Setelah memutuskan untuk beristirahat sejenak, kami duduk bersama di aula yang terbuka. Maya, Nita, dan Sarah berbicara antara satu sama lain, sesekali tertawa kecil. Aku duduk di antara mereka, mencoba ikut serta dalam percakapan dengan sebaik mungkin.
"Hey, apa... kalian juga begitu?" ucapku
Mereka bertiga menoleh ke arahku, serentak berbicara, "Apa?"
"Apa yang terjadi saat kalian menjadi mutant, aku penasaran."
Maya, Nita, dan Sarah saling pandang sebentar sebelum Sarah bersuara, "Well, setiap perubahan menjadi mutant memiliki kisahnya masing-masing. Sepertinya kita memiliki cerita yang cukup unik."
"Sarah, kamu bisa memberitahuku... maksudku kita, kenapa kamu bisa menjad mutant," tanyaku menatap wajah Sarah.
Sarah menjawab sambil mengingat kembali, "Ini terjadi beberapa tahun yang lalu, ketika penyebaran virus zombie ini baru muncul..."
"Bagaimana ceritanya?"
"Aku mati," tambahnya dengan mencekam.
Nita, Maya, dan aku terkejut saat mendengar ini tetapi mereka berdua sepertinya memiliki pengalaman yang sama.
"Bagaimana kamu bisa mati?" tanya Nita dengan lembut.
Sarah melanjutkan, "Saat itu, aku terjebak di tengah kota tempat tinggal ku yang sudah dikuasai oleh zombie. Aku mencoba bertahan, tapi sayangnya, mereka terlalu banyak. Seorang teman yang sudah terinfeksi mencoba menyelamatkanku, tapi pada akhirnya, aku juga terinfeksi."
Maya dan Nita mendengarkan dengan serius, mereka sepertinya mengerti betapa mengerikannya situasi itu.
"Ketika aku sudah terinfeksi, aku merasa tubuhku berubah. Tiba-tiba, aku memiliki kekuatan yang luar biasa, dan dorongan kuat untuk bertahan hidup. Tubuhku mulai berubah menjadi mutant. Itulah awal mula perubahanku menjadi seperti ini," lanjut Sarah.
"Tapi, apa kamu seperti saya?" tanyaku
"Maksudmu, tidak berbicara seperti manusia seperti awalnya?" jawab Sarah menebak apa yang ingin aku ucapkan.
"Ya..."
"Karena tubuh kita masih belum bisa menerima dan tidak bisa mengendalikan secara penuh badan kita, karena belum terbiasa."
Sarah melihat ke arah Maya dan Nita, "Kalian, tolong ajar dia, lalu aku akan membantu kalian masuk ke Asosiasi Jakarta Hidup."
Maya dan Nita mengangguk setuju, mereka sepakat untuk membantu ku belajar berkomunikasi dengan lebih baik
Nita duduk di depan saya dengan senyum lembutnya, "Jadi, kami sebagai mutant mengerti apa yang kamu ucapkan karena kita memiliki frekuensi yang sama, tetapi manusia tidak karena suara yang kamu ucapkan memiliki frekuensi yang berbeda."
"Intinya menurut Nita, sekarang kamu berbicara seperti menggunakan bahasa asing yang tidak bisa dipahami orang, dan jika ada yang mengetahui apa yang kamu ucapkan, dia mutant," tambah Maya.
Setelah mendengar apa yang mereka katakan, aku terkejut.
Tunggu, bukankah Chelli mengetahui apa yang aku ucapkan?
Aku menoleh ke arah Sarah dengan mata yang lebar.
Sarah, yang melihat ekspresiku yang kaget, terlihat bingung dari ekspresi wajahnya, "Kenapa, Allen...?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebohongan Yang Indah
Ciencia FicciónDi tengah-tengah kehidupan yang damai dan tenang di Indonesia, tiba-tiba muncul ancaman yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Sebuah virus misterius telah menyebar dengan cepat, mengubah mereka yang terinfeksi menjadi zombie haus darah. Dalam se...