Di Perjalanan pulang malam hari dengan cuaca hujan yang selalu setia menemani hampir setiap harinya, Chika sedang menumpu sikutnya pada sandaran mobil termenung melamun, tatapanya terlihat kosong sambil memandangi rintik hujan yang mengguyur jalanan ibu kota, pengumuman semalam membuatnya kepikiran.
Chika akan berangkat ke Bandung untuk pertunjukkan tiga hari ke depan, seharusnya Chika merasa sangat senang karena bisa berkunjung ke luar kota bersama teman-teman lainnya, terlebih lagi Chika bersama teman-teman terdekatnya seperti Christy adik kesayangannya, lalu ada Ashel, Olla dan Jessi sebagai geng cegilnya yang bisa dipastikan separuh waktu Chika akan dihabiskan bersama mereka, lalu terakhir ada Oniel dalam barisan pertunjukan di kota Bandung nanti, terlebih lagi Chika akan satu kamar hotel dengan Oniel, bukankah itu sesuatu yang sangat membahagiakan untuk Chika? Satu kamar dengan orang yang disukainya.
Pembagian kamar hotel dengan siapapun tidak pernah dipermasalahkan oleh Chika, ia bisa menjadi teman berbicara yang seru dan menyesuaikan diri dengan pribadi teman sekamarnya, namun entah kenapa berbeda untuk kali ini, Chika merasa sedikit berat hati jika harus satu kamar dengan Oniel karena ditentukan oleh manager.
Satu sisi Chika merasa sangat senang bisa satu kamar dengan Oniel, namun disisi lain semenjak Oniel menjalin hubungan dengan Indah, lalu kemarin hari Chika mendapat masalah di sebuah lift yang berujung kesalahpahaman dengan Indah, membuat Chika merasa resah jika sekamar dengan Oniel, Chika hanya takut jika perasaan sukanya pada Oniel justru semakin besar, tentu saja itu akan menyiksa batin dan hatinya, sekaligus menjadikan Chika seorang pengganggu hubungan orang lain jika terus dibiarkan.
“Hahh” Chika menghela nafas lembut dan terdengar lesu.
Kevin di sebelahnya menyadarinya jika adiknya itu sejak tadi hanya diam murung tak banyak bicara, jika hanya lelah karena latihan setiap malam, Chika biasanya akan langsung tertidur selama perjalanan, tidak diam seperti ini, raut wajah adiknya itu terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu masalah yang cukup besar.
Kevin ingin bertanya pada adiknyanya, tepat saat lampu merah menyala dan mobilnya berhenti, Kevin mencoba menyetel lagu di radio mobilnya, sebuah lagu dari sanggar tari adiknya yang mungkin bisa menghibur suasana hatinya, lantunan musik mulai terdengar masuk ke dalam pendengaran Chika, ia merasa tidak asing dengan lagunya.
“Mahayadaya cinta, mahadaya cinta, mahadaya cinta” suara senandung Kevin yang heboh sendiri, ia berjoget di kursi kemudinya yang mengundang tatapan aneh Chika, “Daripada ngelamun sendirian, mending nyanyi lagu kesukaan lae, ini lagi boruku tersayangkan? Nanana, arah sang cinta dan balasannya tolong ajarkanlah” Kevin menaik-turunkan alisnya mencoba untuk menghiburnya, namun jauh dari kata terhibur, Chika memutar bola matanya malas dan kembali menghadap jendela.
“Muka sangar, badan gede, lagunya cewek-cewek idol”
“Yee.. gapapa dong, kalo lagunya enak juga, ini kan berarti bentuk dukungan dari abang ke adeknya”
“Iya-iya terserah” Kepala Chika hanya menggeleng, ia membiarkan Kevin asik sendiri berjoget-joget, “Besok gue ke Bandung bang, lusa berangkatnya”
Kevin langsung berhenti begitu mendengarnya, “Loh, serius? Ke Bandung?” Kevin menurunkan volume musik radionya seiring lampu merah berganti hijau, mobil pun kembali melaju, “Berapa hari?”
“Hmm, tiga hari mungkin”
“Seru dong? Kalo gitu boru nanti malam lae bantuin packing yah?”
“Gak usah lah, gue bisa sendiri kok bang”
“Hmm.. Eh tapi jangan kau lupakan abangmu ini bawakan oleh-oleh ya?”
“Mana hari Chika pernah gak bawain oleh-oleh buat kalean-kalean di rumah bang”
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Kamu Dan Hujan
Ficção AdolescenteDia yang berhasil merebut hatiku dalam waktu yang singkat dan aku benar-benar yakin kalau perasaan yang ku punya untuk dirinya adalah cinta yang nyata bukan hanya perasaan sesaat - Chika - Entah perasaan apa ini tetapi aku sangat tidak suka jika mel...