Keluarga Zevara

8.3K 751 104
                                    


Happy Reading




Argavanil

Pagi ini seperti pagi pada umumnya. Dengan semangat empat lima Arga pergi kesekolah dengan motor sogun nya yang berwarna merah. Mengendarainya dengan pelan. Hingga sampai disekolah, Arga memarkirkanya dan berjalan keara kelasnya dengan santai. Padahal sebentar lagi, upacara akan segera dimulai.

"Nyantai ajalah, biar dihukum." Arga meletakkan tasnya diatas meja. Kemudian berjalan santai keluar kelas, menuju lapangan.

Dan benar saja Arga terkena hukuman karena terlambat satu menit. Membuatnya harus berbaris dibagian khusus siswa-siswi yang dihukum. Baik dihukum karena terlambat ataupun karena hal lain, seperti perlengkapan pakaian yang tidak lengkap.

Arga menatap sinis pada kedua tuyul yang tengah menertawakan nya karena dihukum. Ternyata mereka berdua tidak setia kawan.

"Anjing lah, bangsol emang mereka berdua. Temen macam apaan, gue dihukum mereka kaga. Gak setia kawan banget," gerutu Arga sambil menatap sinis kedua tuyulnya.

Sedangkan saat ini kepala sekolah sedang memberikan sambutan pada pemilik sekolah yang datang bersama kedua anaknya.

"Mari anak-anak, kita sambut pemilik sekolah kita. Tuan Darman Zevara dan kedua anaknya. Tuan Travis Zevara dan tuan Darga Zevara."

Semua siswa-siswi serta guru-guru disana menyambut antusias pemilik sekolah dengan kedua anaknya. Baru pertama kali ini pemilik sekolah mau datang kesekolah ini. Membuat mereka semua heboh. Apalagi setelah melihat langsung keluarga Zevara yang terlihat sangat berwibawa dengan postur tubuh yang tingga dan bentuk badan yang atletis, jangan lupakan wajah mereka yang menawan dan memikat hati siapun yang melihatnya.

Berbeda dengan para siswa-siswi lainnya yang tampak antusias. Arga justru menegang ditempatnya. Jantung Arga seperti berhenti berdetak. Saat mendengar nama seseorang yang sangat Arga kenali.

"Enggak mungkin! pasti cuman namanya yang sama," gumamnya lirih. Tangannya bergetar dan dengan pelan Arga mendongak, menatap kearah depan barisan para guru.

Deg...

Lagi dan lagi Arga dibuat tegang saat matanya bertatapan langsung dengan seseorang. Sesegera mungkin Arga memalingkan wajahnya. Dan berusaha berpikir, bagaimana caranya dirinya bisa pergi dari sini.

"Gue gak mau balik lagi," beonya lirih.

Tiba-tiba sebuah ide muncul dikepalanya.

"Sandi!" panggilnya lirih.

Sandi adalah ketua OSIS disekolahnya. Sekaligus teman baik Arga. "Kenapa?"

"Perut gue rasanya sakit banget sumpah, gue ijin berak boleh gak?" Arga memegang kuat perutnya seolah-olah jika perutnya benar-benar sakit. Padahal hanya bualan saja.

"Yaudah, tapi cepet balik ya!" ucap Sandi dan Arga hanya menganguk. Kemudian segera kabur dari sana.

Bukannya kekamar mandi Arga justru kembali ke kelasnya dan mengambil tasnya dengan buru-buru.

"Anjing gue harus kabur, sebelum mereka nangkep gue!" gumanya dan segera pergi dari kelasnya. Menuju gerbang belakang sekolah.

Arga berlari kecil sambil mengawasi sekelilingnya. Takut jika dirinya nanti ketahuan akan membolos. Namun baru sampai dikoridor sekolah. Tidak sengaja Arga menabrak sesuatu yang keras. Membuat Arga yang tidak siap tersungkur ke lantai.

"Aduh, k*ntol kejepit!" latahnya. Sambil memegang pantatnya yang terasa sakit.

"Beginikah caramu menyambut daddy mu, Vanil?" tanya seseorang yang berdiri tepat didepan Arga.

Arga menegang ditempatnya dan dengan perasaan takut mulai mengangkat wajahnya, menatap sosok didepannya yang memanggil namanya.

Tatapan tajam mengarah kearah Arga, rasanya Arga tengah ditatap hewan buas. Yang kapan saja bisa menerkamnya.

"Gu-gue buk-kan Vanil!" ucapnya lirih.

"Anjing, kenapa jadi gagap begini sih, mana kaki gue tiba-tiba berubah kaya yupi lagi. Lemes anjing mabar jijayyyyy!" rutuk Arga dalam hati.

Tiba-tiba tubuh Arga melayang membuat Arga kaget dan dengan reflek mengalungkan tangannya pada sosok pria paruh baya yang memanggil dirinya sendiri dengan sebutan daddy.

"Gu-gue bukan Vanil, gue Arga," ucapnya lirih karena takut.

Langkah kaki pria paruh baya itu membawa Arga pergi dari perkarangan sekolah. "Kamu tidak lupa dengan nama aslimu kan, Argavanil?"

"Daddy, gue bukan Vanil!" tegas Arga. Malah membuat sang daddy tersenyum kecil.

Daddynya menyentil pelan kepala Arga yang sempit membuat anak itu meringis kecil. "Kamu memanggilku , dengan sebutan daddy, bukankah itu sama saja kamu sudah mengakui siapa dirimu, bayi kecilku Vanil."

Arga merutuki kebodohannya sendiri. Kenapa juga dia punya mulut bodoh sekali. Sekali-kali pinter kaya otaknya kenapa? gak berguna banget ini mulut.

Arga sempat memeberontak saat daddynya membawanya masuk kedalam mobil. Namun saat didalam dirinya langsung terdiam kaku saat melihat kedua abanya.

"Kenapa sekarang kamu jadi suka memberontak, Vanil?" tanya Travis. Sambil menatap tajam kearah Arga.

Arga langsung menunduk dan mengalihkan perhatiannya dari abang pertamanya Travis. Membuat Travis kesal dan mencekram kuat lengan Arga.

"Tatap orang yang sedang mengajakmu bicara, Vanil!" tekannya.

Sedangkan Darga hanya diam dan mengamati kejadian dikursi belakang. Karena Darga abang kedua Argavanil itu cenderung tidak banyak bicara. Dan lebih suka menjadi pengamat yang baik.

Arga meremat kuat jas daddynya dan malah menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher sangat daddy.

Demi sempak tuyul, tangan Arga rasanya sangat sakit sekarang. Bukan karena Arga lebay, tapi tangan yang diremat oleh abang sulungnya itu ada bekas luka, yang kemarin terkena balok saat tawuran dengan anggota Dark Pink.

"Vanil!" tekan Travis sekali lagi.

Tanpa sadar Arga mrnggigit bibirnya kuat hingga berdarah. Melihat putranya yang melakukan hal bodoh seperti itu. Daddynya segera mengangkat wajah Arga. "Jangan kamu gigit Vanil, kamu melukai dirimu sendiri."

Arga yang keras kepala tetap mengigit bibirnya sendiri, membuat daddy geram. Dan tanpa sengaja melihat sudut bibir Arga yang terluka.

"Bajingan mana yang berani melukaimu?" tanya sang daddy. Bersamaan dengan tangan Travis  yang terlepas dari lenganya.

"Ini kepentok pohon kemarin." Setelah dirasa tangannya tidak terlalu sakit. Arga melepaskan gigitannya pada bibirnya. Lalu mengelap pelan bibirnya yang terasa anyir karena darah segar miliknya.

"Pohon apa?" tanya Travis cepat.

"Pohon toge," jawabnya asal. Dan masih tidak berani menatap abang pertamanya.

"Kamu pikir kami bodoh?" tanya Travis sekali lagi.

"Eh, enggak sebenarnya. Ah Daddy, gak mau disini. Vanil mau pulang,Vanil mau pulang!" rengeknya. Membuat Travis kesal.

Jujur sebenarnya Arga sedang berusaha mengalihkan perhatian keluarganya. Jika sampai mereka tau kelakuan, Argavanil bungsu Zevara yang sekarang. Arga pastikan, jika kehidupannya akan seperti burung dalam sangkar emas, yang harus selalu patuh pada setiap aturan yang dibuat keluarga Zevara.

"Sudah cukup tiga tahun kamu kabur dari kami Vanil. Abang pastikan kamu tidak akan pernah bisa pergi lagi dari kami," peringat Travis pada Arga. Membuat Arga sedikit kesal.

"Kita liat aja nanti, seperti apa Argavanil yang sekarang. Gue harap kalian tidak akan mati jantungan saat mengetahuinya nanti!" ucap Arga dalam batinya.

"Bukankah berpura-pura menjadi polos untuk sesaat itu menyenangkan?"

Jangan lupa vote woyyyyyy
Komen dong, mentang" Bab nya seuprit gk pada mau komen. Kurang asem!





ArgavanilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang