Cerita hanya fiksi, berdasarkan imajinasi. Jika ada kesamaan tokoh, alur, dan tempat, hanya kebetulan semata.
>-<
ask the sun, how does it feel to burn out giving life to the moon without ever seeing its light?--
"Gue males kalau keluar malam, La," ujar Prabu kesekian kali berbicara di telfon. Dia menghela nafas sembari menuangkan susu strawberry ke gelas kaca. "Cari orang lain aja."
"WOI EGE, kalau ada Gempar di sini, ogah gue ngemis-ngemis sama lo." Suara Ola terdengar misuh-misuh. "Plisss bang, temenin bang, bentaran doang bang."
Habis di pelototin gue kalau keluar malam. Batin anak kedua tuan Agung itu. "Memangnya ada apa?" tanya Prabu sebelum meminum susu strawberry favoritnya.
"Temen bapak gue punya anak perempuan, nah itu cewek baru balik dari Korea karena selesai pendidikannya. Jadi ada pesta ala-ala gitu, sekalian ngerayain ke berapa tahun perusahaan temen bapak gue ini," jelasnya. "Lokasinya gak jauh, tuan muda. Hanya sejam."
Prabu menggeleng tidak habis pikir. "Lo kira gue pernah ke pesta?"
"Gak pernah? Idih, masa remaja kurang bahagia." Jeda sesaat, "mangkanya! Pergi sama gue, biar tahu pesta itu gimana, sekalian nyari temen."
"Kenapa harus gue?"
"Selain Gempar, cuma lo temen cowok yang gue percaya."
Prabu duduk di sofa, masih menimbang-nimbang,
"Lo gitu banget sama gue. Kemarin lo minta tolong, gue langsung sat-set, sekarang giliran gue yang butuh, lo malah—"
"Oke, oke. Gue pergi. Jam berapa?" Mana bisa dia tetap menolak setelah mendengar itu?
Ola tertawa keras, "sebelum jam delapan gue jemput. Siap-siap terus, bang. Bye!"
Prabu mendengus. Segera membuka room chat yang akhir-akhir ini rutin bertukar pesan.
'Lo pulang jam berapa?' Tumben ceklis satu.
Tidak mau berlama-lama, Prabu bergegas ke kamarnya untuk mengganti baju. Lampu kamar sebelah mati, karena sejak pagi Raden belum pulang. Semakin hari abangnya itu mirip ayahnya. Lihat saja ketika mereka sudah kuliah, rumah ini tidak ada yang menempati.
"jujurly, gue juga gak kenal sama yang punya pesta," Ola nyengir kuda.
"Terus, gak papa kita datang?" Tanya Prabu skeptis menghentikan langkahnya. Ola segera menarik tangannya ikut masuk dengan banyak tamu lain ke pintu hotel berbintang di kota ini.
"Aman. Jual nama bapak gue aja, lancar jaya kita lewat."
Entahlah, sebagai anak yang baru pertama, Prabu menutup mulut. Ternyata seperti ini pesta orang-orang bisnis, menggunakan jas mahal dan dress dress bagus yang memancarkan status sosial mereka. Pasti Raden dan ayahnya selalu di kelilingi orang-orang seperti ini. Sedangkan ini pertama kali untuknya karena Ayah atau pun Raden tidak pernah mengajaknya pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LILBROTHER 2
Ficção AdolescenteSetelah berbaikan, kehidupan Prabu seperti lagu dari Tegar Septian, Aku Yang Dulu Bukanlah Yang Sekarang. Tapi dengan versi sedikit berbeda, "Aku yang dulu bukanlah yang sekarang, dulu ditendang sekarang ku disayang, dulu dulu dulu ku menderita, sek...