"Kalau rapat mereka masih lama, Pat, aku ke kantin dulu. Sebelum jam 11.45, aku akan datang lagi."
Pat mengangguk.
"Taruh saja materi presentasimu di meja ini, biar kau tak usah menentengnya ke mana-mana."
Aku terima tawaran Pat. Kutaruh purwarupa dan laptopku di meja kecil tempat biasa dia menaruh vas bunga pajangan. Sedangkan vas bunga kupindahkan di sudut lantai. Kemudian aku pun pamit pada Pat dan Tris.
Merasa punya banyak waktu, aku berjalan santai ke kantin. Kuhirup dalam-dalam angin sejuk yang berhembus dari pohon-pohon, sepenuh dada. Berusaha membesarkan hati.
Di kantin, kupesan paket makan siang untuk mahasiswa yang cuma seharga lima dolar. Terdiri dari dua taco kecil-kecil dan jus dalam kemasan.
Kala aku mengangkat nampan, ponselku berbunyi. Kuabaikan karena kedua tanganku sedang tidak bebas. Ponselku berbunyi lagi. Nada deringnya tidak juga kunjung berhenti. Untung aku segera mendapatkan meja kosong, sehingga bisa segera merogoh tasku dan menjawab panggilan itu.
Dari Allen.
"Hallo ...."
"Kamu dimana? Kamu punya niat ngga, sih, buat berkonsultasi denganku?" Nada suara penelpon di seberang sana berkata pelan tapi dalam intonasi yang dingin.
"Tadi, katamu, diundur satu setengah jam lagi ...."
"Sekarang kuberi kau waktu lima menit untuk sampai ke kantorku. Atau kau mau jadwal paparanmu diundur ke bulan depan?"
Kutatap nampan makan siangku yang belum sempat kusentuh.
"Baik, Prof. Sekarang juga saya ke kantor anda."
Buru-buru kusambar salah satu taco dan kotak jus. Taco itu kukunyah sambil bergegas ke gedung tempat para dosen berkantor. Sebelum mengetuk pintu ruang kerja Prof Allen, kuseruput jus dengan cepat.
Baru saja aku akan mengangkat tangan, tiba-tiba pintu itu terbuka.
Di hadapanku kini berdiri profesor supervisor risetku itu dan seorang perempuan berambut pirang sepundak. Lesung pipit mendakik di kedua pipi perempuan itu ketika dia tertawa. Dia memiliki kecantikan wanita Eropa Timur yang dari sudut aku melihat, begitu sempurna.
"Oke, Lan, kirim saja jurnal itu, nanti aku dan ....(aku tidak jelas mendengarnya) akan memberikan review kami."
Allan menjawab, "Terima kasih." Dia mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, tetapi perempuan itu malah memeluknya erat.
"Sampai ketemu, ya...."
Mereka pun saling mencium pipi.
Perempuan itu telah berjalan empat-lima langkah, barulah Allan menoleh padaku.
"Masuk!" Katanya sambil mendahului masuk ke dalam kantornya."Itu apaan di meja? Mana vas bunga di sini?" Katanya membentak entah pada siapa.
Pat buru-buru bangun dari duduknya, mengambil barang-barangku lalu dipindahkan ke lantai. Sedangkan vas bunga kembali di taruhnya di atas meja.
Melihat purwarupa yang susah susah kubikin dengan segala usaha yang kumiliki kini tergeletak di lantai, maka benda itu segera kuangkat. Kulirik Allen dengan tatapan sebal.
"Taruh benda itu di atas meja rapat!" Perintahnya
Aku patuh.
Setelah meletakkan model rancangan penelitianku di atas meja, aku duduk di kursi di seberang Allen.
"Saya kira, saya perlu melakukan presentasi. Apakah saya diizinkan untuk menggunakan proyektor anda?" Tanyaku dengan sangat sopan pada supervisorku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way You Look at Me
RomanceIn this short fiction tale, a university student finds themselves at a crossroads when their research advisor suffers a heart attack. Advised to seek a new mentor for the smooth continuation of their studies, the student is taken aback by the propos...