Tak terasa waktu berjalan begitu cepat sejak kejadian di tebing itu. Sejak itu mereka benar-benar menjadi asing dan tak memperdulikan satu sama lain lagi. Mereka semakin jauh saja dari kata baik.
Pertemuan waktu itu seharusnya menjadi titik balik hubungan mereka menjadi semula. Tapi Itu tidak sesuai ekspektasi dan semuanya malah menjadi lebih buruk. Kejadian itu adalah kejadian terburuk di sejarah pertemanan mereka. Pertemanan yang telah mereka bangun sejak lama hancur begitu saja karena hilangnya kepercayaan.
Sama sekali tak ada dari mereka yang mencoba mendekat untuk memperbaiki. Malah sebaliknya, mereka saling menjauh dan bersikap seolah mereka adalah musuh. Tak ada interaksi apapun yang terjadi pada mereka. Tak ada tawa. Tak ada canda. Tak ada saling bercerita tentang hari yang telah mereka jalani. Tak ada yang saling menyemangati di ujian akhir mereka. Itu semua hilang begitu saja.
Semakin waktu berjalan juga semakin mengantar pada akhir masa sekolah. Oniel telah lama berfikir dan merenung. Dia menyadari jika ini tidak bisa dibiarkan lebih lama lagi. Mereka tidak seharusnya seperti ini. Tentu Oniel masih kesal dengan Indah tapi dia sadar ini bukan cara bagaimana mengakhiri ini semua dan ini bukan akhir yang dia inginkan.
Ujian akhir sekolah telah usai. Bisa dibilang Oniel yang terlambat menyadari ini mulai mendekati Indah. Sesuai dugaannya Indah sama sekali tidak meladeni bahkan menengok saja tidak jika dipanggil. Tapi Oniel masih berusaha mendekatinya.
Suara ketukan pintu sedari tadi tak henti terdengar. Kira-kira sudah sepuluh menit Oniel mengetuk dan memanggil Indah yang ada di kamarnya tapi sampai sekarang sama sekali tak ada balasan dari sang pemilik kamar.
"Indah buka sebentar kita harus bicara!"
Oniel masih mengetuk pintu itu dengan lebih keras tetapi sama saja.
'brugg!'
Yang terakhir itu adalah sebuah pukulannya ke pintu. Dia menundukkan kepalanya, pasrah dan frustrasi, sepertinya memang sudah tak ada harapan. Oniel menarik tangannya dari pintu dingin itu. Dengan berat hati dia menjauh dari pintu kamar Indah turun ke lantai bawah.
"Bagaimana Nil?" Fany menghampiri Oniel.
Oniel hanya menggeleng dengan lemas. dengan wajah kecewa nya.
"Maafin Indah ya, mungkin dia masih butuh waktu" ucap Fany sambil mengelus kedua pundak Oniel.
Oniel menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyum kecil. "Kalau begitu aku titip ini saja mama"
Oniel memberikan sesuatu pada Fany dan dia menerimanya sambil berkerut kening.
"Tapi..."
Satu minggu lalu Indah baru saja melakukan ujian masuk universitas dan sekarang dia tinggal menunggu hasilnya saja. Sepertinya dia cukup percaya diri dengan hasilnya nanti. Dia mengisi waktunya itu untuk melakukan salah satu hobinya yang sempat tertunda karena sibuk belajar.

KAMU SEDANG MEMBACA
A best friend but more.
RomanceHanya fiksi dan tidak untuk dibawa ke dunia nyata, terima kasih. Tolong bijak dalam membaca.