Xianmen Road, Luzi
Dua bulan setelah kakeknya meninggal, Xiao Zhan mengemudi selama berjam-jam dari Shanghai utara menuju Luzi, di siang hari bulan Januari yang berawan. Dia duduk kaku di dalam mobil, berhenti di depan gerbang besi tua yang setengah terbuka. Di baliknya ada jalan satu jalur yang merayap di antara pepohonan. Rumah nomor 13 itu tersembunyi di suatu tempat di dalam taman yang rimbun. Dia hampir bisa merasakan nuansa kelam dan angker yang terpancar dari rumah itu. Dia juga hampir bisa mendengar bisikan peringatan di benaknya.
Mungkin aku tidak perlu melakukan ini, katanya pada diri sendiri. Xiao Zhan mencengkeram kemudi seperti mencoba mencekiknya. Dia menelan liur, tidak yakin pada diri sendiri. Kecemasan yang aneh menggerogoti dadanya. Dia benci duduk diam selama ini padahal ia sudah mengemudi di dalam mobil selama berjam-jam, tenggelam dalam kesunyian memikirkan semua yang hal buruk yang terjadi akhir-akhir ini dalam hidupnya.
Kuharap itu semua hanya mimpi buruk, batinnya lagi.
Itu hanya mimpi, tapi ia tahu dengan memaksa menganggap itu mimpi rasanya seperti berbohong pada diri sendiri.
Dia tidak bisa tetap tinggal di rumah yang menyimpan banyak kenangan. Sulit baginya menjalani hidup sendirian jika kenangan menyedihkan itu tak kunjung pergi. Kenangan tentang kakek neneknya, dan kematian yang merenggut mereka satu per satu.
Dulu dia dan kakeknya tinggal di lingkungan kelas menengah yang nyaman di Shanghai. Kakek mempunyai bisnis yang bagus. Meski begitu, dia tidak memiliki istri lagi semenjak nenek meninggal karena serangan jantung dan jatuh di kamar mandi. Sebagai seorang anak Xiao Zhan selalu punya makanan untuk dimakan dan juga mainan terbaru. Kakek sangat mencintainya dan sekarang yang tersisa darinya hanyalah abu yang tersimpan dengan aman di suatu tempat, serta kotak-kotak berisi album foto dan beberapa pakaian dengan aroma parfumnya dan juga mobil ini. Ibunya meninggal saat Xiao Zhan masih kecil, dan ayahnya pergi ke luar negeri untuk suatu urusan bisnis, demikian alasan yang Xiao Zhan dengar sejak lama. Dia tidak tahu apakah bisnis lebih penting bagi ayahnya daripada tinggal bersama dengan putranya. Kemudian dia pun mendengar kabar bahwa ayahnya mengalami kecelakaan di luar negeri. Xiao Zhan tahu tidak ada yang bisa meramalkan nasib. Namun itu tidak menghentikan seseorang untuk bertanya-tanya apa atau mengapa. Begitu banyak pertanyaan yang belum terjawab yang tersisa bagi mereka yang masih hidup. Tidak ada yang bisa dilakukan sekarang. Kakek sudah pergi dan bisnis mengalami kemunduran hingga akhirnya bank mengambil rumahnya. Dengan tabungan yang tersisa, dia akhirnya memutuskan untuk pergi dari kota besar dan pindah ke kota yang lebih kecil. Sebenarnya, ada seorang kenalan kakeknya di Luzi. Melalui dia, akhirnya ia bisa mendapatkan rumah sewaan yang bagus dengan harga relatif rendah. Sekarang dia sudah di sini. Tidak ada tempat lain untuk pergi, tapi rumah ini terasa seperti tempat orang yang datang untuk mati, bukan untuk hidup.
Sambil mendongak dari genggaman pada setir, dia memutuskan inilah waktunya untuk masuk dan menghadapi apa yang akan terjadi. Mungkin jiwanya juga akan mati di sini. Dia tidak perlu memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya
Xiao Zhan menghela napas. Setidaknya mungkin ini pilihan yang paling tepat. Dia harus melakukan ini. Dia telah memutuskan, dan ia bertekad mendapatkan pekerjaan baru dan hidup seperti biasa hanya untuk memastikan bahwa dia bisa terus bergerak maju setelah mengalami kehilangan yang menyakitkan. Sekarang tak ada lagi yang menjaganya semenjak kakeknya meninggal, jadi Xiao Zhan harus menjaga dirinya sendiri.
Tenggelam dalam lamunan, ia tidak juga menepikan atau melajukan mobilnya memasuki halaman dan tetap berada di separuh badan jalan. Untunglah jalan itu cukup lengang di siang menjelang sore yang muram ini. Tatapannya terpaku pada pepohonan yang membentuk hamparan bayangan tebal yang menutupi segalanya. Langit biru keabuan berkilau di antara dahan-dahan. Dia melihat beberapa ekor burung hitam keluar dari celah pepohonan, berisik dan menggugurkan beberapa helai daun kekuningan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mist of Valentine (End Pdf)
FanficDi malam valentine yang berkabut, Wang Yibo tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang polisi patroli. Satu telepon darurat menuntunnya datang ke satu rumah di mana ia menemukan seorang pemuda bernama Xiao Zhan yang dirasuki roh gentayangan. Bagaima...