Ada hari dimana untuk pertama kalinya Jaemin memiliki teman bermain, dia berumur 7 tahun saat itu saat dimana seumur hidupnya dia bahkan tidak memiliki teman bermainnya.
Mungkin orang lain mengira bahwa seorang Putra Mahkota mustahil tak memiliki seorang teman, tapi kemustahilan itu tak berlaku untuknya.
Tidak ada yang mau bermain dengannya, alasannya adalah karena mereka takut dengannya, dan juga dia bukan seorang yang mudah dalam bergaul, selain itu dia juga seorang yang lebih suka menghabiskan waktunya sendirian.
Akan tetapi saat seorang anak laki laki memasuki ruang belajarnya, dia tidak bisa untuk tidak senang akan hal itu. Ayahnya tau bahwa dia tidak memiliki teman, oleh karena itu ayahnya memberinya seorang teman belajar yang juga akan menjadi teman mainnya.
"Saya putra dari Menteri Pertahanan Negara, nama saya Jung Jaehyun, salam untuk rembulan Joseon Yang Mulia Putra Mahkota."
Begitulah lelaki itu memperkenalkan diri kepadanya, dan Jaemin menerimanya dengan senang hati karena bagaimana pun dia sangat menginginkan seorang teman di hidupnya.
"Yang Mulia tolong makanlah perlahan, saya akan mengambilkan untuk anda lagi nanti."
Jaehyun merasa ngeri saat melihat putra mahkota yang memakan buah mangga pemberiannya dengan rakus, bukan apa apa tapi dia takut jika Putra Mahkota tersedak daging mangga yang ia lahap besar besar.
Dan pada akhirnya ketakutan itu menjadi kenyataan, karena setelah potongan terakhir itu masuk ke dalam mulut Putra Mahkota, setelah menelan daging mangga yang belum sepenuhnya halus terkunyah itu malah mengganjal di tenggorokannya.
"Sudah saya bilang untuk makan secara perlahan lahan, kenapa anda keras kepala sekali?,"
Omelan pertama yang ia lontarkan dengan berani untuk Putra Mahkota, dan setelah itu pertemanan mereka semakin erat, walaupun ada satu orang lagi yang merasa cemburu akan kedekatan mereka, karena pada dasarnya bukan hanya Jaehyun yang memperkenalkan dirinya pada hari itu, ada satu orang lagi—yang mana keberadaan nya tak terlalu di hiraukan oleh Putra Mahkota.
"Putraku, apa kau bersenang senang dengan teman temanmu?,"
"Ya Ayahanda, terutama aku sangat menyukai anak ini!," Jaemin menggandeng tangan Jaehyun, menunjukkan bahwa lelaki ini yang sangat ia sukai sebagai teman bermainnya.
Tidak tahukah bahwa kalimat sederhana itu menyakiti hati seorang anak lainnya, yang hanya bisa menatap sendu mereka dari belakang, karena tidak ada tempat sedikitpun untuknya di samping Putra Mahkota.
"Hamba putra dari Menteri Aparatur Negara, nama hamba Seo Haechan Yang Mulia Raja."
⭑ ๋࣭ ୨🌸୧ ๋࣭ ⭑
Ini sudah berlalu cukup lama hingga Putra Mahkota berumur 9 tahun sekarang, walaupun kini keduanya sudah tidak banyak bermain seperti dulu akan tetapi Jaehyun tetap menemuinya, entah itu mengajaknya berjalan jalan di istana atau membawakannya berbagai macam makanan manis yang tidak bisa dia dapat di istana.
Jaehyun datang ke istana hari ini, setelah dua pekan dia tidak bertemu dengan Putra Mahkota dia memutuskan untuk datang dengan membawa oleh oleh yang dia beli saat berlibur dengan keluarganya.
"Woahh bukankah ini makanan yang dibilang sangat langka itu? Bagaimana kau bisa mendapatkan nya?!,"
Jaemin senangnya bukan main saat melihat berbagai jenis makanan manis yang di bawa oleh Jaehyun, bahkan mulutnya kini sudah penuh akan makanan hingga menggembung sangat besar.
"Yang Mulia makanlah perlahan, tidak akan ada yang merebut nya."
Tapi Jaemin tak menghiraukan ucapan Jaehyun karena makanan ini sangat sayang untuk di lewatkan begitu saja, maka di habiskan waktu Jaehyun hanya untuk melihat Putra Mahkota menghabiskan makanan yang ia bawa.
"Jaehyun Hyung terimakasih untuk oleh olehnya, aku sangat menyukainya terlebih buah yang berwarna merah tadi."
Jaehyun mengangguk, lantas mengulum senyum saat melihat binar kebahagiaan yang terpancar dari kedua bola mata sejernih kristal itu.
Namun sayangnya waktu telah berlalu sangat cepat hingga waktu nya untuk pulang datang, ia segera berpamitan dengan Putra Mahkota karena sebentar lagi Putra Mahkota akan melanjutkan jam belajarnya.
Chupp..
Akan tetapi sedetik sebelum ia membalikkan tubuhnya setelah membungkukkan kepalanya memberi salam, kecupan singkat mendarat di pipinya, dan dia masih berdiri diam di tempatnya walaupun sang pelaku telah berlari sekencang mungkin menjauh darinya.
Jaehyun menyentuh pipinya lalu beralih menyentuh dadanya, itu berdetak sangat kencang dan juga dia merasa bahwa wajahnya memanas entah kenapa.
Saat itu dirinya masih sangat kecil untuk mengerti apa itu cinta, dan masih sangat muda untuk mengetahui bagaimana perasaan yang menyimpang itu sudah ada pada dirinya.
"Jadi kau akan meninggalkan ku, begitu?," Ada binar kekecewaan dimata Putra Mahkota saat mengetahui bahwa teman bermainnya itu akan melanjutkan belajarnya di negeri lain, yang cukup jauh dari sini.
Jaehyun sudah berumur 12 tahun saat itu dan dia di perintahkan untuk melanjutkan belajarnya di negeri tirai bambu oleh ayahnya. Walaupun ketidak relaan itu ada dalam hatinya tapi dia tidak bisa menolak permintaan ayahnya yang mana itu adalah hal yang baik dan berguna untuknya dimasa depan.
"Maafkan saya, tapi kata ayah ini demi masa depan saya Yang Mulia."
Bukan hanya Jaemin yang merasa buruk, tapi Jaehyun lebih merasa buruk dari yang dia tunjukkan sekarang, akan tetapi dia tak mau untuk menunjukkan hal itu pada Putra Mahkota, karena dia ingin menghabiskan waktu terakhirnya hanya di penuhi tawa bersama Putra Mahkota nya.
Jaehyun memasangkan sebuah cincin di jari telunjuk Jaemin, cincin giok berwarna biru itu sangat cocok di pasangkan di jari Putra Mahkota sesuai dengan apa yang ia pikirkan saat membelinya, walaupun dia membelinya dengan mencuri uang ibunya—dia bersyukur karena bisa memberikan sesuatu untuk sang Putra Mahkota sebelum benar benar pergi untuk menempuh belajarnya yang memakan waktu cukup lama.
"Suatu hari jika aku kembali lagi kesini, aku akan memberi mu cincin yang lebih indah dari ini."
Dan Jaemin menangis karena kalimat itu, dimana kalimat itu yang meyakinkan dirinya bahwa Jaehyun benar benar akan pergi meninggalkan nya sendirian di tempat yang membosankan ini seumur hidupnya.
"Berjanjilah untuk kembali."
"Iya aku berjanji."
Keduanya berdiri saling berhadapan, dan Jaehyun tak berani barang untuk memeluk Putra Mahkota yang menangis, ia hanya bisa menahan air matanya yang akan jatuh sambil melihat langit yang nampaknya mulai mendung.
"Aku akan membunuhmu jika kau ingkar." Ucap Jaemin dengan suara serak khas menangis, tangannya mengusap cincin giok berwarna biru yang terpasang dengan apik di jarinya.
TBC.
⭑ ๋࣭ ୨🌸୧ ๋࣭ ⭑Vote komen biar author bahagia
Makasih buat teman teman yang udah vote dan kasih ulasan di chapter sebelumnya, aku terharu dan juga jadi lebih PD sama tulisan aku sendiri.
Aku akan belajar sebaik mungkin supaya kalian nggk kecewa sama tulisanku, terimakasih.
Btw kenapa chap 4 yang baca lebih banyak dari chap 3 ya?? Apa chapter 3 nya ada yang nggk muncul di tempat kalian?.
Visualisasi cincinnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine In The Rain | 2jae [END]
أدب تاريخي𝙸𝚗𝚒 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚒𝚜𝚊𝚑 𝚔𝚕𝚊𝚜𝚒𝚔 𝚝𝚎𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚎𝚗𝚐𝚊𝚠𝚊𝚕 𝚙𝚛𝚒𝚋𝚊𝚍𝚒 𝙿𝚞𝚝𝚛𝚊 𝙼𝚊𝚑𝚔𝚘𝚝𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊𝚒 𝚝𝚞𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊. bxb Romance kingdom #1 2jae » 24/09/24