19. Belum Berubah

5K 168 1
                                    

"Mau ngapain?" Tanya Fathar, saat melihat Aleya ingin membasuh mangkuk yang mereka pakai tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau ngapain?" Tanya Fathar, saat melihat Aleya ingin membasuh mangkuk yang mereka pakai tadi.

"Malah nanya, ya, mau di cuci lah" jawab Aleya.

"Tidak usah" ucap Fathar, menghentikan kegiatan Aleya.

"Kenapa?" Tanya Aleya, mematikan kembali air yang baru saja ia hidupkan.

Fathar mendekat, kemudian menarik pelan lengan Aleya ke belakangnya, "biar saya saja" ucap Fathar, lalu mulai mencuci mangkuk.

"Gak usah A', biar Aleya aja, ya" ucap Aleya, ia beralih ke samping Fathar, dan menggapai mangkuk di wastafel.

Fathar menahan pergelangan tangan Aleya, "Tidak usah Habibati, biar saya saja" cegah Fathar, kemudian mengambil alih mangkuk tersebut dan lanjut mencucinya.

Blush

Aishh... Kenapa harus sekarang Fathar mengeluarkan jurus kata-katanya? Aleya kan jadi lemah mendengarkan kata 'Habibati' yang keluar dari mulut suaminya.

Meski kata 'sayang' tak berpengaruh pada dirinya karna sudah biasa di pakai orang, tapi tidak dengan kata 'Habibati', menurut Aleya itu sangat special.

Aleya kembali duduk di meja makan, agar suaminya tak menyadari dia sedang salting, "Padahal, biarin aja aku yang nyuci mangkuk nya, kan udah tugas aku sebagai istri A' " ucap Aleya.

Fathar yang sudah selesai mencuci piring pun, ikut duduk di samping Aleya dan duduk menghadap istrinya itu, Aleya pun ikut melakukan hal yang sama.

"Itu bukan tugas istri Aleya" ucap Fathar.

"Terus? Tugas siapa?" Tanya Aleya.

"Tugas suami, Tugas rumah tangga adalah tugas suami" jawab Fathar sambil tersenyum lembut.

Aleya jadi terpana melihat senyuman suaminya, jarang sekali suaminya itu tersenyum.

"Terus? Tugas istri apa A'? " Tanya Aleya.

"Tugas istri itu, melayani suami, membantu suami, menjadi ibu dan guru bagi anaknya, dan banyak hal lainnya" jelas Fathar.

" Ya sudah, kalau gitu. Aleya mau bantu Aa' ngerjain tugas rumah tangga" ucap Aleya.

"Gak usah" larang Fathar.

"Tapi A', bukannya terlalu mudah kerjaannya Aleya, setidaknya biarin Aleya bantu Aa' untuk tugas rumah tangga, lagian juga, kita kan belum punya anak" ucap Aleya.

"Ya sudah, tapi kalo kamu lelah, gak usah di kerjain ya?" Ucap Fathar.

"Oke" ucap Aleya.

"Emm.. soal anak" Fathar berpikir sebentar, "emang kamu pingin punya anak? Sedangkan kamu saja masih mencintai lelaki lain" sindir Fathar.

Aleya diam seribu bahasa. Dalam hati ia merasa bersalah pada suaminya karna belum juga dapat mencintai suaminya dan masih mencintai lelaki lain, yaitu Hisyam. Lagian, kenapa juga tadi dia mengungkit soal anak?

"Maaf A' " ucap Aleya setelah sekian lama.

Fathar membuang nafas pelan, mengapa susah sekali mendapatkan cinta Aleya? Sedangkan dirinya justru sudah mencintai istrinya sangat dalam. Ternyata, cinta pun mampu membuat sakit.

"Tidak apa" ucap Fathar tersenyum hambar, lalu membuang muka, ternyata perasaan Aleya pada Hisyam sama sekali tak berubah.

"sudah mau Maghrib, ayo ke kamar siap-siap, saya mau ke masjid" ajak Fathar, kemudian berlalu pergi meninggalkan dapur sendirian.

Aleya masih diam di tempat, ia heran dengan perasaannya sendiri, mengapa ia tak bisa mencintai suaminya? Atau rasa suka sedikitpun? Padahal sudah 1 Minggu mereka menjalani pernikahan. Bukankah seharusnya ia sudah ada rasa dengan suaminya? Bukan malah masih menyimpan perasaan pada lelaki lain.

Tak ingin berpikir panjang, Aleya memilih ikut pergi ke kamar. Agar suaminya tak kecarian.

***

Aleya masuk ke kamar dan melihat suaminya baru selesai berwudhu, ia pun langsung menghampiri suaminya yang sedang memilih baju Koko di lemari.

"A' , sholat di rumah aja ya" ucap Aleya.

"Kenapa?" Tanya Fathar.

"Ya.. pingin aja A', Aa' gak pernah jadi imam sholat aku loh, selama 1 Minggu pernikahan kita" ucap Aleya.

"Lain kali aja"  ucap Fathar memberikan tanggapan, ia sama sekali tak melirik Aleya.

"Gak mau! Sekarang maunya A' " ucap Aleya merengek. Entahlah. Ia bingung, tiba-tiba saja ia ingin suaminya jadi imam sholatnya kali ini.

fathar mendengus pelan, "ya sudah" final Fathar.

Aleya yang senang pun langsung saja refleks memeluk suaminya saking senangnya. Entah sadar atau tidak.

Fathar yang di peluk tiba-tiba, tentu saja terkejut. Jantungnya sudah berdetak dengan sangat cepat saking dekatnya jarak mereka, ini kedua kalinya Aleya memeluk dirinya.

"A' " panggil Aleya, ia mendongak menatap suaminya, masih dengan posisi berpelukan.

"Ada apa?" Tanya Fathar sambil menunduk menatap wajah cantik istrinya, kecil ternyata istrinya itu, hanya sebatas dada.

"Jantung Aa' kok berdetak kencang banget" ucap Aleya dengan nada sedih.

"Kok sedih?" Tanya Fathar, ia balas memeluk tubuh istrinya.

"Aa' gak bakal ninggalin Aleya kan?" Tanya Aleya.

"Enggak, sayang. Kenapa kamu nanya gitu?" Tanya Fathar, tangan kanannya mengelus puncak kepala Aleya yang tertutup Khimar.

"Aleya takut Aa' tinggalin, soalnya jantung Aa' detaknya kencang banget. Takut Aa' punya sakit kayak Abi" ucap Aleya, memeluk erat suaminya.

"Astagfirullah, istighfar Aleya. Nauzubillah min dzalik" tegur Fathar.

"Astagfirullah " ucap Aleya beristighfar.

"Denger ya, Aa' disini kok, gak bakal pergi dari kamu, kecuali kamu yang minta" ucap Fathar, "Aa' tadi cuma terkejut tiba-tiba di peluk sama kamu" ucap Fathar menenangkan istrinya.

"Aa' , jangan pernah tinggalkan Aleya apapun Yang terjadi. Aleya gak bakal suruh Aa' pergi, kalau suatu saat Aleya suruh Aa' pergi, Aa' gak boleh pergi ya!" ucap Aleya, entah mengapa ia berucap seperti itu.

"InsyaAllah " jawab Fathar, mengelus pundak istrinya, kemudian melepas pelukannya "sekarang kamu wudhu, biar kita gak telat sholatnya" ucap Fathar, Aleya mengangguk dan masuk ke kamar mandi.

Fathar memandang punggung istrinya itu dengan tatapan yang sulit di artikan, antara bahagia dan sedih.

Ia bahagia karna istrinya takut kehilangan dirinya, tapi di satu sisi, ia sedih karna istrinya masih mencintai orang lain, yaitu sepupunya, Hisyam. Dan ia juga takut akan di suruh pergi oleh Aleya suatu saat nanti.

Apakah bisa ia membuat istrinya jatuh cinta dengannya? Apa bisa dia mempertahankan rumah tangganya dengan Aleya disaat ada orang lain yang masih menghuni hati istrinya?

Penantiannya selama ini ternyata menyakitinya, ia kira akan menjalaninya dengan mudah setelah penantian lamanya, ternyata tidak.

°°°°°

-Publish, 27 Januari 2024
-Revisi, 27 Maret 2024

Gus Alfathar (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang