AKDH 3 ( Rumit )

746 63 34
                                    


Hujan masih rutin mengguyur ibu kota Jakarta setiap malamnya, musim penghujan baru saja memasukki awal bulan, sudah tiga hari berturut-turut hujan sesekali turun, hanya sebentar saja hujan beristirahat menurunkan intensitas airnya ke bumi di saat siang hari.

Di malam hujan yang terasa dingin, Chika sedang sendirian menatap kosong kaca jendela tempat latihan, sementara kegiatan latihan menarinya untuk malam ini baru saja selesai beberapa menit yang lalu.
Pikiran Chika sekarang sedang memutar kejadian beberapa hari ini, hujan diluar adalah proyeksi bayangan masa lalunya, dimana Ara, mantan kekasihnya hadir setelah satu tahun lebih menghilang, kedatangannya benar-benar tidak tepat, di saat bersamaan juga hati Chika sudah berpindah pada satu orang yang membuatnya luluh hanya dengan satu pandangan mata, Oniel.

Dia sudah membuat pikiran dan perasaannya naik-turun tak menentu, sampai sekarang Chika masih tidak bisa mengambil kembali hatinya yang sudah diambil olehnya, Oniel sukses membuat Chika tersiksa terus memikirkannya, biarpun perasaannya tertolak olehnya, Chika tidak bisa langsung menghilangkan begitu saja perasaan sukanya terhadap Oniel.

Ara juga sudah menunjukkan dirinya kembali, di dalam hati kecil Chika sebenarnya masih ada sisa-sisa sedikit rasa sayangnya terhadap Ara, namun perasaan itu kalah jauh dengan rasa sukanya pada Oniel, sentuhan-sentuhan tangan atau obrolannya bersama Ara malam ini bahkan terkesan biasa saja dirasakan Chika, tidak ada lagi jantung yang berdetak kencang.

Chika menggenggam tangannya sendiri bekas Oniel mencengkramnya, "Hahhh" Chika hanya bisa menghela nafas lelah.

"Oniel mana Oniel!?" teriakan cukup kencang menyita perhatian Chika, ia menoleh dan mendapati Adel berteriak memanggil nama Oniel.

"Berisik Del!" Zee menahan laju langkah Adel dan mendorong bahunya, ia terlihat bersama Marsha yang sedang mengemut sebuah permen lolipop, "Oniel di dalem ruangan sama kak Indah"

"Weh pasti lagi pacaran ya?"

"Pacaran? Maksud lo?" Zee mendelikkan matanya, ia tidak tahu menahu perihal kabar tersebut.

"Lo gak tau Zee?"

"Tau apa? kagak ada yang ngasih tau"

Adel menoleh kearah Marsha, dimana tangannya bertengger pada lingkaran lengan Zee, sepertinya mereka berdua akan pulang bersama, "Kamu gak ngasih tau Zee emangnya Sha?"

Zee ikut menoleh kearah Marsha, "Loh emang ada apaan? Kak Oniel sama Kak Indah pacaran hon?"

Marsha melepas kuluman permennya dan mengangguk membenarkannya, "Iya aku lupa kasih tau ke kamu, baru aja hari ini mereka jadian" Marsha kembali akan memasukkan permennya, namun Zee mengambil permennya dengan cepat dari tangan Marsha, ia lalu mengemutnya tanpa izin, dengusan kesal terhembus dari hidung Marsha.

"Anjir indirect kiss" Adel mengerjap beberapa kali, satu alis Zee terangkat keatas, permen di dalam mulutnya kembali dikeluarkan.

"Apa?, mau? Nih"

"Ogah, suruh Marsha emut dulu"
Zee mengarahkan kepalan tangannya dengan melotot besar, "Mau gua tampol lu? Minta Ashel sana" Zee mendengus kesal, ia kemudian langsung menggenggam tangan Marsha, "Ayo hon, ketemu Oniel sama Indah dulu sebelum pulang, aku mau minta pajak pacaran, sekalian kita kasih tips berpacaran yang baik dan benar"

"Gue ikut!" Adel menyusul mereka berdua menuju sebuah ruangan berkaca, siluet samar-samar dua orang terlihat di dalam.

"Ashel mana emangnya?" Marsha bertanya karena sejak tadi ia hanya bersama Zee sepanjang latihan berlangsung.

"Lagi di kamar mandi ganti baju, tapi lama banget, mandi kali"

"Lo gak ikut?" Zee tersenyum di sudut bibirnya, raut wajahnya seakan penuh arti.

Aku Kamu Dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang