Arga bersiul sambil memberikan kedua kambingnya sayuran yang tadi Arga bawa. Saat pulang tadi kedua kambing tidak tau diri ini terus saja bersuara membuat Arga kesal.
"Gak dikasih makan dari siang aja cerewet lo berdua! Kalo laper itu cari makan sendiri. Jangan ngadelin gue terus dong." Arga terus saja mengocehi kedua kambingnya.
"Ya lo tolol, bego! Itu kambing lo kandangin gimana mau nyari makan sendiri. Coba aja kalo itu kambing bisa ngomong. Pasti udah protes karena tertekan jadi kambing lo," ujar Aldi yang baru saja datang bersama Fikri.
"Udah gitu namanya jelek banget lagi, sama jeleknya kaya moto geng Revolver!" sindir Fikri.
Arga melotot tak terima." Heh! Kambing kalo gak dimasukin kandang nanti kabur bego. Ini aja kambing gue dapet dari santunan anak yatim."
Kalo boleh jujur sebenarnya kedua kambing Arga adalah kambing dari santunan anak yatim ditempatnya. Para warga mengira Arga anak yatim piatu karena tinggal sendiri. Dan saat anak itu ditanyai apakah masih punya orang tua atau tidak. Arga bilang ibunya sudah meninggal dan bapaknya kawin lagi. Alhasil Arga mendapatkan santunan setiap tahun.
Sebenarnya gak salah juga Arga menerima santunan itu. Yah tapikan Arga... ah sudahlah kalian nanti juga tau.
"Lo mah aneh, orang cuman anak brokenhome eh malah ngakunya anak yatim. Dosa tau, nanti orang tua lo mati beneran," ucap Aldi pada Arga.
"Mati ya di kuburin ko pusing! Lagian juga dia gak peduli sama gue, ngapain gue pikirin," tutur Arga dengan raut wajah yang biasa saja. Namun bisa Aldi lihat jika sebenarnya dalam lubuk hati Arga, pasti anak ini merasa sakit dihatinya saat mengatakan semua ini.
"Eh Ga, ko baju lo baju branded dapet dari mana lo. Jangan-jangan sebenarnya lo anak orang kaya lagi," tuduh Fikri sambil memegang baju Arga yang Fikri yakini baju Arga adalah baju mahal. Karena Fikri juga punya merek ini.
Sebenarnya ini hanyalah akal-akalan Fikri agar mereka berganti arah pembicaraan.
Arga yang gelagapan langsung saja menghindar dan masuk ke kosnya. Fikri dan Aldi langsung saja menyusul Arga.
"Minta makan dong Ga!" seru Aldi.
"Gue miskin!" Balik Arga yang berseru keras.
"Nanti malem jalan-jalan yang jauh yok!" ujar Fikri.
"Ngapain jalan-jalan jauh kalo endingnya jalan kekuburan," sahut Arga dengan wajah polos mematikan.
"Sat!" ucap Aldi dan Fikri bersamaan.
"Ko lo tadi gak ada disekolah Ga? Ko bolos gak ngajakin kita. Curang lo bolos sendirian gak setia kawan," tukas Aldi. Tadi saat disekolah Aldi dan Fikri mencari keberadaan Arga tapi tidak ketemu.
"Semedi gue di lembah hantu! Kawanan monyet kaya kalian dilarang ikut," sahut Arga bohong. Arga tidak mungkin menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada kedua sahabatnya ini.
Malam harinya saat kedua sahabatnya sudah pulang. Arga keluar dari kosnya berjalan kearah motor milik bapak tukang kebun yang tadi Arga pakai.
Baru saja Arga menaiki motor ada beberapa mobil yang datang dan keluarlah kedua abang sulung dan abang kedua Arga. Berjalan menghampiri Arga dengan wajah tajam seperti ingin menguliti Arga hidup-hidup.
"Kenapa kesini Bang?" tanya Arga.Padahal Arga baru saja akan berangkat kembali ke mansion.
"Masih tanya kenapa?" tekan Travis yang tanpa aba-aba langsung menampar Arga. Tapi tidak terlalu kuat.
Wajah Arga tertoleh Arga sedikit berdecak saat mendapatkan tamparan dari abang sulungnya. Yah walaupun tidak sakit tapikan tetap saja sakit dikit.
"Orang cuman pulang bentar ini juga udah mau balik. Gak usah segala ditampar juga dong!" Fiks Arga ngambek. Kebiasaan Arga dari orok sampai sekarang umur enam belas tahun tidak pernah berubah.
"Tidak pernah berubah!" ujar Darga saat melihat adik bungsunya yang gampang sekali ngambek. Jika sudah seperti ini maka akan sangat sulit untuk dibujuk.
"Ayok pulang sama abang!" bujuk Darga dengan lembut. Jika Darga membujuk Arga dengan kekerasan maka yang ada Arga akan semakin pundung nantinya.
"Jangan pegang!" Mata Arga melirik sinis Darga yang mencekal pundaknya.
"Anak ini harus dengan cara kasar baru menurut!" sarkah Travis yang pada dasarnya adalah orang yang tidak sabaran persis seperti Rega.
Bibir Arga sudah monyong sepuluh senti lantaran ngambek dengan kedua abangnya. Arga yang lelah berdebat akhirnya mengengkol motor itu dan pergi begitu saja. Meninggalkan asap pekat diwajah kedua abangnya hingga wajah putih kedua abangnya berubah menjadi hitam.
"ARGAVANIL!" teriak menggelegar Travis yang marah karena kelakuan adik bungsunya Arga.
Disepanjang perjalanan Arga menikmati aksi balapan motor dengan para pengendara lain yang mengejek dan menyalipnya. Arga paling tidak suka jika dijalan ada yang berani menyalipnya. Serasa jiwa pembalap Arga langsung keluar begitu saja.
"Anjay, gaya banget mereka nyalip gue. Mentang-mentang motor gue butut, liat aja gue salip nih." Arga menancap gasnya hingga poll dan mendahului semua pengendara yang menyalipnya. Membuat semua pengendara segera menutup sempurna helm mereka. Karena asap motor Arga yang mengepul di sepanjang jalan.
Padahal yang sebenarnya terjadi mereka bukan menyalip Arga karena mengejek motor Arga. Tapi mereka sengaja menyalip karena tak kuat dibelakang Arga, motor yang Arga gunakan mengeluarkan asap yang membuat mereka merasa terganggu.
Emang dasarnya Arga saja yang menuduh orang lain sembarangan!
Setelah sampai di mansion Arga langsung mengembalikan motor tukang kebun lalu masuk kedalam. Saat sampai diruang keluarga Arga mendapatkan tatapan tajam dari semua orang. Termasuk Travis dan Darga yang juga sudah sampai di mansion.
Arga abai dan tetap berjalan santai lalu duduk disebelah Garan abang keempatnya. Karena Arga rasa Garan adalah orang yang paling tenang dan tidak mudah emosian seperti abangnya yang lain.
"Darimana?" tanya Garan pelan. Walaupun jauh dari lubuk hati Garan yang sebenarnya merasa marah karena adik bungsunya yang kembali kabur.
"Cari rumput buat si Sumbing sama Kero," jawab
Arga santai."Siapa Sumbing dan Kero itu?" tanya sang daddy pada Arga.
"Nama kambingnya Vanil, kerenkan namanya kaya nama orang Korea," jawab Arga dengan bangga.
"Dimana unsur Koreanya?" tanya Rega penasaran. Padahal nama kedua kambing Arga sangat jauh sekali dari nama-nama orang Korea.
"Nama kepanjangannya itu Kim Sumbing sama Park Kero. Itu kan ada unsur Koreanya, masa gitu aja gak tau. Kudet banget!" sungut Arga pada abang ketiganya Rega.
"Ini ide gila dari mana namanya jadi bisa begini?" batin Rega pasrah.
"Kamu punya kambing?" Kini yang bertanya gantian abang ketiganya Garan.
"Punya dua, dapet dari santunan anak yatim," jawab Arga enteng. Yang sukses membuat anggota keluarganya kaget.
Ini bagaimana konsepnya anak orang kaya dapat santunan!
Arga yang lelah melepaskan sepatunya tak lupa melepaskan baju hingga menyisakan kaos dalam dan celana selutut. Lalu Arga rebahkan kepalanya dipaha Garan. Tak lama Arga tertidur pulas dengan dengkuran halus.
"Kalo sekolahnya dipindah, Vanil bakalan pindah alam biar gak bisa ketemu kalian. Pokoknya Vanil masih marah sama Abang!" gumam Arga dalam tidurnya.
"Astaga, Vanil ngiler!" kaget Garan yang malah membuat mereka semua tersenyum simpul.
Ternyata adik kecilnya masih sama seperti dulu.
Bismillah tolong bantu vote novel piyik punyaku. Walaupun gak seberapa bagus, intinya bantu support ya.
Terimakasih yang sudah suport🐏🐏
KAMU SEDANG MEMBACA
Argavanil
Teen FictionArgavanil atau kerap dipanggil Arga adalah sosok anak remaja nakal, dan hobby balapan motor. Dibalik kenakalannya, Arga memiliki segudang prestasi dalam bidang akademik maupun non akademik. Hidup sendiri membuatnya hidup bebas tanpa kekangan atau a...