Tumbuhnya sel baru

8 1 0
                                    

Tap! Tap! Tap! Suara langkah terdengar mendekati dalam gudang.

Aku dan Arya merangkak ke tempat yang lebih aman, perlahan bergerak menuju ujung meja yang dapat menyembunyikan kami.

"Hallo!" teriak suara seorang wanita.

Benar, suara itu berasal dari orang yang memasuki gudang. Itu adalah suara seorang wanita. Meskipun begitu, kami berdua harus tetap berhati-hati.

Di dunia pasca-apokaliptik, tidak ada jaminan bahwa orang yang kita temui adalah teman, dan kami tidak boleh lengah terhadap orang yang tidak kami kenal.

"Ada orang ga di sini!" teriaknya lagi.

Wanita itu tidak mendapatkan jawaban, dan kami berdua tetap berada di tempat sembunyi kami. Kami saling menatap, memberikan isyarat untuk tetap berada di posisi sembunyi sampai kami mengetahui niat dan tujuan wanita itu. Keberadaannya membuat kami menjadi lebih waspada, karena tak dapat dipastikan apakah dia teman atau musuh.

Wanita itu, setelah tidak mendapatkan tanggapan dari kami, terus berbicara sendiri.

"Aku tadi dengar suara, keknya ada orang di sini. Jangan takut, saya tidak bermaksud mencelakai siapa pun. Saya sendiri juga mencari tempat berlindung dari kekacauan di luar sana."

Aku dan Arya saling pandang, mempertimbangkan apakah akan mempercayai pernyataannya atau tidak. Meskipun dia berbicara dengan nada yang cukup meyakinkan, kehati-hatian tetap menjadi kunci di dunia yang sudah berubah menjadi kekacauan.

Wanita itu kemudian mulai mendekati tempat sembunyi kami, tetapi dia berhenti beberapa langkah sebelumnya.

"Saya tahu kamu di sana. Tidak perlu takut, saya tidak membawa senjata atau berniat buruk. Nama saya Lia. Saya berada sendirian dan mencari tempat aman."

Aku melihat ke arah Arya, mencari kepastian atau tanda apapun yang menunjukkan niat sejati wanita ini. Arya memberikan isyarat kecil untuk tetap tenang dan memperhatikan.

"Bagaimana kami bisa percaya padamu, Lia?" tanya Arya dengan hati-hati.

Lia tersenyum, "Saya mengerti ketidakpercayaanmu. Namun, saya tidak membawa ancaman. Saya hanya butuh tempat untuk berlindung."

Arya dan aku masih tetap berada di tempat sembunyi, belum memberikan tanda-tanda kehadiran kami. Keputusan untuk mempercayai atau tidak tetap menjadi pertimbangan utama.

Lalu, Arya berdiri menunjukkan dirinya, sedangkan aku tetap berjongkok, berjaga-jaga jika ada sesuatu yang terjadi.

"Okay, Lia, perkenalkan, nama gue Arya. Gue mantan lulusan S3 sains dari universitas ini," ucap Arya.

"Oh, jadi kamu salah satu lulusan di sini?" jawab Lia.

"Benar, tetapi gue juga loncat dari akademik jadi guru langsung diangkat sama rektor, dan gue punya gelar Profesor."

"Profesor!?"

Aku masih tetap berada di posisi yang tenang, meskipun Lia terkesan terkejut oleh gelar profesor Arya. Meskipun begitu, kehati-hatian tetap menjadi sikap yang paling bijak di tengah-tengah situasi yang penuh ketidakpastian seperti ini.

"Apakah ada orang lain selain dirimu? Soalnya tadi waktu aku di luar aku mendengar kamu seperti ngobrol dengan seseorang."

"Ya, dia—"

Kebohongan Yang IndahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang