Aleia sibuk memandangi lalu lintas yang cukup padat untuk suasana sore hari di hari kerja. Kotanya itu cukup indah jika dipandangi lama-lama. Jalan raya yang tertata rapi, walau sedikit macet tetap enak dipandang dari lantai 3. Gedung-gedung pencakar langit yang berlomba untuk menjadi siapa yang paling tinggi juga sebenarnya indah, apalagi kalau dilihat pada malam hari.
Lamunannya terhenti karena pesanannya sudah siap diambil. Aleia segera mengambil dua bungkus coklat itu dan berjalan keluar kafe. Negara ini sudah resmi melepas masa pandemi, tapi karena memang ia tak suka jika wajahnya terbuka dengan jelas, Aleia tetap memakai masker ke mana pun ia pergi.
Aleia sedikit melirik ke arah jam tangannya, baru 20 menit sejak ia meninggalkan markas.
Paling masih laporan, gumamnya.
Akhirnya, perempuan berkemeja navy yang tangannya penuh dengan paperbag coklat itu memutuskan untuk duduk sebentar di bangku pinggir jalan. Ia membuka sebelah pengait maskernya untuk sedikit menyeruput minuman yang tadi ia pesan untuk dirinya.
Setelah beberapa kali menghela napas panjang, Aleia pun beranjak dari sana dan kembali berjalan menuju markas.
Ia tak menyadari bahwa ada sepasang mata yang mengikutinya sejak ia keluar dari kafe.
"Misi mba" Suara ber-tone sangat rendah sayup terdengar di telinga kanan Aleia. Reflek, ia pun menoleh.
"Eh iya, ada apa mas?"
"Ini kayanya punya mbaknya, ketinggalan di bangku situ" Pria yang suaranya Aleia anggap mirip salah satu anggota boyband Stray Kids itu menyodorkan bungkusan coklat.
Aleia sedikit mengerjap, bukan karena ia baru sadar bahwa ia lupa membawa kembali pesanan om dan rekan-rekannya, melainkan ia sangat terpana dengan suara pria yang sekarang berdiri kaku menyodorkan sebungkus minuman dan sudah terhitung satu menit Aleia tak kunjung mengambilnya.
"Mba?"
"Eh iya mas, maaf ngerepotin, makasih ya" Aleia meninggalkan pria itu dan segera kembali ke markas, ia tak sabar memeberi tahu pamannya barusan ia bertemu cowok yang suaranya sangat mirip idolanya.
Belum sempat langkah Aleia bergerak, pria tersebut malah menghalangi jalannya.
"Mba, kerja di markas ini? Saya sering liat mbanya keluar-masuk soalnya" Tanya pria itu sembari menunjuk kea rah markas Om Raka.
"Eh, ngga mas, saya cuma suka nyamperin kenalan aja, nih" Aleia mengangkat kedua tangannya. Ia tahu, pria ini suka nebeng di depan markas, siapa lagi kalau bukan reporter atau jurnalis. Ya kalau bukan antara itu, Aleia yakin ini cowok aneh yang cuma kepo sama isi markas. "Misi mas"
...
source foto: https://id.pinterest.com/pin/3799980927362892/
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Koma
RomanceAleia Karuna Sankara, tak pernah sekali pun ia berpikir akan menjadi seorang anggota reserse kriminal. Impiannya berubah semenjak 7 tahun yang lalu. Edgar Abimanyu, seorang reporter yang terlihat mencoba mendekati Aleia hanya untuk mendapat berita...