14.

6 0 0
                                    

Please don't be in love with someone else

Please don't have somebody waitin' on you

Lagu milik Taylor Swift mengalun merdu dari radio di mobil milik Joan. Khaisa bahagia sekali. Ia berangkat bersama Jo menuju Kafe diiringi lagu lagu milik penyanyi luar negeri yang ikonik dengan lipstik merah pekat itu sepanjang jalan. Khaisa melirik Joan yang entah kenapa terlihat sangat menawan saat sedang menyetir. Sesekali kepalanya maju kedepan untuk melihat jelas jalanan yang sedikit macet.

"Lo beneran putus sama Michele?" Khaisa membuka percakapan.

"Iya." Balas Jo masih fokus dengan kemudinya.

"Gamon gak?"

"Gamon apa?"

"Masa gatau?"

"Emang."

"Gagal move on."

"Biasa aja."

Khaisa menoleh tidak percaya. Kenapa Joan terlihat santai sekali padahal kemarin saat berpacaran Joan begitu romantis dan tidak ragu membanggakan pacarnya yang seorang model itu. Kepala Khaisa dipenuhi pikiran-pikiran nyeleneh seperti,

Apa Joan terlibat pacaran kontrak sehingga tidak terlihat sedih saat putus?

Atau--

Apa Joan hanya iseng pacaran supaya tidak terlihat jombol ngenes seperti Khaisa?

Tapi kalo cuma iseng kenapa sampai berciuman? Hati Khaisa masih terasa perih kalau mengingat hal itu lagi.

"Yang bener aja? Kemarin lo bucin banget tuh?" Khaisa menatap lekat Joan.

"Oh.. ada yang diem-diem perhatiin gue nih. Hmm cukup tau." Joan mengangguk-nganggukkan kepalanya lalu menoleh tersenyum jahil ke Khaisa.

Khaisa gelagapan lalu mengibaskan kedua tangannya heboh. "Ng-nggak mungkin lah. Gilak, geer banget!" Joan hanya tersenyum sekilas kemudian mobil terhenti di lampu merah. Joan memencet tombol lalu otomatis kaca mobil bergerak keatas.

"Dingin." Ujar Joan.

Khaisa menatap sweater yang ia pakai, pantas saja dia tidak merasa dingin.

"Bu Ustadzah sekarang sombong banget ya, dipanggil-panggil ga nyaut?" Lagi-lagi Joan mengerling jahil ke arah Khaisa. Kerasukan apa cowok ini sampai jadi sok akrab begini? Bukannya dia yang paling anti basa-basi ya?

"Kemarin gue teriakin dari balkon gak noleh sama sekali masa??"

"Loh emang ga denger itu gak sombong loh. Aslinya itu malu banget gilak!"

"Malu kenapa?" Traffic light berubah hijau. Joan kembali menjalankan mobilnya.

"Jalan sendirian pake mukena. Lo tau kan komplek kita itu gimana? Pemandangan kaya gitu tuh langka! Gue ga pede! Kayanya besok gue gamau bantuin Bang Alan lagi deh." Khaisa bercerita dengan semangat membara sampai menghadap penuh ke Joan. Lalu saat selesai cerita, Khaisa langsung membanting punggungnya ke sandaran kursi.

"Kalo gue yang jalan-jalan pake mukena tuh yang harusnya malu! Tapi lo bisa kan ngajarin anak-anak?"

"Bisa sih. Seru tauk! Anaknya ga bandel-bandel. Pada anteng, kan gue liatnya jadi adem. Mendadak berasa kaya ustadzah beneran," Khaisa senyum-senyum sendiri.

"Yaudah ngapain berenti?"

"Iya juga."

"Nah. Besok mukenanya lo pake pas udah di masjid aja. Siapa tahu di jalan kena najis kan?"

"Iya ih gak kepikiran."

"Emang dasarnya lemot aja,"

"Makasih. Kok lo jadi asik sih?"

Magic SentenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang