24. Return

18 1 0
                                    

Setelah 2 minggu berada di rumah sakit, akhirnya tepat pada hari ini alex keluar dari rumah sakit. Semua kembali seperti semula.

Joane kembali ke rumah ayahnya walaupun setiap hari ia akan berkunjuk ke rumah sakit dan ke kediaman mereka berlima.

Hari ini, joane dan liam sudah berada di bandara. Sonya memutuskan untuk berangkat ke amerika untuk memulai hidup barunya.

Sementara rufdi? Pria itu memutuskan untuk bekerja bersama alex, sesuai permintaan joane dan alex sendiri. Kini rufdi juga berada disana, mengantar kepergian sonya yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri.

"hati-hati lo. Sering-sering kabarin gue" ujar joane setelah melepas pelukannya.

"iya. Ingat jaga kesehatan. Operasi lo tinggal beberapa bulan lagi, jadi jangan cape-cape. Ngerti?" ucap sonya dan joane mengangguk sembari tersenyum, walaupun ia yakin jika ia akan pergi tanpa dan dengan operasi itu.

"gue duluan" sonya kembali memeluk joane.

Entah mengapa, pelukan kali ini benar-benar berbeda. Sonya seketika merasakan kesedih dan tidak ingin meninggalkan joane. Air matanya lolos begitu saja dan mengenai pundak joane.

"lo nangis? kenapa?" tanya joane yang terkejut lalu segera menghapus jejak air mata sonya.

"Gue juga gak tau kenapa jadi sedih gini" ujar sonya membuat joane terkekeh.

"udah sana. Muka lo jelek kalau nangis" ujar joane membuatnya mendapatkan pukulan dari sonya. "om aku duluan. Tolong jagain joane. om juga jaga kesehatan" ucap sonya lalu memeluk rufdi dengan sangat erat.

"dan lo jagain tuh joane. Jangan di gantung lama-lama, gak baik" ucapnya pada liam. Belum ada yang tahu tentang hubungan resmi keduanya, termasuk sonya sekali pun.

Mendengar ucpana sonya, membuat keduanya saling bertatapan dan terkekeh. "dih kenapa? Ada yang salah sama ucapan gue?" kesal sonya.

"Yah salah lah. Orang gue udah sama dia" sahut liam membuat sonya maupun rufdi terkejut bukan main.

"ANJIR SEJAK KAPAN? LO KOK GAK NGASIH TAU GUE JO?" tanya sonya membuat mereka menjadi pusat perhatian saat ini.

"Mulut lo bisa di rem gak sih? berisik tau gak" tegur joane.

"udah 2 minggu yang lalu, setelah penguburan bokap lo" sahut liam.

"dih jahat lu gak ngasih tau gue" kesal sonya.

"Maaf. Bukan Cuma lo kok tapi semua orang termasuk papa alex" ujar joane.

"Yaudah gue pergi dulu. Lo baik-baik, bye" ucap sonya lalu melangkah masuk ke dalam.

"Yuk kita pulang. Bapak udah ada di rumah kayaknya" ucap rufdi. Joane mengangguk lalu masuk ke dalam mobil bersama liam.

🌱🌱🌱

Kini mereka sedang berkumpul bersama di kediaman alex. Hari itu di penuhi oleh canda tawa, sebelum semuanya di buat terkejut oleh pernyataan yang diberikan oleh liam dan joane.

"WHAT? SEJAK KAPAN? KOK LO GAK NGASIH TAU KITA?" ujar chava dengan nada yang meninggi.

"udah 2 minggu yang lalu. Kita sengaja sih, biar kejutan aja" ucap joane.

"ih ngeselin banget. Tapi happy sih akhirnya lo berdua gak friendzone lagi" ujar lia yang ikut bahagia.

"PJ YAH ANJING. GUE YANG SELALU TEMENIN LO BERDUA NGEDATE" ujar selin.

Mendengar itu semua mata kini tertujuh kepada dirinya. "Waktu mereka HTS anjir. Gue aja gak tau kalau mereka udah jadian" sahut selin menjelaskan.

"Oh yah. Mulai besok, gue sama lia bakalan les sore. Jadi mobil tinggalin di sekolah. Nanti kalian bertiga bareng liam aja" jelas yeshi dan semuanya mengangguk.

"besok gue sama om rufdi bakalan kontrol ke rumah sakit. Jadi kalian kayaknya duluan aja" ucap joane.

"Gue temenin yah? Nanti yang bawa mobilnya chava aja" tawar liam dan mendapat gelengan dari joane.

"Gak usah. Gue sama om rufdi aja. Lo anterin mereka pulang" tolak joane halus.

"IH LUCU. Kok gak pake aku kamu sih?" ujar lia membuat liam dan joane saling menatap jijik satu sama lain.

"ih gak mau gue. Geli tau gak" sahut joane, membuat semua yang ada disana tertawa mendengarnya. Mereka sama sekali belum pernah berpacaran, oleh karena itu keduanya masih sama-sama kaku dan canggung untuk berinteraksi layaknya pasangan.

"malam ini papa udah pesan satu ruang VVIP restoran. Kita bersyukur atas selesainya masalah ini dan merayakan resminya joane dan liam sebagai pasangan" ujar alex membuat semua yang ada disana bersorak gembira.

Joane melihat sekelilingnya. Ia merasa sangat bahagia karena semuanya kembali seperti semula. Kini tugasnya hanyalah membuat banyak kenangan bersama mereka dan membuat mereka semua bahagia, sebelum kepergiannya yang pasti akan banyak menguras air mata dan kebahagiaan mereka.

🌱🌱🌱

"Lebih cepat lebih baik jo. Mungkin hari ini kamu merasa baik-baik aja, tapi kita gak tau kedepannya gimana" ujar dokter rudi.

"Maaf dok. Tapi saya tetap pada pendirian awal saya. Saya mau ngelihat 2 orang yang spesial dalam hidup saya, lepas dari bangku SMA-nya" tolak joane.

"lihat kondisi paru dan jantung kamu. Sangat memprihatinkan jo. Bahkan kanker kamu sudah menginjak tahap 2. Kamu masih menolak?" tanya dokter rudi dan joane mengangguk yakin.

"Biar bagaimana pun, saya juga akan pergi. Jadi dok tolong kasih saya waktu untuk menghabiskan sisa hidup saya bersama mereka" mohon joane.

Dokter rudi menghela nafas berat. "baiklah kalau itu kemauan kamu. Ingat, 2 bulan lagi kamu akan melakukan operasi. Persiapkan diri kamu untuk kemungkinan terburuk yang sudah saya beri tahu" ucapnya pasrah.

"Jangan beritahu apapun kepada keluarga saya, termasuk om rufdi dan sonya sekali pun" pintah joane dan di angguki oleh dokter rudi.

Gadis itu tersenyum lalu keluar dari ruangan, menghampiri rufdi yang masih setia menunggunya. "gimana? Aman?" tanya rufdi.

"aman. Ayo pulang" ujar joane lalu berjalan terlebih dahulu. Melihat tatapan kosong yang diberikan joane, membuat rufdi khawatir. Entah mengapa, jawaban yang diberikan gadis itu adalah sebuah kebohongan.

"ayo om" ujar joane. rufdi tersadar dari lamunannya lalu segera menyusul gadis itu.

Dalam perjalanan, tidak ada perbincangan di antara keduanya. Mereka sama-sama terdiam dalam lamunan masing-masing. "jo kamu yakin tidak ada apa-apa?" tanya rufdi yang sendari tadi memperhatikan joane dari kaca mobil.

"iya om. Aman kok" sahut joane berusaha untuk tetap tersenyum dan rufdi menyadari hal tersebut.

"kita ke makam ayah sama bunda dulu yah?" pintah joane dan rufdi hanya mengangguk lalu menjalankan mobil menuju tempat pemakaman kedua orang tua joane.

'mungkin ini sudah takdirnya? Gue akan ninggalin orang-orang yang gue sayang dan benar-benar berarti buat gue untuk bertemu mereka yang gue aja masih berusaha untuk menerima kehadiran mereka dengan kasih sayang, bukan rasa benci'

THE SIBLING'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang