03.The Mission

53 5 0
                                    

Bel istirahat berbunyi sejak semenit yang lalu. Keempatnya segera berpencar ke tempat yang sudah di tentukan. Setelah kejadian semalam, chava mengalami demam sehingga ia tidak bisa hadir ke sekolah hari ini.

Sementara itu, tanpa sepengetahuan chava, keempat saudarinya sudah menyusun sebuah rencana untuk menyelidiki siapa pria di balik masker hitam yang pernah joane temui tepat hari dimana mereka pertama kali mendapatkan teror tersebut.

Yeshi berada di ruang cctv sekolah untuk memantau. Ia sudah memberikan uang jaminan pada penjaga cctv tersebut sehingga mereka dapat menutup mulut tentang misi ini.

Lia yang berada di ruang loker kelas dua belas, selin yang berada di ruang loker kelas sepuluh, dan joane yang berada di ruang loker kelas sebelas. Mereka menempati posisi sesuai dengan kelas masing-masing agar tidak ada yang curiga akan rencana mereka.

Derapan langka kaki mulai terdengar oleh indra pendengar joane. Gadis itu pun segera bersiap dalam posisinya.

Benar saja, seseorang berpakaian serba hitam masuk ke dalam sana. Pria itu membawa sebuah kotak berwarna hitam dan berniat menaruhnya ke dalam loker milik joane.

Joane yang melihat itu mengepal tangannya kuat. Tepat saat pria itu memegang gagang loker milik joane, gadis itu keluar dari tempat persembunyiannya.

"MAU KEMANA LO?"

Pria tadi menghentikan aktivitasnya lalu segera kabur dari sana. Namun saat tepat di depan pintu ruangan, pria tersebut tak sengaja menabrak seseorang.

"liam. Tahan" pintah joane. Pria yang bernama liam itu pun segera menahannya sesuai yang di perintahkan oleh joane.

Joane yang melihat itu tersenyum miring. Ia segera berjalan mendekat lalu tanpa rasa segan sedikit pun, ia duduk di atas perut pria bermasker itu.

"pak kalau udah tua gak usah sok ia deh. Masa sama anak kecil kayak dia aja kalah" ucap joane membuat liam merasa tersinggung.

"gue bukan anak kecil" sahut liam dengan wajah cemberut. "diem. Lo masih bocil bagi gue" sahut joane. Gadis itu menatap tajam pria yang ada di hadapannya. "siapa yang nyuruh lo?" tanya joane menutuh intensi namun pria itu sama sekali tidak menjawab.

PLAK

Tanpa rasa takut, gadis itu memberikan tamparan yang begitu keras pada pipi kiri pria bermasker hitam itu.

"JAWAB ANJING. SIAPA YANG NYURUH LO?"

"ck. Bodoh" lirih pria itu, membuat wajah joane makin memanas.

"APA? BODOH? ANJING LO ORANG TUA"

Tanpa rasa belas kasihan sedikit pun, joane kembali melayangkan sebuah pukulan pada pipi kiri pria itu.

Setelah puas, tangan joane pun perlahan mendekat ke arah wajah pria itu, berniat untuk membuka masker yang menutupi wajahnya.

Joane tersenyum puas saat melihat wajah panik dari pria yang sedang dalam dudukannya ini.

Tangannya berhasil meraih ujung masker itu lalu perlahan ingin menurunkannya. Sebelum benar-benar terbuka, pria dengan gesit memberikan sebuah pukulan pada wajah joane sehingga gadis itu pun jatuh tersungkur karena pukulannya yang begitu keras.

"joa lo gak papa?" tanya liam yang panik saat melihat hidung dan sudut bibir kiri joane yang mulai mengeluarkan darah.

"KEJAR BANGSAT. NGAPA LIATIN GUE?" bentaknya. Mendengar itu liam tanpa basa-basi berlari dan mengejar pria tadi.

🌱🌱🌱

Yeshi yang tadinya berada di ruang cctv kini berlari memanggil lia dan selin setelah melihat kejadian di koridor sekolah.

Ketiganya segera menyusul joane dan liam yang berusaha mengejar pria misterius tadi.

Ketiganya berhenti tepat di depan gerbang sekolah dan mendapatkan joane yang sedang berjongkok sendirian.

"jo. Lo gak pa-" lia begitu terkejut saat melihat hidung joane yang mengeluarkan begitu banyak darah. "astaga kok bisa gini?" tanya lia.

Gadis itu segera mengambil sapu tangannya dan menghambat darah itu agar tidak keluar terus menerus.

"sorry gue gak bisa nahan orang tadi" ucap liam yang datang dengan nafas tersengal-sengal.

"kayaknya hidung lo luka jo. Kita ke rumah sakit sekarang" ucap yeshi yang begitu khawatir dengan kondisi adiknya. Ini sudah kedua kalinya joane terluka karena pria misterius itu.

"gak papa kali. Paling bentar sembuh" ucapnya yang lagi-lagi menganggap remeh.

"joa. Gue paling gak suka denger kata-kata itu keluar dari mulut sampah lo. Buruan ke rumah sakit atau gue gak mau lagi bicara sama lo" ancam lia dengan mata yang berkaca-kaca.

Tidak ada satu pun dari mereka yang tidak takut dan khawatir setelah insiden kecelakaan joane tahun lalu. Semenjak itu, semuanya menjadi profektif pada gadis itu, termasuk liam.

🌱🌱🌱

"pasien hanya mengalami retakan ringan pada hidungnya. Pasien harus rutin meminum obat yang saya sarankan dan rutin menggunakan dekongestan. Sesekali mungkin kalian harus mengompresnya menggunakan es agar tidak mengalami bengkak dan meredakan rasa sakitnya" Penjelasan yang dokter tersebut berikan, membuat mereka semua bernafas lega.

"baik saya permisi" setelah dokter tersebut pergi, mereka pun menemui joane yang sudah terduduk di atas brankar.

"kan gue udah bilang gak papa" ucap joane.

"tetap aja. hidung lo retak" sahut selin sinis.

"udah biasa kali" lirihnya dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari ketiga saudarinya tersebut.

"lo ingat logo yang ada di kotak hitam itu?" tanya joane dan yeshi mengangguk.

"orang misterius tadi punya tatto di lehernya dan itu sama persis dengan logo yang ada di kotak itu. gue kecolongan karena kaget ngeliat tatto yang ada di lehernya" jelas joane.

"jadi maksud lo yang harus kita cari tahu sekarang adalah logonya?" tanya lia dan joane mengangguk yakin.

"lim lo bisa kan bantuin gue?" kini pertanyaan itu tertujuh pada liam. Pria itu yang tadinya hanya terdiam, kini di buat terkejut dengan pertanyaan itu.

"bisa tapi gue gak yakin. Gue yakin mereka itu komplotan tersembunyi" sahut liam.

"lo bisa percaya sama dia?" tanya yeshi ragu.

"gue dan liam udah lama dekat. Gue percaya sepenuhnya sama dia" ucap joane dengan yakin membuat liam terdiam seketika.

Senyuman tipisnya terangkat seketika.

"gue akan berusaha semampuh gue" ucapnya dengan yakin. Sulit mendapatkan pengakuan dari sahabatnya itu, dan kali ini ia mendengarnya langsung dari mulut kejam joane.

THE SIBLING'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang