masih terlelap, Gelandra mendekat duduk tepat disamping Fero berbaring, menggenggam tangan kecil itu dengan erat. Mengecupi beberapa kali  serta ucapan terimakasih terus terucap dari bibirnya. Matanya mengeluarkan airmata lagi, airmata bahagia yang terus-menerus menetes, hatinya bergemuruh senang dia menunggu cantiknya untuk bangun dan memberi tahu kabar ini.
.
.
.
.
.
.
.
Thania dibawa kesatu ruangan yang gelap. Fardan benar-benar mengamuk sekarang, menghempas tubuh Thania kelantai yang kotor. Winy dan Sakti berusaha untuk menahan Fardan agar tidak menambah masalah.
Marcel mendekati pacarnya yang sedang emosi dan menggenggam tangannya yang terkepal erat.

I Can & I WillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang