JEREMBAH KALBU - 18

136 11 0
                                    

Harsa terbangun dari tidurnya, ia melihat sebelah kanannya gadisnya tengah tertidur lelap.

Ia melepaskan pelukannya dan beranjak dari ranjang. Jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi namun ia tidak bisa tidur. Semakin lama memejamkan mata semakin sakit juga kepalanya.

Ia memutuskan untuk merokok di balkon kamarnya. Suasana pagi yang masih asri tanpa polusi itu malah dirusaknya. Namun salah satu cara selain mendapatkan pelukan Anshara adalah merokok.

Lelaki itu sudah melakukannya sejak masih sekolah di kelas 12. Dan tidak berhenti sampai sekarang. Hanya saja ia tidak maniak merokok sampai satu bungkus sehari. Ia hanya menghabiskan rokok dua atau tiga batang ketika sedang stress saja.

Lain halnya dengan Anshara yang merasakan sesuatu di sampingnya menghilang. Ia membuka matanya dan ternyata Harsa sudah tidak ada di sampingnya.

"Kak Harsa kemana?" gumamnya yang baru saja mengucek matanya yang terasa berat.

Ia melihat sekeliling dan ternyata gorden pintu balkon terbuka menampilkan Harsa yang tengah merokok dengan tatapan kosong.

Anshara melotot dibuatnya. Bagaimana bisa lelaki itu merokok di apartemen walaupun hanya di balkon jam 2 pagi??

Gadis itu memutuskan untuk mencuci muka dan menghampiri Harsa. Lelaki itu nampak terkejut dengan kehadiran Anshara yang tiba-tiba.

"Kok bangun? Tadi masih pules perasaan." ucap Harsa berusaha menetralkan detak jantungnya.

Ketahuan merokok oleh Anshara merupakan hal yang paling Harsa takutkan karena dengan begitu Anshara melihat hal buruk yang selalu dilakukan nya ketika stress.

Dengan cepat Harsa mematikan rokoknya dan mengibas-ngibas asap rokok yang mengepul.

Anshara duduk di kursi dekat lelaki itu. Ia menatap intens dan seperti butuh penjelasan.

Harsa yang mengerti pun menghela napas dan berusaha menjelaskan dengan benar.

"Aku ngerokok kalau lagi stress aja. Selebihnya engga keseringan."

"Belum bisa cerita ya tentang masalah kamu? Aku harap sih kamu bagi masalah kamu ke aku, siapa tau aku bisa bantu sebisa aku."

Lelaki itu menunduk, jujur terlalu berat mengungkapkan masalahnya kepada gadisnya karena ia tidak mau membebani gadisnya itu. Apalagi ini masalah pekerjaannya di kantor.

"Tapi aku engga mau kamu jadi terbebani sama masalah aku, apalagi kamu udah mulai fokus sama ujian ujian buat kelulusan."

"Kalo soal fokus aku bisa tangani, aku orangnya gampang fokus kok. Menurut aku ya, kamu harus bagi masalah kamu ke aku. Salah satunya tujuan menikah itu bukan hanya hidup bersama aja, tapi juga berjuang bersama,"

"Bukannya aku sok nasehatin kamu atau apa ya. Tapi ini pemikiran aku yang mau aku bagi sama kamu."

"Bagi masalah ke aku adalah hal yang harus kamu lakuin karena aku bisa ngurangin segala beban kamu ya walaupun mungkin cuma jadi pendengar aja. Tapi aku harap aku bisa bantu kamu setelah kamu kasih tau masalahnya apa. Kita itu harus saling memahami satu sama lain, kalo kamu engga bilang gimana aku bisa memahami kamu, kak? Gimana aku bisa memposisikan diri aku ketika kamu punya masalah."

"Kalo gitu caranya aku bisa ngerasa bersalah setiap kamu dalam mood buruk kamu atau lain sebagainya yang membuat aku tertekan disini."

Harsa fokus mendengarkan ucapan gadisnya, walaupun ia sedang menghadapi masalah tapi ia harus tetap mendengarkannya.

"Terserah mau ceritanya kapan aku bakalan selalu nunggu, aku maunya kamu cerita bukan mendem sendiri, aku juga maunya kamu terbuka. Aku harap kamu memastikan kamu cerita sama aku tentang apapun itu, hal sekecil apapun itu. Aku juga akan menceritakan semuanya yang aku alami."

"Semuanya udah aku omongin, kalau mau sendiri dulu aku bakal masuk, mau tidur." ucapnya di akhir kalimat.

Niat Anshara memasuki kamar padahal gadis itu sudah beranjak pun tertahan karena tangan Harsa mencekal pergelangan tangannya agar tidak pergi.

"Aku ceritain sekarang. Karena kamu minta, aku bakalan ceritain."

"Gitu dong, kan gue mulai tenang."

"Aku dapet masalah di perusahaan. Kolega bisnis yang mau kerja sama di perusahaan dan aku udah tanam saham malah ngebatalin gitu aja tanpa ngembaliin sahamnya. Aku kena marah sama papa karena katanya aku engga becus ngelola perusahaan."

"Selang beberapa jam dari itu saham perusahaan cabang anjlok dan satu kantor jadi sibuk. Papa kembali nyalahin aku dan marahin aku di depan semua staff, emosi aku hampir aja meledak kalo aja pak Johan engga berhentiin aku karena dia liat tangan aku udah ngepal."

"Aku sama staff lainnya kerja sampai jam 9 malam tapi belum ada hasil apa-apa dan saham masih tetap anjlok. Kolega bisnis yang masih aku cari sampai sekarang belum bisa dihubungi. Aku stress banget sampe tadi pas pulang juga aku mau nabrak tiang kalo engga kena klaksonan mobil lain."

Anshara menutup mulutnya tak percaya, ia juga mulai berkaca-kaca.

"Aku pulang, dan aku peluk kamu itu udah bikin aku ngerasa tenang. Tapi selagi kamu tidur aku engga bisa tidur dan tetap mikirin hal itu jadi ya aku mutusin buat ngerokok disini. Dua batang rokok udah abis dan setengahnya belum karena kamu dateng."

"Segitu aja sih cerita dari aku."

"Kak," tiba-tiba Anshara memeluknya erat, ia menangis di pundaknya.

"Sekarang aku ngerti kamu kenapa. Sekarang aku bisa tau masalah kamu apa dan kamu bilang kamu nyari orang itu? Aku coba buat cari akun ignya sini siapa tau bisa dapet info dari sana."

Harsa tampak berpikir, ia kenapa tidak memikirkan itu sedari tadi di kantor? Jika iya mungkin sekarang sudah mendapat titik terang.

"Oh ya kolega tadi juga lumayan teledor sih. Coba kamu cari akun ignya."

"Siapa namanya?" gadis itu membuka ponselnya dan akun instagramnya.

"Jonathan Kaleno. Coba diliat."

Anshara mengetikkan nama itu di kolom pencarian dan sedetik kemudian muncul akun Jonathan di paling atas.

Pria matang itu baru memposting sebuah postingan di Jakarta lima jam yang lalu membuat Harsa bersyukur mendapatkan informasi tersebut.

Lelaki itu langsung mengeluarkan ponselnya dan menelepon orang kepercayaannya. Setelah selesai ia memeluk Anshara erat merasa gadis itu telah membantunya.

"Anshara, thank you so much, aku sayang sama kamu,"

Cup!

Lelaki itu menciumnya tepat di bibir. Ia merasakan benda kenyal itu mendarat dengan sempurna di bibir plumpy nya.

Gadis itu mematung, Harsa yang sudah kelewatan hanya bisa melotot dan gelagapan sendiri dengan wajah yang memerah.

"Kak.."

Cup.

"Anshara, dari lubuk hati aku yang paling dalam. Dan kejujuran aku yang engga bisa aku pendam, aku mau bilang sama kamu kalau aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu. I love you to the moon and back."

"Kak.."

"Engga jawab sekarang juga gapapa, An."

Gadis itu menggeleng, "i love you. Aku sayang kamu, kak."

Harsa tersenyum mendengarnya. Ia mendaratkan bibirnya itu ke bibir kecil Anshara. Ia melumatnya pelan dan tersenyum di sela ciumannya.

Bulan, bintang dan malam yang begitu cerah menjadi saksi kisah cinta mereka terukir begitu jelas. Malam ini, setelah hampir 3 bulan menikah, akhirnya mereka mengungkapkan perasaan mereka masing-masing.

"I love you more, Anshara Sanubari."

•○●○•

TO BE CONTINUE

-26 JANUARI 2023-

JEREMBAH KALBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang