05.

12 1 0
                                    


Ada beberapa hal yang kalau dipadukan bakal jadi sesuatu yang spesial seperti menikmati pantai, sunset dengan seseorang. Terus aku, kamu, sama anak kita. Dan juga seperti yang Khaisa lakukan sekarang. Rebahan, film 'Vampire Suck', dan elusan kepala dari ibu negara. Rasanya gamau lepas dari jeratan nikmat dunia ini.

"Temen kamu yang anaknya Bu Tirta itu katanya mau kerja ya? Gantiin Starla kan? Starla kan udah mau nikah. Kapan berangkatnya ya?"

"Gatau, Ma." Khaisa merasa kurang nyaman dengan obrolan ini.

"Terus Mama juga denger katanya Bu Nima kerja. Enak ya suami istri dua-duanya kerja terus anaknya masuk pesantren. Rumahnya berarti kosong kan? Apa gak takut ada maling?"

Khaisa diam. Dia sama sekali tidak menanggapi Mika yang masih bicara soal orang kerja. Khaisa memilih meningkatkan volume televisi berharap telinganya terisi penuh sama suara dari sana. Meskipun gagal nyatanya Khaisa masih mendengar jelas suara Mika. Mungkin karena Khaisa tidur menyamping dengan paha Mika sebagai bantal dan suara Mika dengan mudah masuk telinganya.

"Aku ke atas dulu, Ma. Udah ngantuk." Putus Khaisa lalu beranjak menuju kamarnya dilantai atas. Mengabaikan teriakan sang Mama.

"Filmnya belum habis loh, Sa!"

Berbohong soal mengantuk. Khaisa malah mengunjungi balkon kamarnya. Beberapa benda dari kamar juga dia bawa. Sketchbook, pensil, kucir rambut, cermin, sisir, dan beberapa benda lain yang sekira bisa mengalihkan pikirannya untuk sesaat. Gadis itu membuka ponselnya yang langsung menampakkan wallpaper warna putih dengan tulisan merah disana.

'Kamu bukan lagi anak kecil yang harus selalu ingin dimengerti orang lain."

Begitu kira-kira tulisannya. Khaisa membuka salah satu aplikasi lalu mengetik sesuatu di tombol cari.

Tutorial mengucir untuk rambut pendek.

Ditontonnya video-video untuk memilih gaya kucir yang kira-kira cocok untuk potongan rambutnya. Sialnya, bukannya mendapat referensi dia malah pusing sendiri. Beberapa kali mencoba meniru namun selalu gagal mungkin karena potongan rambutnya yang berantakan, ada yang panjang ada juga yang hanya sebatas telinga.

"Arghh bodolah!" Erangnya frustasi. Daripada rambutnya jadi gembel, Khaisa memilih hanya mengucir setengah rambut bagian atasnya saja.

"Fine. Mending gambar aja." Diletakkannya cermin, sisir, dan kucir rambut ke kolong meja supaya hilang dari penglihatan. Sehingga tersisa sketchbook dan pensil yang akan digunakan untuk menggambar.

Sambil menggambar mencontoh dari gambar di ponsel, Khaisa masih memikirkan tentang kehidupannya yang seperti tidak punya tujuan setelah lulus SMA.

Pendidikannya berhenti setelah lulus SMA, dia tidak lanjut kuliah karena alasan personal. Orang tuanya hanya mengiyakan dan memberi beberapa wejangan. Mereka juga tidak memaksanya untuk bekerja tapi mereka selalu menyinggung soal pekerjaan dengan berbicara seolah-olah sedang menyuruhnya untuk bekerja. Seperti tadi contohnya. Selalu ada sungkan yang membatasi hubungan orang tua dan anak itu.

Kini kalau ingin sesuatu Khaisa bisa menabung dengan uang dari hasil menyanyi di Gulpa Cafe. Sebelumnya dia selalu menahan keinginannya karena tidak berani meminta pada orang tuanya. Dia tahu diri kalau dia hanya beban. Ya meskipun tidak tau bagaimana dia di mata orang tuanya.

Cekrek.

Khaisa memotret hasil gambarannya lalu ia gabungkan dengan foto lainnya di album khusus coretan pensilnya.

Khaisa memotret hasil gambarannya lalu ia gabungkan dengan foto lainnya di album khusus coretan pensilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia tersenyum puas. Bersenandung kecil untuk memperlihatkan kalau dia sudah baik-baik saja tidak kepikiran hal tadi. Tapi tidak tau nanti saat ia akan tidur.

"Permisi...,"

Khaisa masuk kekamarnya melihat jam didinding menunjukkan pukul 10 malam. Siapa kira-kira bertamu hampir tengah malam begini. Menuruni tangga menuju ruang tamu yang ternyata lampu sudah dimatikan. Cahaya dari lampu teras masuk dari celah fentilasi. Pintu utama dibuka.

Tidak ada siapapun.

"Permisi...,"

Suara itu semakin jelas. Khaisa bergidik merasakan udara malam yang menerpa kulitnya karena hanya memakai kaos lengan pendek. Dengan keberanian dan tingkat penasaran yang tinggi, Khaisa berjalan menuju gerbang rumahnya. Semakin dekat dengan gerbang, semakin jelas pula suara itu.

Gerbang dibuka. Masih tidak ada orang tapi suara itu masih ada. Kepala Khaisa melongok keluar.

"Yaelah tamu tetangga,"

****

Sudah satu bulan lebih sejak Khaisa mulai mengisi suara di Kafe milik Rangga. Dia berangkat setelah maghrib dengan ojek online lalu untuk pulang dia akan dijemput Raka. Beberapa kali Candra juga sempat mengantar sekaligus menonton dia bernyanyi. Hal itu yang membuat Khaisa sedikit kaku karena menahan untuk tidak terus melirik Joan.

Khaisa menunggu Papanya di bangku dekat parkiran sembari memainkan ponselnya. Raka tidak memperbolehkan Khaisa menunggu di dekat jalan raya, didepan rumah kos misalnya. Padahal kalau menunggu disana akan jadi lebih mudah karema tidak perlu memutar arah mobilnya.

Gadis itu iseng mencari akun instagram lamanya untuk melihat seberapa 'alay' dia dulu. Cewek itu terkikik melihat foto yang pernah dia unggah. Pengikutnya ternyata tujuh ratusan jadi lumayan banyak yang 'menyukai' fotonya walaupun enggak cantik cantik amat. Dia terus scroll postingan yang ternyata lebih dari 20 unggahan itu sambil menikmati lagu Stitches milik Shawn Mendes dari Headphone kesayangan.

You watch me bleed until i can't breathe

I'm shaking falling onto my knees

And now that i'm without you kisses

I'll be needing stitches

Teks putih dengan langit biru sebagai latar belakang menjadi postingan pertamanya di akun itu. Khaisa tidak bisa lagi menahan tawanya.

"Buset hahah yaampun wishlist macem apa ini bwahhah capekk," Kakinya menghentak hentak ditanah tangannya juga gatal jadi terus menabok meja disebelahnya. Bagaimana tidak tertawa membaca keinginan konyolnya di jaman SMP.
_____

AROUND THE WORLD IN 30 DAYS

• Sarapan di Melbourne
• Makan siang di Osaka
• Makan malam di Burj Khalifa
• Tidur siang di Pulau Santorini, Yunani
• Ngopi sambil liat pemandangan Di puncak Tokyo Skytree
• Foto di Grand Canyon
• Naik kereta gantung Merida Cable Car, Venezuela
• Renang di Laguna Biru, islandia
• Jelajah Danau Titicaca, Amerika Selatan
• Nginep di Nihiwatu, NTT, Indonesia
_____

Mana ada ya keliling dunia cuma 30 hari? Kecuali kalau punya bakat teleportasi. Gadis itu berhenti tertawa saat sebuah motor King melewati bangku yang diduduki. Suaranya yang berisik tentu saja bisa didengar walaupun masih mengenakan headphone.  "Omo! Ottoke?! Jo udah keluar?" Dipastikan Joan melihat Khaisa yang tertawa sendirian seperti pasien yang kabur dari Rumah Sakit Jiwa.

"Aaaa harga diri gue...,"

Peluang untuk meraih hati Joan semakin sempit karena tingkah konyolnya yang mungkin membuat cowok itu ilfeel.

Mampus.

Magic SentenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang