11. Kelepasan

360 24 12
                                    

   Lino duduk disofa dengan berbalutkan selimut hangat miliknya. Tatapan Lino begitu kosong, tangannya terus bergetar dan berulang kali mengucapkan kata maaf. Jisung tidak mengerti kenapa teman sekamarnya ini tiba-tiba menjadi seperti ini.

Setelah penantian yang cukup sabar, Lino akhirnya buka suara. Jisung bersorak dalam hati karena dia mati-matian menahan kantuknya karena Lino sama sekali tak menggubrisnya —tadi.

Tengah malam ini, hening terasa. Lino menceritakan bagaimana awalnya kenapa ia bisa berkeadaan seperti ini.

Ternyata, Lino tadi sudah kehabisan energi karena terus menerus menghabiskan energinya, saat ia menggunakan sedikit lagi energinya ia bertemu dengan seseorang yang dekat dengan rumah Jisung.

Karena kepalang membutuhkan energi dan Jisung tidak ada disana. Dengan semua tenaga yang ia miliki ia menghabisi orang tersebut untuk mengisi kembali energinya.

Jisung yang mendengar itu cukup shock, karena ia tidak menyangka Lino anak seperti ini jika terus menghabiskan energinya. Namun, disisi lain Jisung berfikir, jika Lino telah membunuh seseorang dan mengambil energi kehidupannya. Otomatis umur Lino akan lebih panjang —tanpa ada Jisung yang membantunya, tentunya.

Persetan dengan hal itu, dan perjanjian saat mereka pertemu pertama kali. Jisung lebih memilih memeluk lelaki itu memberikan ketenangan.

*****

Keesokan paginya, Lino sudah kembali ceria dan bertingkah jahil, seperti biasanya. Jisung yang melihat hal itu tentu senang, apalagi iblis satu itu sekarang menawarinya untuk pergi ke pasar malam, nanti.

Seharian mereka berpelukan manja, menonton film dan memesan makanan sesuka mereka.

"Ntar kalo gue gada, lo bakal kesepian ga sihh?" Tanya Lino random.

"Kayaknya sihh iya," jawab Jisung.

"Kalo gue pergi lo jangan nakal yaa, jangan nangis sendirian, belajar yang rajin kalo perlu cari pacar sana lo."

Jisung terheran "apasih ni anak" pikirnya.

" Ck iyaa, lo kek orang tua gue aja," balas Jisung tidak serius.

Lino memilih untuk diam dan mengusak gemas rambut Jisung.

"Jadi yaa ntar malem?" Tanya Lino memastikan, dan dijawab anggukan semangat oleh Jisung.

Hari sudah mulai gelap, sebelum berangkat menuju pasar malam seharusnya mereka makan malam dahulu, tapi sepertinya agenda ini di lewatkan karena keduanya sudah cukup kenyang.

"Woy Jisung lo ngapain dikamar mandi?! Semedi lo?" Teriak Lino dari arah luar.

"Sabar dong!! Gue lagi ritual." Jawab Jisung dari dalam.

Lino berdecak malas dan berakhir duduk didepan pintu seperti orang aneh. Beberapa saat kemudian Jisung keluar dengan keadaan segar dan senyum ceria.

Lino yang melihat hal itu kembali berdecak malas, dan mengejek Jisung dengan kata, "Ritual ritual ritual kayak ada orang yang bakal kecantol sama keburikan dia entar."

Jisung yang mendengar hal itu lantas mengeluarkan kata-kata protesnya kepada Lino, andai lelaki itu tidak menutup pintu, sudah dipastikan tubuhnya aja kesakitan menerima pukulan dari Jisung.

Suasana hari ini cukup berbeda, Jisung akui. Ia merasa Lino menjadi lebih lembut dari biasanya. Dan beberapa kali mengucapkan kata-kata seolah dirinya berada diambang kematian. Selama seminggu ini, Lino mengajak Jisung untuk terus bepergian.

Jika hari ini mereka ke pasar malam, besok mereka berencana melihat kembang api dipinggir sungai, keesokannya lagi mereka berencana ke pantai, kemudian mendaki, dan mencoba jajanan disekitar kota.

Huft sungguh jadwal yang penuh. Katanya sih "biar lo ga frustasi sebelum olimpiade." Padahal tanpa perlu frustasi atau belajar keras, Jisung tetap bisa memenangkan olimpiade itu.

Paling hanya akal-akalan Lino agar mereka bisa quality time. Bahkan Lino sudah merencanakan agar Jisung bolos sekolah selama beberapa hari kedepan.

*****

Perjalanan ke pasar malam tidak membutuhkan waktu lama. Sesampainya disana, mereka langsung mencoba berbagai kuliner dan memainkan berbagai permainan yang ada.

Beberapa kali mereka bertemu dengan teman satu sekolah dan saling bertegur sapa, indahnya.

Hingga keduanya kelelahan memutari area itu. Sebelum pulang, Jisung mengajak Lino untuk berfoto bersama dalam Photo box. Dengan senang hati dituruti oleh Lino.

Keduanya akhirnya pulang dan sesampainya dirumah, mereka langsung terlelap dikarenakan kelelahan.

Keesokan harinya, Jisung terbangun di kamarnya. Dengan muka bantalnya, dia tak mendapati Lino disampingnya. Malahan ia mendapati sepucuk kertas dengan tulisan yang agak sulit dibaca, seperti ditulis dalam keadaan terburu buru. Jisung yang memiliki feeling buruk segera membaca kertas itu.

Jantungnya berdegup kencang, matanya yang tadinya masih setengah terbuka langsung melotot membaca kata perkata dari tulisan di kertas itu.

Jisung, maaf ya kalo lo udah bangun dan gada gue disini. Waktu gue udah habis, gue ngelakuin banyak kesalahan. Jadinya gue harus dihukum untuk ini hehe makasih ya, gue seneng bisa jumpa orang kayak lo. Sebelumnya gue mau ngajak lo couple gelang, tapi karena gue keburu dijemput sama atasan gue, gue ga bisa kasih langsung. Gelangnya gue letakin di laci nomor 3 ya, kalo kita ketemu lagi gue harap gelang itu masih ada sama lo sama ngga lo buang.

Jisung dengan tergesa membuka laci yang di sebutkan dalam surat bertulis tangan tersebut. Ternyata benar, disana terdapat gelang hitam dengan liontin bintang tergantung disana.

Air matanya berlinang sembari memeluk gelang hitam itu, ia tak menyangka akan ditinggalkan secepat ini oleh orang yang membuatnya nyaman seperti ini.

Sebenarnya isi surat itu masih panjang, namun Jisung tidak dapat menafsirkan beberapa kata dalam surat tersebut. Kini ia bertekat akan melaksanakan harinya dengan benar walau tanpa Lino.

Jujur Jisung kesepian karena ditinggal begitu saja oleh teman sekamarnya. Walau hari itu Jisung masih merasa sedih, ia tetap berangkat sekolah untuk menceritakan hal ini kepada Felix sang teman dekat.

Tentunya Jisung tidak membocorkan hal hal penting yang menjadi rahasia Lino dan dirinya.

Dan hal aneh kemudian terjadi.

"Lino itu siapa, Sung?"

*****

5 Tahun berjalan, Jisung kini semakin pintar dan memiliki banyak kenalan, tidak seperti dahulu saat dia kesulitan berteman apalagi dengan keadaannya waktu itu.

Jisung sekarang pindah kota, dia sekarang menimba ilmu di Universitas Megaverse. Tidak bersama Felix, karena Felix berkuliah diluar negeri atas perintah orang tuanya. Awalnya Jisung takut sendirian di kota barunya, namun semua hal buruk itu tidak terjadi.

Ternyata ia malah memiliki banyak teman disana, ia juga tinggal di apartemen yang lebih dari cukup untuk ditinggalinya sendiri. Hubungannya dengan Felix tentu tidak terputus walau sudah berbeda negara.

Bayang-bayang Lino masih menghantui nya. Terkadang ia merasa rindu akan kejahilan lelaki itu. Walaupun berharap si lelaki iblis itu kembali, rasanya mustahil. Mungkin saja ia sudah disiksa atau bahkan sudah mati karena disiksa oleh penguasa neraka tersebut.

-TAMAT-

maaf yaa, udah setengah tahun ga update hehehehehe. Aku lupa punya aplikasi wattpad, mungkin kedepannya bakalan aktif lagi dengan cerita baru.

See you !!

Ada yang mau bon chapter?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WHO IS HE? || MINSUNG✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang