Pagi ini Arga sudah siap dengan pakaian sekolahnya. Tadi malam saat terbangun Arga meminta tolong pada abang keempatnya Garan, untuk mengambilkan peralatan sekolah Arga yang masih berada dikos.
"Deddy!" teriak Arga dari arah tangga dengan wajah cemberut. Membuat seluruh atensi diruang makan menatap kearahnya.
"Kemari!" Tangan Darman melambai menyuruh putra bungsunya untuk mendekat kearahnya.
"Kenapa?" tanya lembut Darman pada Arga.
"Siapa yang nyuruh ganti tas Vanil jadi tas jelek butut begini. Siapa juga yang udah ganti sepatu Vanil jadi kaya gini. Vanil gak mau!" Amuk Arga pada daddynya yang dengan seenak jidat mengganti semua peralatan sekolahnya.
"Astaga Vanil! Semua yang kamu pakai adalah barang mahal puluhan juta yang baru saja abang Travis belikan untukmu. Dan kamu bilang itu jelek dan butut, jelek dari segi mananya," sahut Darga abang kedua Vanil.
"Pakai ini aja ya!" bujuk daddynya lembut.
"Pakai atau tidak usah sekolah!" sarkah Travis.
"Kalau tidak pakai ini mau pakai mana? Semua barangmu itu sudah tidak layak pakai!" ucap pedas Rega yang selalu saja bisa membuat Arga pundung.
"Orang masih berguna juga. Beli barang mahal-mahal juga ujungnya nanti pas mati pake kain kafan. Dasar orang kaya boros!" sengit Arga yang akhirnya lebih memilih duduk dikursi makan paling ujung.
Tidak usah ditanya kenapa Arga memilih kursi paling ujung yang berjauhan dengan anggota keluarganya. Tau kan jika Arga itu mempunyai jiwa ngambekan yang sudah mendarah daging. Jadi ceritanya sekarang Arga sedang ngambek dengan keluarganya.
"Kenapa jauh sekali?" tanya Garan pada Arga yang malah matanya menatap sinis Garan.
"Gak usah nanya-nanya. Orang lagi marah ditanyain, bikin tambah kesel aja!" sungut Arga yang kini sedang dilayani oleh pelayan yang membantu mengambilkan beberapa lauk untuk Arga.
"Sudahlah biarkan saja adikmu itu, yang penting mau makan!" lerai Darman pada anaknya Garan.
Pukul 08:00 Arga masih santai menikmati makanannya sedangkan keluarganya sudah selesai dan sedang memperhatikan porsi makan Arga yang terbilang banyak.Kecuali Rega dan Garan yang sudah pergi karena mereka masih siswa SMA yang tidak bisa telat masuk sekolah.
"Ini sudah jam delapan Vanil? Abangmu Rega dan Garan sudah berangkat dari tadi. Masa kamu masih nyantai, nanti emangnya gak dihukum," tanya Darga pelan yang kini sudah membantu Arga memakai kaos kaki yang tadi sempat di lepas oleh Arga karena hanya ingin memakai sepatu saja.
Kata Arga, 'Ngapain pake kaos kaki, kaya kakinya buluk aja pake ditutupin!'
"Nyantai aja kali Bang, oh iya nanti tolong minta orang buat kasih makan kambing Vanil ya Bang. Soalnya gak sempet," Pinta Arga pada abang keduanya.
Darga mengangguk mengiyakan. Dibalik sifat dinginnya saat diluar, sebenarnya Darga adalah sosok abang impian sejuta umat. Sangat sayang dan perhatian kepada adiknya. Darga juga selalu berusaha memberikan semua keinginan adiknya. Entah apapun itu akan Darga usahakan.
Sifat Darga hampir sama dengan Garan yang sangat lembut kepada Argavanil. Berbanding terbalik dengan Travis yang sangat kasar dan suka memaksa serta memerintah. Sifat Travis hampir sama dengan Rega, hanya saja mulut Rega lebih tajam dari Travis.
"Minum vitamin dulu Vanil!" tegur sang daddy saat Arga akan beranjak pergi.
"Enggak ah! Kaya anak kecil," tolak Arga cepat.
"Kalo begitu tidak usah sekolah!" ancam Travis yang malah membuat Arga berdecak kesal.
Akhirnya mau tidak mau Arga meminum vitamin yang diberikan oleh pelayan. Setelah itu Arga menyalimi abang pertamanya Travis, lalu Darga abang keduanya dan yang terakhir daddynya sebagai tanda sopan santun sebelum sekolah. Walaupun kelakuan Arga sebelas dua belas dengan kelakuan jin tomang. Tapi Arga masih mempunyai sopan santun walaupun cuman sedikit.
"Vanil berangkat!" pamit Arga yang kini sudah ngacir kabur dari Darga, padahal tadi Arga sudah setuju akan diantar oleh Darga.
Bukannya ke pintu depan Arga malah berlari ke area kebun belakang. "Bapak punya sendal gak?" tanya Arga pada bapak tukang kebun.
"Punya Den, tapi jelek!" Bapak tukang kebun menunjukan sepasang sendal kepada Arga.
Arga tersenyum lalu mengganti sepatunya dan juga tasnya. Setelah itu Arga pergi dengan motor butut tukang kebun yang Arga pinjam kemarin.
Saat sampai disekolah Arga menjadi pusat perhatian seluruh siswa-siswi sekolah yang kebetulan pelajaran kedua ini tidak ada pelajaran. Hari ini juga merupakan hari keberuntungan Arga karena saat masuk gerbang tadi pak satpam sedang pergi dan itu menjadi kesempatan bagus Arga agar bisa masuk kesekolah.
"Anak monyet lo! Lo mau sekolah apa mau ngamen njing!" seru Aldi baru saja menghampiri Arga.
" Tasnya pelastik serebuan, mana pake sendal jepit selen, sebelah kanan ijo sebelah kiri merah. Lo mau sekolah apa mau ngamen sih Ga?" Kini giliran Fikri yang tak habis pikir dengan kelakuan temennya.
"Harusnya tadi berenti aja di perempatan bareng manusia silver. Siapa tau dapet duit banyak lo!" sindir Aldi yang malah dibalas Arga dengan mulutnya yang menirukan ucapan Aldi.
"Persis banget banget kaya Joko Kendil hahaha..." tawa Fikri pecah saat ini juga.
"Mata lo njepat!" maki Arga sambil menonyor kepala Fikri.
Saat mereka sedang asik bergurau datanglah ketiga siswa lainnya yang merupakan salah satu musuh Arga disekolah ini.
"Iyuhhh... bau-bau madesu ya disini?" ucap Vero yang sudah jelas sekali menyindir Arga.
"Apa tuc madesu?" sahut teman Vero, Keilo yang menyenggol temannya yang lain.
"Masa depan suram hahaha..." ucap Harsi dengan tertawa kencang.
Vero, Keilo dan Harsi adalah anggota anak kaya raya yang bersekolah disini. Mereka bertiga selalu merundung Arga yang diketahui adalah anak yatim yang miskin. Dan mereka beranggapan jika orang miskin wajib di hina. Dan orang kaya wajib disanjung dan dijunjung tinggi.
"Diem lo Hachim! Gak usah sok kaya lo. Palingan aja bapak lo kaya karena pinjol, iyakan!" tuduh Aldi pada Harsi.
"Heh! Nama gue Harsi bukan Hachim. Gue gak lagi bersin ya..." tukas Harsi yang tak tak Terima namanya diganti-ganti.
"Udah yok pergi aja, banyak butiran debu kemiskinan disini. Nanti kita ketularan miskin kaya mereka," ucap lemes Vero.
"Iyah bener, mereka bawa virus kemiskinan. Ayok kita pergi!" timpal Keilo.
"Yaudah sono cepetan pergi! Gue juga ogah lama-lama sama lo. Takut ketularan virus sok kaya. Nanti ribet kalo hidup kegedean gengsi sama gaya. Mati juga yang ditanya amalnya bukan hartanya!" Usir Arga yang malas sekali setiap hari harus meladeni tiga cacing pita didepannya.
"Auu... Pak ustad ndalil, kabur!" ucap Vero yang kini sudah kabur beserta kedua anteknya.
"Anak anjing emang," sungut Arga.
"Jangan dimasukin hati Ga," ucap Fikri pada Arga.
"Tenang aja, gak gue masuki hati ko. Tapi gue masukin tai!" kesal Arga.
Gue up setiap hari nih...
Jadi tolong jangan lupa vote plus komen
Kalo gak gue santet lu pada!
KAMU SEDANG MEMBACA
Argavanil
Teen FictionArgavanil atau kerap dipanggil Arga adalah sosok anak remaja nakal, dan hobby balapan motor. Dibalik kenakalannya, Arga memiliki segudang prestasi dalam bidang akademik maupun non akademik. Hidup sendiri membuatnya hidup bebas tanpa kekangan atau a...