special epilogue

750 53 11
                                    

Jaehyun mengira jika ia tidak akan bisa hidup tanpa Jaemin, dan itu memang benar adanya. Ia merasa sudah tak memiliki gairah lagi untuknya hidup, seolah lupa dengan putri dan istrinya yang telah berada di sisinya selama ini.

Lagi, kembali ia langkahkan kakinya ke dalam sebuah hamparan rumput luas di sana, dimana terdapat gundukan tanah tinggi di tengahnya.

Jaehyun duduk bersimpuh di depan gundukan itu, lalu menangis.

Berkali kali ia pukul dadanya sendiri, sungguh ini sangat menyakiti nya terlampau sangat dalam, rasanya sangat sakit mengetahui pujaan hatinya telah pergi meninggalkan dirinya untuk selama lamanya.

Jika saja waktu dapat di putar kembali, Jaehyun tak akan melakukan hal bodoh untuk menenangkan hatinya, membohongi Putra Mahkota nya jika mereka adalah sepasang kekasih yang kabur dari keluarga mereka demi bisa hidup bersama.

Jika waktu dapat di putar kembali, Jaehyun akan segera membawa Putra Mahkota nya kembali setelah ia sadar dari tidurnya, lalu menyimpan perasaan menyimpang nya itu dalam dalam.

Karena dengan itu setidaknya ia masih dapat di sisi Putra Mahkota nya lebih lama.

Walaupun tidak bisa mendekap dan menyentuh tanpa rasa takut, tetapi ia masih bisa berdiri lima langkah di belakangnya, dan dia bisa terus berada di sisi Putra Mahkota nya kemanapun dia berada.

Dan poin utamanya, ia tidak akan kehilangan Putra Mahkota dengan penyesalan yang teramat dalam dan menyakitkan seperti sekarang.

Jaehyun menyandarkan kepalanya pada sisi gundukan itu, dia masih menangis disana tetapi tidak sebanyak tadi.

Tangannya ia bawa untuk menyentuh gundukan itu, lalu mengusapnya seolah olah itu adalah punggung tangan tuannya.

Ia hembuskan nafasnya, lalu memejamkan matanya, rasanya sangat lelah hingga ia merasa ingin tidur lebih lama.

Sudah cukup lama hingga rasanya Jaehyun ingin segera membuka kelopak matanya, tetapi sesaat setelah ia berhasil membuka matanya—rasa pusing tiba tiba saja menyerang, Jaehyun duduk— tangannya ia bawa untuk memijat kepalanya sendiri.

Apakah terlalu lama ia tertidur hingga kepalanya berdenyut nyeri.

"Hyung!."

Jaehyun terbelalak kala suara nyaring mengalihkan atensinya, belum sempat ia mencerna—tubuhnya sudah lebih dulu di rengkuh, lalu di susul dengan suara isakan setelahnya.

"Syukurlah...,"

"Ku pikir aku akan kehilanganmu Hyung...,"

Jaehyun masih terpaku, matanya bergulir ke penjuru arah, tempat ini? dimana dia? lalu matanya menatap kedua tangannya, dimana di salah satu tangan itu terdapat selang infus menancap disana.

"Hyung syukurlah kau selamat...,"

Hingga tiba tiba segala ingatan itu merasukinya, semuanya—entah itu saat kedua nya masih memakai pakaian tradisional hingga pakaian modern seperti sekarang.

Apakah doanya di kabulkan? Maka Jaehyun harus memastikannya apakah lelaki yang memeluknya itu sama seperti yang ada dalam setiap doanya.

"J-jae—min?."

"Iya Hyung? Apa ada yang sakit? Di sebelah mana? Aku akan memanggil dokter kalau begitu, tunggu sebentar."

Jaemin hendak beranjak sebelum tangan besar itu menahannya terlebih dahulu.

"Tidak— tetaplah disini, tetap bersamaku...,"

Jaemin bingung, tapi ia hanya menurut dan kembali masuk dalam pelukan saat lelaki lebih tua darinya saat dia merentangkan sedikit tangannya.

Sunshine In The Rain | 2jae [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang