Aleia Karuna Sankara (3)

4 0 0
                                    

"Le, ngga bawa mobil?" Raka menyambut kedatangan Aleia dengan elusan kepala.

"Iya om, ganti aki"

Raka sedikit membentuk mulutnya seperti huruf O. "Ya udah yuk masuk, om ada interesting case buat kamu"

"Yes!"

   Aleia berlari masuk ke markas meninggalkan Raka yang tengah menggeleng-gelengkan kepalanya, heran dengan antusias keponakannya itu. Aleia sangat senang jika Raka memberikan masukan mengenai penanganan kasus kriminal, apalagi kalau sudah membahas solusinya bersama, Aleia merasa dirinya benar-benar seperti Detektif Cha Soo-Hyun di drama berjudul Signal.

Keduanya tengah sibuk mengolah dokumen-dokumen yang berserakan di atas meja. Jika sudah seperti ini, mereka akan susah untuk diinterupsi.

"Bos, atuh ini kita jadi meeting ngga ya?" Bang Ray menyela keseriusan dua insan itu.

"Eh iya astaga, Le. Bentar dulu deh ya, om pake dulu buat meeting" Raka segera mengumpulkan semua dokumen di atas meja dan membagikannya ke seluruh anggota tim.

Aleia dengan tenang menyimak pembicaraan mereka. Ia setuju bahwa kasus kali ini cukup interesting. Seorang anak kecil dengan kaki dirantai ditemukan oleh tetangganya.

"Saya jelasinnya singkat aja ya. Jadi awalnya ada video viral di socmed, isinya ada anak kaya udah ngga berdaya gitu di jalanan, abis disiksa katanya mah, dan yang parahnya itu kaki si anak dirantai, bos. Tetangga yang nemu anak itu bilang kalo dia disiksa sama orang tuanya di rumah sampe ngga dikasih makan. Kasian ya ih masih aja ada yang begini" Janu -Anggota tim yang paling muda- memulai meeting dengan menjelaskan sedikit kronologi dari kasus tersebut.

"Banyak Jan, tapi ngga viral aja" Aleia menanggapi.

"Nah karena itu, bos. Tim sebelah ngasih ini kasus karena mereka udah ngga mau berurusan sama netijen socmed ceunah" Ray dengan muka kesalnya seperti biasa.

"Iya, bos. Banyak yang bilang polisi bahkan ngusut kasus ini cuma karena udah terlanjur viral di socmed" Kamal menambahi sembari sibuk menjelajah socmed.

"Awalnya kasus ini udah mau ditutup bos, karena tim sebelah ngusul damai aja dan balikin si anak ini ke orang tuanya. Netizen ngga setuju dan banyak yang minta kasus ini buat diproses ulang, jadi atasan ngoper ke kita" Anwar menggeser selembar kertas ke arah Raka. Sepertinya surat izin perpindahan kasus.

Raka melirik ke arah kertas yang diarahkan Anwar, lalu menghembuskan napas kasar. Ia melirik Aleia. "Nah, Le. What do you think?"

Aleia mengerutkan alisnya, ia tak berfikir bahwa Raka akan bertanya seperti itu padanya. Pasalnya sekarang mereka tengah berdiskusi tentang kasus nyata, walaupun Aleia bersama mereka, bukan berarti ia juga menganggap dirinya bisa ikut andil dalam penyelesaian kasus ini. "Om serius nanya ke Ale? Emang boleh nanti analisa Ale dipake?"

"Ya kalau logis dan masuk akal mungkin bisa om jadiin referensi, apalagi kalau analisamu membantu menyelesaikan kasus ini, pasti om pakai dong"

Semua mata menuju ke satu arah. Mereka semua menunggu kalimat yang akan keluar dari mulut sang calon anggota.

"Ya jangan pada liatin juga kali"

Reflek mereka semua mengalihkan pandangan.

"Dari hasil interogasi orang tuanya, mereka kenapa ngelakuin hal kaya gitu ke anaknya?"

"Karena mereka menganggap anaknya cuma ngabisin uang mereka dengan minta makan" Jawaban cepat dilontarkan Janu, sepertinya ia sudah hafal dengan ratusan lembar dokumen itu.

"Udah berapa lama?"

"Kayanya udah bertahun-tahun, soalnya di sini ditulisnya korban selalu dirantai, dikurung dan jarang dikasih makan, bahkan sampe ngga disekolahin" Anwar kembali memfokuskan pandangannya pada tumpukan kertas di depannya.

"Kalo ini aku ngga bisa terlalu ikut campur, because everyone said every mother has their ways to educate their children. Tapi karena udah termasuk kdrt dan kejahatan yang dia lakukan udah parah banget, aku sih berpaku sama uud nomor 23 tahun 2004 aja om, kalau ngga 5 tahun penjara ya denda 15 juta. I'm not the one who can determine the punishment tho" Aleia bersandar di kursinya, ia paham cukup sampai sini kontribusinya untuk membantu memecahkan kasus ini. Aleia tau, untuk saat ini dia bukan siapa-siapa di tim.

"Great. That's a clean analysis, thank you Le" Raka mengelus pucuk kepala Aleia pelan, lalu kembali menghadap rekan timnya. "Kita ajukan sesuai UUD Nomor 23 Tahun 2004, selebihnya di tangan jaksa. Clear ya?"

Dengan serentak mereka menjawabnya dengan anggukan.

"Oke om kalo gitu aku ke kafe depan ya. Om Raka, Bang Anwar americano, Pak Kamal original greentea, Bang Ray strawberry milkshake frappe, Janu latte, kan?" Aleia beranjak dari duduknya sembari mengabsen pesanan yang sudah ia hafal di luar kepala.

"Neng, Bang Anwar makin cinta deh kalo gini"

"Oke, minus strawberry milkshake frappe, aku jalan dulu om" Aleia kemudian segera pergi, mengabaikan Anwar yang mulai merengek meminta maaf.

"War, konsumsi yang gula-gula mulu bahaya"

"Yeh boss sama aja kafein juga mah"

                                                                                             ...



source foto: https://id.pinterest.com/pin/2674081023314449/

Titik KomaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang