TWENTY-EIGHTH

3.4K 188 4
                                    

"ANAK BANGSAT" Teriakan menggema diseluruh rumah. Seorang laki-laki berjalan cepat menyusuri tangga menuju kamar sang anak. Membuka pintu dengan kasar membuat orang didalamnya kaget. Sang Ibu yang mendengar teriakan suaminya itu pun mendekat untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Laki-laki tadi berjalan mendekat kearah sang anak yang sedang dengan asiknya berbaring diatas kasur dengan ponsel di tangannya. Menarik tangan itu dengan kasar untuk turun dari atas kasur. Emosinya tidak stabil, kedua tangannya mengepal dengan erat, dada yang naik turun dengan nafas yang memburu membuat semua orang yang ada disana ketakutan.

"SEJAK KAPAN AYAH NGAJARIN KAMU JADI WANITA MURAHAN THANIA?" Ayah Thania melemparkan semua foto yang dia dapat tadi kearah sang anaknya. Thania kaget melihatnya, darimana sang Ayah mendapatkan Foto ini? Foto itu adalah foto dimana dia berada di hotel dengan beberapa laki-laki yang berbeda, dan juga beberapa Foto ketika dirinya dan Fero bertarung di toilet sekolah beberapa hari lalu.

"Yah ini bukan Thania." Thania masih berusaha untuk mengelak, namun bukannya dapat kepercayaan Thania malah mendapatkan tamparan keras dari sang Ayah.

"Masih mau bohong kamu Thania, jelas-jelas ini kamu. Dan juga Ayah udah liat semua Vidio kamu sama semua laki-laki kamu itu. Dan gara-gara kamu Ayah di pecat dari kerjaan Ayah." Nafas Ayah Thania masih memburu, sang Ibu berusaha untuk menenangkan sang Suami.

" Kenapa jadi gara-gara Thania kamu di pecat Yah? Kan itu nggak ada kaitannya sama pekerjaan kamu." Sang Ibu berusaha untuk bertanya sepelan mungkin agar sang Suami tidak kembali emosi.

"Ini gara-gara anak kamu cari gara-gara sama menantu dari Direktur Perusahaan aku jadi kena." Thania menatap kearah Ayah bingung.

"Thania nggak pernah cari gara-gara sama menantu siapapun Yah." Sang Ayah menatap nyalang kearah Thania, mengambil salah satu Foto dimana ada dirinya dan juga Fero.

"Ini, dia itu menantu keluarga Direktur Perusahaan Ayah kenapa kamu harus nyari gara-gara sama dia hah?" Thania yang mendengar kabar ini total kaget sepenuhnya, jadi selama ini Gelandra dan Fero itu sudah menikah?

Tangan Thania kembali ditarik oleh sang Ayah untuk turun kebawah dan menghempaskannya keluar rumah. Sang ibu yang melihat anaknya dilempar seperti itu menghampiri anaknya dan menanyakan keadaanya. Namun bukannya berterima kasih Thania malah menendang sang Ibu dengan kaki untuk menjauh darinya.

Ayah Thania yang melihat itu menolong sang istri untuk berdiri dan menyuruhnya masuk.

"Masuk biarin dia di luar, anak nggak tau diri, nggak punya sopan santun, di baikin nggak ngerti dibaikin. Pergi kamu dari rumah ini. Hidup sendiri kamu mulai sekarang, selama ini juga kamu nggak pernah ngehargain orang-orang disamping kamu kan. Ini kemauan kamu sendiri. Pergi kamu." Thania menggeleng dan berusaha untuk kembali masuk kedalam rumah , namun sang Ayah sudah lebih cepat menutup pintu itu dan menguncinya. Thania terus berteriak memanggil sang Ayah dan sang Ibu, menggedor-gedor pintu rumah itu berharap kedua orangtuanya berbaik hati membukannya untuk dia.

Pintu itu memang kembali terbuka namun itu tidak seperti dugaan Thania, sang Ayah melemparinya sebuah tas yang dia yakini isinya adalah barang-barang milik dia. Ayahnya kembali menutup pintu meninggalkan Thania yang menangis dan bingung harus kemana sekarang ini.

.

.

.

.

.

Sudah beberapa minggu ini Gelandra selalu merasakan morning sickness karna kehamilan Fero. Dan selama ini dia benar-benar kehilangan jadi diri dia, sepenuhnya dia berubah menjadi Gelandra yang manja dan Moodyan. Setiap jam 2 pagi dia akan terbangun untuk memuntahkan semua isi perutnya. Fero selalu ada disampingnya, walau sebenarnya Fero juga cape ngeliat Gelandra yang seperti ini.

I Can & I WillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang