bab 32

90 3 0
                                    

Selamat membaca

typo tandai


suasana malam ini cukup hening, suara hewan malam menemani keluarga yang tengah di landa kekhawatiran.

Regi saat ini sedang berada di rumahnya, dia izin libur dari kerjanya malam ini pada devano sebab sakit ibunya kembali kambuh.

beberapa hari kemarin dia tidak membelikan ibunya obat, hal itu di karenakan ke dua adiknya yang berada di sekolah dasar dan menengah pertama sedang membutuhkan biaya lebih.

akibatnya sekarang penyakit sang ibu kambuh karena tidak di obati.

rencananya malam ini dia akan mencari uang dengan cara yang termudah, mengikuti teman berandalan nya yang ada di kampung ini, tadi siang dia di ajak untuk membegal di jalan sepi.

andai saja tidak terpaksa dia tidak ingin menggali dosa seperti ini.

"ABANG.. " teriakan sang adik membuyarkan lamunannya.

"ada apa dek? " sahut Regi setengah berlari menghampiri sang adik.

"ibu hiks... Hiks... Hiks... ibu, bang ibu bang hiks... " anisa adik pertamanya terisak melihat tubuh sang ibu kejang-kejang.

"I-ibu, ibu kita ke rumah sakit sekarang bu. " ucap Regi tergagap.

jantungnya terasa berhenti, airmata mengalir deras hatinya sakit, takut kehilangan lagi.

"Devano, devano. " ucapnya sambil menangis, menatap sahabatnya yang baru datang.

"ayo bawa ibu." ucap devano singkat, tangannya ikut menggapai tubuh lemah itu dan mengangkatnya menuju mobil yang terparkir diluar.

anisa jaga adik adiknya ya kaka dan abangmu pergi dulu. " ujar devano mengelus kepala adik dari sahabatnya pelan.

"hati hati bang. " ucap anisa sedih, kedua adiknya sudah menangis sesegukan.

mobil itu berangkat menuju ke rumah sakit bakti sehat dengan kecepatan sedikit tinggi.

"Dev." ucap Regi singkat hatinya ragu.

"diem dulu bentar lagi nyampe." ucap devano terdengar acuh, namun Regi tau devano juga sedang khawatir.

sampai di rumah sakit ibu Regi langsung mendapat penanganan di ruang UGD, mereka kini menunggu dengan cemas.

Devano hanya diam sambil mengotak atik ponselnya, sementara Regi merasa suasana sekarang ini benar-benar tidak enak untuknya.

"Devano, Mmm makasih. " ucapnya memulai pembicaraan.

"kenapa lo gak bilang. " ucap devano menatap lekat Regi.

"gue malu. " ucapnya menunduk.

"kenapa? " sahut devano bingung.

"gue sering ngerepotin lo. " timpalnya.

"lo tau, gue lebih baik di manfaatin kaya gini daripada jadi orang bego karena gak tau apa apa." sahut devano tajam.

"Maaf." ucap Regi pelan.

dia tau kalau sahabatnya ini telah bicara seperti itu, itu tanda nya devano benar-benar marah.

gue keluar dulu." ucap devano pelan, tangannya menepuk bahu Regi lembut.

.

"Maafin gue dev. " gumam Regi pelan.

diluar devano menarik nafas dalam, membuangnya kasar lalu dia pergi sedikit jauh untuk mencari makanan untuknya dan Regi.

dia juga tidak lupa mengabari wahyu untuk membungkus makanan dari kafe, untuk di kirimkan ke rumah Regi karena dia yakin ke tiga adik sahabatnya itu belum makan malam.

DEVANO HANGGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang