Bisikan parau. Asap putih beraroma tajam. Gema rapalan mantra dan doa. Jimat yang berbaris, dan bayangan sosok menakutkan. Mimpi-mimpi itu sesekali datang. Wang Yibo tidak tahu kapan mimpi buruk dimulai. Terkadang dia terbangun di malam hari dan merasa sesak. Menggumamkan beberapa baris doa, membayangkan sosok-sosok mengerikan. Wajah-wajah hantu mengeluarkan asap hitam, berputar seperti spiral. Semua mimpi dimulai dengan cara yang sama. Aroma dupa di sekitarnya, garam ditaburkan di beberapa sudut, jimat dan belati dengan ukiran huruf-huruf kuno. Ayah bilang itu adalah praktek pengusiran hantu. Jasa yang tidak mudah ditemukan. Dengan keahlian yang diwariskan dari nenek moyang, Ayah mencari nafkah tambahan dengan menjadi cenayang di malam hari dan pekerja biasa di siang hari. Sungguh membingungkan bagi dirinya yang masih sangat muda pada waktu itu.
“Aku ingin menjadi seorang dokter,” itu cita-cita pertama Yibo yang digaungkan saat dia berusia sepuluh tahun dan ditolak dengan keras oleh sang ayah.
“Menyembuhkan fisik manusia tidak lebih keren dari mengusir setan yang merasukinya.” Argumen konyol Ayah membuatnya jengkel.
“Jiwa-jiwa yang tersesat akan mengalami kesulitan menyebrang ke alam lain. Menyelamatkan atau menenangkan roh gentayangan, sama baiknya dengan menolong, menyelamatkan orang, memberi mereka harapan yang hampir hilang. Profesi ini memberi kesenangan dan kedamaian tersendiri yang bersifat pribadi dan melankolis. Minim ucapan terima kasih, tetapi saat aku pulang setelah menyelamatkan seseorang, aku tahu bahwa hidupku berguna bagi orang lain, dan aku merasa bahagia atas pencapaian sederhana itu.”
Wang Yibo hanya mencibir. Dia tahu bahwa alasan yang paling masuk akal adalah biaya yang mahal. Namun akhirnya Yibo tahu bahwa diam-diam Ayah menyewa sebuah kantor dan membuka praktek pengusiran hantu. Dengan begitu ia mendapatkan pemasukan lebih banyak. Selalu ada fenomena gaih yang memerlukan bantuan seorang ahli seperti Ayah. Wang Yibo merasa kasihan pada Ayah dan menyerah dengan cita-cita menjadi dokter.
“Kau mewarisi kemampuanku,” suatu hari Ayah berkata padanya. Wang Yibo baru menginjak usia delapan belas tahun dan sudah menentukan pilihan untuk menjadi seorang petugas polisi. Dia ingin jadi pahlawan sungguhan alih-alih seorang cenayang. Dia tidak menyukai profesi itu dan tidak bisa membayangkan dirinya melakukan hal yang mengerikan tanpa imbalan yang layak selain kepuasan semata.
“Astaga, ini menakutkan. Aku tidak mau menjadi seperti Ayah.” Dia menolak keras, meskipun sebenarnya dia tidak setakut itu. Dia sudah sering menyaksikan praktek pengusiran hantu yang dilakukan Ayah.
“Tidak terlalu buruk, Nak. Benar kata ayahmu, menjadi cenayang bisa menolong orang lain,” saat itu Ibu mendukung Ayah. “Lagi pula, tidak semuanya roh gentayangan itu jahat. Mereka terkadang hanya ingin menyelesaikan urusan yang belum selesai, mencari tempat yang nyaman, atau hanya mencari perhatian. Kau harus tahu apa yang dia inginkan.”
Sungguh tiada keperluan, batin Yibo heran, bahkan ia pun masih bimbang dengan apa yang dia inginkan. Mengapa harus repot menyelidiki keinginan hantu?
“Kau bisa jadi polisi di siang hari dan jadi cenayang di malam hari.”
“Waktuku akan habis dengan pekerjaan. Kapan aku bisa memiliki pacar?” protes Yibo.
“Kau bisa pacaran dengan hantu, atau mungkin hantu akan membantumu menemukan pacar. Sudah kubilang, beberapa di antara mereka tidak jahat Sudahlah, bocah. Terima saja takdirmu, dan jalani dengan baik.” Ayahnya menegaskan sambil menepuk kepalanya.
“Aaah, yang benar saja … . “
“Kau akan menjalaninya karena itu sudah menjadi anugerah bagimu. Aku tahu kau pemuda pemberani. Hanya ingat satu pesanku, hati-hati bicara pada orang mati.”
Sialnya, Wang Yibo justru mewarisi bakat Ayah. Hingga akhirnya walaupun Yibo sempat menolak, dia mulai menjadi asisten Ayah. Mempelajari cara-caranya, mengenali mantra dan jimat, dan sesekali menerima panggilan pengusiran hantu oleh beberapa orang pemilik rumah yang cukup sial karena mereka diganggu oleh entitas jahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mist of Valentine (End Pdf)
FanficDi malam valentine yang berkabut, Wang Yibo tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang polisi patroli. Satu telepon darurat menuntunnya datang ke satu rumah di mana ia menemukan seorang pemuda bernama Xiao Zhan yang dirasuki roh gentayangan. Bagaima...