Sewaktu Yibo melihat wajah Xiao Zhan, dia tahu semua sudah berakhir. Pemuda itu memberontak dan Yibo tidak benar-benar sadar bagaimana tubuh Xiao Zhan tiba-tiba sudah berpindah ke lantai dari pelukan kedua lengan kokohnya. Terjebak dalam ruangan dikepung energi gelap, tak bisa dipungkiri Yibo dihantam gelombang panik, kecemasan yang berubah dalam hitungan detik menjadi kemarahan tak berdaya.
"Apa yang kau inginkan dariku dan pemuda ini?" teriakannya menggema di seluruh rumah. Memantul pada dinding-dinding bisu dalam nuansa abu yang mengingatkannya pada kematian.
Listrik mati di rumah itu. Entah Xiao Zhan mematikan seluruh saklar, atau memang entitas gaib memanipulasi situasi menjadi menakutkan dan tidak tertahankan. Kerlip cahaya lilin dari ruangan tempat ia menemukan tubuh Xiao Zhan yang pingsan masih bertahan dalam nyala lemah dan menggelepar dihembus angin yang menabrak jendela. Suaranya berderak menakutkan, diiringi bunyi siulan aneh.
Dalam upaya Wang Yibo yang putus asa untuk mengendalikan ketakutan dirinya sendiri, geraman keluar dari mulut Xiao Zhan memperburuk suasana.
Seketika fokus Wang Yibo teralihkan. Kewaspadaan membanjirinya, berjuang mengatasi rasa takut. Dia meneliti ekspresi Xiao Zhan yang kini berdiri kaku dalam keremangan tidak jauh darinya. Jelas sesuatu mengendalikan tubuh malang itu, sebelumnya, dia terlihat sangat lemah.
Namun, sebelum Yibo bisa menyimpulkan apa pun, geraman berubah menjadi lengkingan, nyaring, mirip gemerincing lonceng logam yang menusuk telinga. Dan tetap saja, tidak ada seorang pun kecuali ia dan Xiao Zhan dalam ruangan. Lalu ia mendengar suara di sebelah kanan. Suara sesuatu yang diseret.
Yibo memutar wajah dan mengambil senter kecil dari saku kemeja, sepenuhnya siap untuk melihat penampakan arwah gentayangan yang terlupakan yang telah bersembunyi di bayang-bayang, menyimpan dendam dan kemarahan. Tetapi ia tidak melihat apa-apa. Entitas gaib itu terlalu pengecut dan hanya bisa bersembunyi di balik tubuh Xiao Zhan.
"Siapa kau??" teriakan Yibo parau, cahaya senternya menyapu seluruh ruangan. Sia-sia, ia hanya bicara pada angin dan kegelapan.
"Kau sudah mati, bukan? Mengapa kau melakukan ini pada kami?" ia kembali menantang, mengerahkan seluruh energinya untuk melawan, dan tubuhnya yang menggigil mulai menyesuaikan dengan suhu ruangan yang menusuk tulang.
Geraman terdengar lagi dari sela bibir Xiao Zhan. Langkah Yibo serasa melayang sewaktu ia bertekad untuk berkomunikasi dengan entitas dalam tubuh pemuda itu meskipun situasi tidak menguntungkan baginya saat ini. Dia meletakkan senter, mengulurkan tangan memegang bahu Xiao, menatap tepat di matanya yang hitam berkilau.
"Tinggalkan pemuda ini!" Ia mengguncang bahu Xiao Zhan. Dalam situasi terdesak ini, Yibo hanya bisa berbuat nekad dengan mengundang mahluk halus itu ke hadapannya.
Sepanjang pengalamannya, biasanya entitas asing akan muncul dengan cara yang luar biasa, menarik perhatian, dan tidak terbayangkan, membawa rencana dari dunia seberang. Bisa saja mereka memanipulasi seseorang untuk melakukan apa yang mereka inginkan, roh gentayangan akan melakukan upaya terakhir apa pun untuk melekat pada dimensi fisik. Itu yang Yibo pahami tentang peristiwa paranormal.
Dia memegang erat tangan Xiao Zhan, membisikkan sebaris doa yang dia pelajari dari Ayah.
Suara geraman dalam sekejap berubah menjadi tawa serak, kering dan menyakitkan. Itu jelas suara perempuan. Mulut Xiao Zhan membentuk lengkung kaku, seolah ia dipaksa tertawa.
"Aku tahu kamu masih bergentayangan karena merasa benci," Wang Yibo mencoba berkomunikasi dengan si arwah.
"Aku yakin kamu membenci mereka yang bertanggung jawab atas kematianmu. Kau bisa membunuh atau melukai semua orang, tapi tak akan ada yang berubah. Hanya kau yang akan menderita. Katakan apa yang kau inginkan? Aku akan mencoba membantumu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mist of Valentine (End Pdf)
FanfictionDi malam valentine yang berkabut, Wang Yibo tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang polisi patroli. Satu telepon darurat menuntunnya datang ke satu rumah di mana ia menemukan seorang pemuda bernama Xiao Zhan yang dirasuki roh gentayangan. Bagaima...