Arga Dulu

5.1K 486 36
                                    

Sore harinya Arga terbangun dari tidur atau lebih tepatnya pingsan  dan itu semua adalah ulah dari abang ketiganya Rega yang tidak berperikemanusiaan.

"Anjir, pusing banget!" Arga memijit pelan dahinya.

"Tai, kemaren gue niatnya mau jadi anak polos. Eh bangun tidur dari mobil malah lupa. Emang dasarnya muka gue udah gak pantes jadi anak polos kali ya. Makanya mau ekting polos aja sampe lupa," bro Arga pelan

Mata Arga memicing keseluruhan ruangan yang dulu pernah ditinggali oleh Arga. Ini adalah kamarnya dulu saat dirinya masih tinggal disini. Tidak ada yang berubah dengan isi kamarnya. Warna temboknya masih bewarna baby blue dimana dulu itu adalah warna favorit Argavanil.

Banyak sekali boneka yang tersusun rapih dan terlihat masih bersih.Arga turun dari kasur besarnya berjalan kearah lemari berwarna biru.Saat membukanya mata Arga langsung menyipit karena muak dengan berbagai macam setelah baju miliknya dulu yang sangat kekanak-kanakan. Dimana banyak sekali bajunya yang bermotifkan kartun.

"Gue kalo keinget kelakuan gue dulu jijik banget su! Kalo Fikri sama Aldi tau. Udah jadi bahan hujatan satu dunia pasti. Secara mulut mereka berdua lemesnya ngelebihin ibu-ibu tukang ghibah!" beo Arga.

Badan Arga langsung saja merinding,"Geli sumpah ngeliatnya!" ujarnya saat kembali melihat seluruh isi kamar yang membuat mata Arga sakit.

Saat mata Arga melihat jam di dinding. Arga langsung panik karena jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Sedangkan Arga ingat dirinya belum mencari rumput untuk kambingnya.

"Anjir, harus ngarit ini!" seru Arga yang kini sudah berlari keluar kamarnya menuju dapur.

Saat sampai di dapur para pelayan menyapa Arga namun Arga hanya membalas dengan senyum. Sampai akhirnya Arga sampai di sebuah ruangan khusus menyimpan alat-alat perkebunan.

"Pak, pinjem sabitnya ya! Sama karung," pinta Arga pada bapak tukang kebun.

"Tuan muda, lama sekali kita tidak bertemu. Kabar Tuan muda gima-" Belum sempat bapak itu menyelesaikan kalimatnya. Arga sudah lebih dulu menarik bapak itu menuju kebun dibelakang. Dimana banyak sekali sayuran ditanam.

"Kabar Arga buruk Pak! Kambing Arga belum dikasih makan. Ayok Pak bantuin nyari rumput," ucap Arga.

"Tapi disini tidak ada rumput Tuan Muda. Yang ada hanya sayuran dan-" Lagi -lagi bapak tukang kebun belum selesai bicara.

Arga dengan otak pintarnya sudah mengambil beberapa jenis sayuran hijau ke dalam karung. Membuat bapak itu kelimpungan. Hey yang Arga ambil itu sayuran bukan rumput yang bergoyang.

Bapak itu menepuk kepalanya dengan kedua tangan. "Aduh Tuan muda, itumah sayuran bukan rumput!" serunya.

Arga menoleh pada bapak itu, "Coba Arga tanya? Rumput itu warnanya apa," tanyanya.

"Hijau," jawab bapak tukang kebun.

"Terus sayuran warnanya apa?" tanya Arga sekali lagi.

"Hijau juga Tuan Muda," jawab bapaknya lagi.

"Nah berarti sama ajakan, sama-sama bisa buat makan kambing!" ucap Arga yang kini lanjut mengisi karungnya yang sudah terisi setengah.

Sedangkan bapak tukang kebun hanya bisa pasrah dengan kelakuan tuannya. Dalam hatinya bertanya-tanya dengan perubahan Arga yang dulu dengan yang sekarang sangatlah jauh berbeda.

Tuanya yang dikenal dulu adalah tuan muda yang penurut, tidak banyak bicara dan sangat ceria. Wajah tuan mudanya dulu itu sangat imut dan tembam seperti anak kecil. Sangat berbeda dengan sekarang yang wajahnya terlihat sedikit sangar. Badanya juga lumayan berisi dan berotot. Namun dari segi kulit, Arga masih sama seperti dulu putih bersih.

"Pak tolong bantuin, jangan diem aja!" tutur Arga. Akhirnya mau tak mau bapak tukang kebun membantu Arga hingga karung itu terisi penuh dengan sayuran hijau kualitas terbaik.

Sayangnya kualitas terbaik itu cuman buat kambing. Ingat kambing!

"Bapak punya motor gak?" tanya Arga pada tukang kebun.

"Punya Den, tapi jelek motornya," jawab bapak tukang kebun seadanya.

"Mana?" Arga bertanya sambil mengikak kuat ujung karungnya.

"Itu disamping." Tunjuk bapak tukang kebun kearah samping area kebun.

Mata Arga langsung sumringah saat melihat motor legendaris yang hanya tersisa kerangkanya saja. Ibarat kata tinggal tulang dan dagingnya sudah entah kemana.

Arga mengangkat karungnya keatas pundak lalu berjalan kearah motor. Meletakkan karung pada bagian tengah motor dan segera Arga menaikinya.

"Pak, Arga pinjem ya. Dan terimakasih sudah membantu Arga..." Belum sempat bapak kebun menjawab. Arga sudah lebih dulu menyalan motor dengan diongkel.

Greng...
Greng...
Greng greng greng...
Ngeng...

Arga pergi begitu saja meninggalkan bapak tukang kebun yang terdiam dengan mulut menganga lebar. Arah matanya mengikuti Arga yang kini sudah melenggang pergi.

"Ini beneran tuan muda? Sejak kapan orang yang dipanggil tuan muda ngarit," pikir tukang kebun yang masih tidak percaya.

Sedangkan Arga sudah berhasil pergi dari mansion keluarga Zevara.Saat ini tujuan Arga adalah kos-kosannya. Saat sampai didepan rumah kos, Arga disambut dengan gigi bapak tetangga kos yang menyala. Sebut saja namanya Heru.

"Udah balik Ga?" tanya pak Heru basa basi.

"Gak usah basa basi ah Pak! Orang udah ngeliat, masih aja ditanya 'udah balik Ga?' minim banget pertanyaannya. Harusnya tanya, kenapa masih idup aja sih Ga, ko gak mati-mati. Gitu baru tepat." Protes Arga pada Pak Heru.

"Emang kamu udah siap mati?" tanya pak Heru pada Arga.

"Belum sih Pak! Tapi kalo Bapak mau duluan juga gak papa..." ujar Arga polos.

Seketika Arga menghindar saat dirinya mendapatkan serangan dadakan. Pak Heru dengan kesalnya melepar Arga dengan sendal teplek miliknya yang sudah buluk.

"Ngapain kamu menghindar. Kan jadi gak kena!" sungut Pak Heru.

"Orang yang dilempar sendal butut. Coba kalo yang dilemparin emas berlian. Mau sepuluh emas batangan yang dilemparin juga gak bakalan menghindar kalo itumah," ucap Arga.

"Kalo itumah, bapak juga mau!" seru Pak Heru.

Sudah! Pak Heru sudah melambaikan tangan untuk menghadapi tingkah Arga yang wah sekali. Lebih baik dirinya masuk rumah. Daripada bertemu Arga otaknya selalu panas.

"Udahlah bapak mau pergi! Capek ngeladenin kamu." Pak Heru pergi begitu saja meninggalkan Arga yang cekikikan karena berhasil mengerjai Pak Heru.

"YaAlloh ampuni dosa hamba yaAlloh. Kalau bisa dosanya ditransfer aja ke Pak Heru. Aku ikhlas yaAlloh," doa Arga.

"HEH! SAYA DENGAR YA!" teriak Pak Heru dari dalam rumah.

Arga yang takut kena amuk akhirnya kabur membawa sekarung sayuran ke kandang kambing miliknya. Arga yakin, Si Sumbing dan Kero pasti sangat merindukan Arga.

Antara merindukan Arga atau rumputnya itu beda tipis!


Kalau suka tolong bantu vote plus komen ya
Biar author semangat dan gak nonton drama terus wkwk..

ArgavanilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang