4. Kita Berdua Jauh Dari Rumah

2K 255 57
                                    

  Cerita hanya fiksi, berdasarkan imajinasi. Jika ada kesamaan tokoh, alur, dan tempat, hanya kebetulan semata. 

Aku siapa? 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku siapa? 

"Kamu adalah segala hal yang aku temukan di langit. Siang atau malam, yang aku lihat hanya keindahan. Tidak butuh siapapun, kamu selalu gagah berani bergerak semakin tinggi. Jika suatu saat aku mampu berdiri di sampingmu, hanya kita berdua saja, di tempat yang jauh. Dengan pasti akan ku katakan, kamu bukan sekedar belahan jiwa. Kamu adalah bagian dari jiwaku."

Memangnya kamu siapa?

"...."


  Entah keburukan apa yang sudah Prabu lakukan sampai sampai setiap beberapa jam sekali ada saja masalah yang menimpanya, terkhusus ketika dia bersama Raden. Tadi pagi, beberapa saat setelah sarapan perut mereka sakit, Prabu sampai menggerang, tapi Raden hanya mengeluh sedikit lalu menertawakannya. Raden bilang dia mencoba berperilaku baik pada Prabu? Meh.

  Langit juga tampaknya sedang bermusuhan dengan Prabu. Tiba tiba saja turun hujan panas yang deras, Prabu mengangkat kain di halaman belakang, tidak lama, hujan berhenti dan matahari bersinar begitu cerahnya. Masalah bertambah ketika Raden menjatuhkan seember pakaian siap jemur yang masih lembab, sekarang pakaian itu kotor penuh pasir dan tanah, mau tidak mau harus di cuci ulang.

  "Udah gue bilang, duduk anteng aja disana. Bukannya ngebantu malah tambah masalah." Prabu mendumel.

  "Kesenggol, Prabu. Maaf." Raden menghentikan gerakannya yang ingin mengambil kain di tanah, Prabu sudah menahannya.

  "Udah terjadi, mau gimana? Maaf lo juga gak buat baju kita bersih lagi." Deheman panjang terdengar darinya. "Pilihin aja yang kena tanah sama yang bersih."

  Siangnya, Prabu kena sial.

  "Dapet kodoknya?"

  Raden itu jahat, sungguh. Dia tertawa di balkon, mengunyah semangka potong dengan damai tanpa berniat menolong Prabu yang jatuh tersungkur di halaman.

  "Anjing lo." Spontan. Prabu duduk di tanah, menepuk kedua tangannya yang terasa pedih, bintik bintik kecil berwarna merah mulai bermunculan. Ringisan keluar dari mulutnya saat menyadari rasa pedih dan denyut yang menusuk berasal dari kedua lututnya.

  Prabu panik hingga nafasnya mulai tersendat.

  Ketika ingin berdiri, rasa nyeri menyerang pergelangan kakinya. Ada lebam merah kebiru biruan di punggung kaki akibat tersandung selang air yang ironisnya Prabu letakkan sendiri setelah menyiram tanaman.

LILBROTHER 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang