Jennie mengecek suhu tubuh anaknya yang menyentuh angka 39°, di tambah sang anak yang terlihat sangat lemas dan tidak banyak bergerak seperti biasanya.Jennie panik? Tentu saja. Ibu mana yang tidak panik saat melihat kondisi anaknya yang biasanya aktif sekarang hanya terdiam lemas.
Jennie melirik anaknya yang gelisah dalam tidurnya. Ia segera menghampiri dan tidur menyamping di sebelah Jayden.
"Mommy disini sayang.."
Perlahan Jayden membuka matanya, bibirnya melengkung ke bawah dan tak lama terdengar suara tangisan. Jennie mengelus kepala sang anak dan memeluknya.
"Ssshhh... Kenapa hm? Mana yang sakit sayang?" ucap Jennie seraya mengusap punggung anaknya.
Jisoo mendekat lalu mencoba untuk menggendong sang anak. Dan benar saja sang anak berhenti menangis dengan memeluk leher daddy'nya.
Chuppp... Jisoo mengecup pipi anaknya itu. Ia duduk di sofa kamar dengan memangku Jayden. Ia memegangi dahi anaknya yang tidak ada tanda-tanda panas yang menurun.
•
•
•
Suhu tubuh Jayden tidak kunjung mereda, bahkan sekarang mencapai 40°. Maka dari itu Jisoo dan Jennie membawa sang anak menuju rumah sakit.
"Cepat sembuh cintanya Mommy~ Jangan membuat Daddy dan Mommy khawatir terlalu lama,hm?.."
Kini mereka sudah berada di dalam mobil menuju rumah sakit. Jisoo menyetir dengan kondisi tenang,
Jennie mengusap kepala sang anak yang duduk di pangkuannya.
Sesampainya di rumah sakit, Jisoo langsung meminta kamar VVIP untuk sang anak agar segera di rawat.Jayden menangis merasakan sakit di tangannya karena di infus. Jisoo yang berada di dekat sang anak. Ia memeluk Jayden dan mengusap punggung sang anak dengan sayang.
"Gwenchana boy.." Jisoo menenangkan sang anak yang menangis kesakitan.
Suhu tubuh sang anak mencapai 40°, bahkan Jayden mengalami muntah-muntah. Jennie semakin kalang kabut di buatnya. Ia tidak bisa tenang, bahkan sekarang mata Jennie sudah berkaca-kaca.
"Jendeukkie.. aku sudah meminta kasur tambahan untuk kamu tidur... istirahatlah.."
"Aku tak bisa chu, biarkan aku berjaga malam ini." Jisoo segera membantah ucapan Jennie.
"Tidak, jika kau tak tidur malam ini maka kau akan sangat lelah dan juga ikutan sakit. Jika kau sakit siapa yang akan mengurus Jayden? Kau ingin Jayden cepat sehat bukan?" Jennie mengangguk. "Maka kau tidur sekarang, biar aku yang akan menjaga Jayden."
Jennie menurut, sebelum itu ia mencium pipi dan dahi anaknya kemudian ia beranjak berjalan menuju kasur yang sudah di siapkan oleh pihak rumah sakit karena Jisoo yang memintanya.
Jisoo yang memang sudah menyiapkan barang-barang yang ia bawa dari rumah, segera ia membawakan selimut dan menyelimuti Jennie dan mengecup pucuk kepala Jennie yang memejamkan matanya.
~
Panas Jayden sudah menurun. Bahkan anak itu sudah bisa sedikit banyaknya bicara. Kini sudah ada teman-teman Jensoo dan anaknya yang datang menjenguk Jayden. Bahkan orangtua Jennie pun juga ada.
"Jay hyung, memangnya kau cakit apa?" Tanya Sean pada Jayden.
"Aku tidak tahu" jawab Jayden dengan polos.
"Ck. Kenapa tidak tahu?" Jawab Julia kesal
"Unnie, jangan memalahi oppa Jay, dia cedang cakit" balas yerin yang kasihan melihat Jayden terbaring lemas di atas kasur.
"Iyaa nona, kau jahat sekali" timpal Sean ikut membela.
"Ck. Terserahlah" Julia berjalan ke arah para orangtua.
"Cihh, dasal wanita" jawab Sean dan di tatap tajam oleh Yerin.
"Wae? Kenapa kau menatapku sepelti itu yelin?"
"Yakk, aku juga wanita Sean" jawab Yerin kesal.
Para orangtua yang melihat sang anak hanya terkekeh pelan. Bahkan Jayden mengacuhkan dan menatap Daddy'nya.
"Daddy.." panggil Jayden lirih.
"Ya sayang? Kau mau apa?" Jisoo mendekat dan mengelus kepala sang anak.
"Aku ingin pipis.."
"Arra, kita ke kamar mandi ndee~" Jisoo menggendong anaknya ke kamar mandi dengan tangan satunya yang memegang infus sang anak.
Setelah keluar dari kamar mandi, Jayden kembali berbaring di atas kasur rumah sakit. Dia mulai memejamkan matanya karena sang Daddy yang mengelus rambut anaknya.
Kini semuanya berpamitan, karena tidak ingin mengganggu istirahat Jayden. Di dalam ruangan hanya tertinggal Jensoo dan juga orangtua Jennie.
~