siapa yang bicara?

1.4K 95 6
                                    

Di sini Adrian berada, tepatnya di sebuah jalanan yang di penuhi jajanan pedagang berkaki lima, saat di tengah aksi kabur kuburannya dri mansion, Adrian berhenti di sana Karena merasakan lapar di perutnya.

Dan segera Adrian berhenti ke tempat orang yang berjualan bakso.

" Mang bakso nya satu porsi,sama es teh anget satu yah!," ucap Adrian sedikit berteriak,

," sip atuh den, - eh," seakan tersadar mamang yang berjualan bakso itu menoleh ke Adrian dengan wajah bingung.

"Es teh anget gak ada den, yang ada cuma esteh sama teh anget," jelas mamang itu

Adrian, hanya tertawa melihat kebingungan orang di depannya.

" Yaudh es teh nya satu mang," ujarnya kembali

"Siap den, tunggu sebentar yah,"

Sembari menunggu bakso pesanannya jadi Adrian memilih membuka ponselnya, karena ingin mengerjakan sesuatu,

Di tengah kesibukan itu tiba tiba terdengar suara beberapa orang, Adrian yang bingung lantas celingak celinguk untuk mencari siapa pemilik suara yang terus terusan memanggil namanya.

" Den ini pesanan nya, "

" Oh iya makasih ya mang," ucap Adrian ramah.

Saat ingin memakan baksonya tiba tiba,

" Adrian Vincensius Alexander, "

"Adrian ~"

"Kitten~,"

"Baby boy,"

"Siapa?," ucap Adrian di dlm hati, jika saja berucap dgn suara yang lantang Adrian akan di kira gila karena bicara sendiri.

" Khekhekh"

"Uhh dia kebingungan,"

Adrian yang menunggu jawaban menjadi keasl karena tak ada yang menjawabnya.

"Kau akan tau, suatu saat nanti, dan tak akan ada yang bisa melukaimu lagi. Kami akan menjagamu apapun caranya, kami menyayangimu," ucap mereka bersamaan.

Adrian yang mendengar suara lebih Dru satu di kepalanya meringis pusing, bertepatan dengan itu ada seseorang yang memegang pundaknya, membuat Adrian sepontan berdiri dan bersiap membanting pemilik tangn itu.

"Hei!, tunggu!, aishhh," cegah remaja itu.

" Lo kenapa sih, baru juga di pegang dikit mau banting orang aja, Lo kira gue bola basket apa di banting ke lantai," ujar pemuda itu dengan julid.

Adrian merotasikan matanya malas, siapa orang di depannya ini sksd sekali. Pikirnya

" Siapa?," tanya Adrian

" Lo GK kenal gue? Wah parahhh, kita padhl udh tiga tahun sekelas, tapi Lo malah lupain gue gitu aja, hikss,,, hati dedek sakit mas," ucapnya mendramatis

Adrian hanya menatap jijik ke arah pemuda di depannya. Sembari duduk kembali.

" Gak penting ," ucapnya malas.

Pemuda itu seketika memegang tangan Adrian, ee- seperti anak kecil yang tak mendapat apa yang ia mau.

Dan Adrian berusaha melepas tangan pemuda itu,

" Jadi gini ya, Anggara Bramasta kita itu temen sekelas, dan udh tiga tahun loh, walaupun gue bosan liat wajah Lo yang gitu" aja sih," ucap pemuda itu

Adrian hanya menatap malas, sembari melipat kedua tangannya di atas meja dan menelungkup kan kepalanya di lipatan tangannya itu.

" Gara Lo tidur?, Jangn elah, gue bosan, heyy," ucap pemuda itu, sembari menggoyang goyangkan badan ian dengan tidak santainya. Membuat Ian kesal karena kepalanya yang pusing menjadi semakin pusing

" Lo bisa diam gak !?, gue pusing anjg!," ucap Ian dengan sedikit bentakan

" Ehehehe, maaf bro, yaudh kenalin gue alvino Abimanyu, bisa di panggil vino ganteng," ucap vino memperkenalkan diri .

Adrian memandang vino aneh, narsis sekali pemuda di depannya ini. Namun Ian memilih tetap diam dan berdiri dari duduknya dan segera pergi Dari sana menggunakan motor sport kesayangnya, menuju suatu tempat.

Yang pasti tempat itu hanya di ketahui oleh Adrian saja. 

Tanpa Ian sadari, sedari tadi ada yang terus mengawasi pergerakannya.

" Lapor tuan, tuan muda sudah pergi dari tempat itu dan menuju ke tempat selanjutnya.,"

"Terus awasi dia, Jangn sampai dia lepas dari pengawasan kalian atau kalian akan menerima akibatnya," ucap orang di sebrang telepon.

" Baik tuan,"

Lalu sambungan telepon itu pun terputus.

Di sebrang telepon terlihat seorang pria paruh baya, yang sudah berkepala empat, namun hal itu tak membuat kadar ketampanan pria paruh baya itu luntur, malahn terlihat semakin tampan dan berwibawa.

Paruh baya itu mengelus sebuah foto, di sana terdapat seorang anak kecil yang tersenyum menatap kamera, dengan yang berbentuk piec.

" Maafkan ayah nak, tapi kau salah karena mencoba melarikan diri dariku, dan kita lihat apakah kau bisa bertahan di luar atau memilih kembali ke rumah, hemm,"

Dan setelah itu paruh baya itu meletakkan foto itu di mejanya dan kembali mengerjakan dokumen yang sudah menumpuk dengan tenang

T

B

C

Hati hati, banyak typo di cerita ini
And semoga hari kalian menyenangkan, dan tetap semangat 😁

Next chapter?
Jangan Lupa tekan bintang di pojok kiri ya.
Jangn jadi reader bayangan😉

Transmigrasi BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang