Prolog

12.6K 728 101
                                    

Terlihat sosok remaja berkulit putih bersih dengan proposional tubuh yang sempurna sedang berdiri tegap disamping area lintas balapan . Mata tajamnya terus mengedar untuk mengawasi setiap motor yang melaju kencang.

Hingga suatu tepukan di bahunya menyadarkannya, dirinya menoleh pada sosok remaja laki-laki dibelakangnya.

"Kenapa Al?" tanyanya.

"Arga lo gak cape apa, pulang sekolah langsung ke arena, terus langsung ngajarin itu anak-anak?" tanya balik pemuda bernama Aldi.

"Cape sih, tapi kalo gue gak ngajarin mereka. Entar gue menang terus kalo balapan, kan gak asik," jawabnya sombong. Yang langsung mendapatkan  jitakan cinta dari Aldi.

"Sakit bego!" umpat nya sambil mengusap kepalanya yang sedikit berdenyut.

"Ya mangkanya gak usah sombong, mentang-mentang balapan gak pernah kalah aja belagu," sewotnya kesal.

Aldi akui jika Arga adalah sosok pembalap yang sangat hebat dalam bertanding. Hingga saat ini belum ada satupun yang bisa mengalahkan Arga, tapi emang boleh sesombong itu?

"Emang gue salah kalo gue sombong, kan emang nyatanya gue gak pernah kalah," ucapnya dengan wajah tengil.

Rasanya Aldi ingin menampol wajah Arga sekarang juga!

"Taulah gue males ngomong sama orang songong kaya lo,emosi gue, bikin darah rendah mulu kerjaanya!" sarkahnya dan langsung berlalu meninggalkan Aldi yang tengah tertawa puas.

"Darah tinggi bego, bukan darah rendah."

Setelah selesai melatih para anggotanya, Arga langsung bergegas untuk pulang ke kost tempatnya tinggal. Selama ini Arga tinggal sendiri sejak dirinya memutuskan untuk keluar dari rumah kedua orang tuanya karena alasan tertentu.

Untuk biaya sehari-harinya Arga hanya mengandalkan uang dari hasil dirinya menjadi pembalap. Untuk sekolah, Arga  mendapatkan beasiswa penuh dari sekolah karena dirinya mengaku sebagai anak yatim piatu. Yang dimana setiap ada siswa ataupun siswi yang pintar num tidak memiliki korang tua lengkap maka biaya sekolah akan ditanggung oleh sekolah.

Arga menjatuhkan dirinya diatas kasur dengan keadaan terlentang. Matanya memejam sejenak, lalu terbuka dan menatap lekap langit-langit kamarnya.

"Serius nanya, gue bodoh apa tolol sih? diluaran sana mereka pada mau jadi anak orang kaya, kayak cipung sama Rafatar. Lah gue udah kaya malah pinginnya jadi orang biasa aja," tanyanya pada dirinya sendiri.

"Tapi siapa juga yang mau jadi anak orang kaya yang punya banyak abang, mana ngatur banget lagi. Mending juga gini, hidup sendiri bisa ngelakui banyak hal yang gue mau, masalah keuangan aman, semuanya aman kecuali satu..."

"Kenapa gue jomblo mulu anying, arghh sial!" lanjutnya diakhiri teriakan frustasi.

"Gilak! laper banget." Arga mengelus perutnya yang terasa lapar.

Arga akhirnya bangkit dari acara rebahan ya dan keluar dari kostnya, hanya dengan menggunakan hoddy berwarna hitam.

Saat diperjalanan Arga bersiul sambil bernyanyi dengan asik.

Tiwas sayange...
Tiwas sayang-sayange...

He-e lako kowe menjauh
Pas sayang-sayange...

Gawe wedak
Beno glowing
Ben rupaku penak di sawang

Tiwas cedak malah dighosting
Oh, apa salahku?
Sayang?

Jere mendung
Tanpo udan
Gludok gede loro neng kuping

Aku wes terlanjur ke'edanan
Malah kuwe lungo plenceng

Rasa sayangi
Rasa sayang-sayangi...
Sayangi-sayangi... Rasa sayang sayangi...

Jangan heran dengan Arga yang bisa bahasa Jawa. Karena dulu Arga pernah tinggal satu tahun di pedesaan yang mayoritas orang nya adalah orang Jawa. Membuatnya fasih menggunakan bahasa Jawa.

Saat sedang asik menyanyi dijalan, Arga tidak sengaja melihat seseorang yang sedang dikroyok. Membuat cepat berlari kesana untuk membantu nya.

Arga membantu sosok pemuda yang hampir tumbang karena mendapatkan serangan bertubi-tubi dari lawannya.

"Lo-lo gak papa?"  tanya Arga pada pemuda yang masih menunduk.

"Sialan! siapa lo," tanya anggota preman yang berjumlah lima orang dengan pakaian urak-urakan ala preman Jalanan.

"Najis banget sumpah, lo cowok tapi maennya kroyokan. Mending pulang main bepe-bepean lo sono!" hina Arga dengan menatap remeh para anggota preman.

"Bocil banyak gaya lo, sini maju!"

Tanpa babibu lagi. Arga langsung maju dan menghajar para preman didepannya dengan gesit. Membuat para preman kualahan dan berakhir menyerah. Lalu pergi sejauh mungkin.

"Dih, mental yupi aja sok-soan jadi preman!" caci Arga . Tangannya mengusap sudut bibirnya yang tidak sengaja terkena hantaman balok kayu.

Arga berbalik dan langsung menghampiri orang yang ditolongnya tadi.

" Lo gak papa?" tanya Arga sambil memperhatikan orang didepannya dengan teliti.

Jika dilihat-lihat. Arga sepertinya mengenal orang ini. Tapi siapa? pikir Arga.

"Terimakasih, dan saya pergi!" ucap pemuda itu.

Lalu berlalu pergi meninggalkan Arga dengan wajah bengong nya. Serius ini Arga dicampakkan?

"Terimakasih doang? gak ada ngomong apa gitu. Masa udah dibantuin , gue langsung ditinggal pulang. Kurang ajar banget," gerutunya dan langsung ikut pergi dari situ.

Saat ini Arga sudah duduk santai didalam kamar kosnya dengan satu piring nasi goreng didepannya. Sebelumnya Arga sudah membelinya, setelah membantu pria tak tau diri itu.

Arga memasukkan satu sendok penuh berisi nasi goreng kedalam mulutnya. Matanya memejam saat menikmati sensasi nikmat didalam indra pengecap nya.

"Ini nasi goreng enak banget ya, rasanya kaya nasi goreng, baunya juga kaya nasi goreng. Hebat ya yang bikin nasi goreng, bentuk nasi gorenya mirip nasi goreng beneran!" cerocosnya lalu kembali memasukkan satu sendok nasi goreng dengan sepotong sosis kedalam mulutnya.

Setelah selesai makan Arga segera membereskan bekas makanannya dan berlalu untuk tidur malam.

Pagi ini Arga dengan santai berangkat sekolah dengan motor kesayangannya.Arga ini mempunyai motor empat. Yang pertama motor sogun, motor kinjeng,motor supra fit model jaman dulu dan yang terakhir motor sport berwarna hitam metalik yang diberi nama Embul, namanya terinspirasi dari nama boneka monyet milik anak tetangganya.

Arga menatap lamat keempat sepeda motornya. Dia bingung ingin menggunakan motor yang mana untuk pergi kesekolah.

"Daripada bingung milih, mending pake cap cip cup. Cap cip cup mana yang harus dipilih." Telunjuk Arga berhenti di motor sogun.

"Berhubung yang kepilih motor Sogun, jadi gue naik yang supra aja. Karena supra selalu didepan hawok hawok..."

Tentangga kost Arga tertawa renyah saat melihat kelakuan anak kelebihan gizi satu ini. Yang terpilih yang mana, yang dipake yang mana.

"Ngapain ketawa Pak? Ketawa bapak itu bau kentut lo," sungut nya.

"Sembarangan aja kalo ngomong, orang bapak tadi udah sikat gigi pake bayclin!" ucapnya tak terima dihina oleh Arga.

"Anjir bayclin gak tuh! itumah buat pemutih pakain Pak, bukan pemutih gigi. Rontok gak tuh gusi,gue tebak pasti gusinya langsung clinggg ilang."

"Iya lah langsung putih, nih liat gigi bapak!"

Bapak tetangga Arga langsung tersenyum cerah hingga menampilkan deretan giginya yang puti bersih dan bersih. Membuat Arga kesilauan dan langsung menutup matanya dengan tangan.

"Anjay, berkilau!"

Jangan lupa vote plus komen
Semoga Alloh limpahkan rezekinya aminnn....

ArgavanilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang