akhir dan awal

3.6K 218 6
                                    

Srek...

Srek...

Srek...

Terdengar suara langkah kaki yang di seret, dan gresakan dari daun-daun yang jatuh berguguran di tanah.

" Berhenti!, jika tidak akan kami tembak!.," gertakan dari segerombolan orang, yang berada di belakang pemuda itu.

'sialan, apa yang diinginkan tua Bangka itu. Jika sudah begini tak ada jalan lain,' batin pemuda itu menggerutu

Di saat pemuda itu berusaha berlari dari kejaran segerombolan orang Yang ada di belakang nya, ia tak menyadari jika ada jurang di depannya.

Hingga pada akhirnya ia berhenti seketika.

" Tuan muda, ayo kembali. Tuan besar sudah menunggu mu," ucap salah satu dari segerombolan itu, bisa di lihat dia adalah pimpinan mereka.

" Aku tidak mau, jika kalian terus memaksa ku Jangan salahkan aku jika aku akan melompat ke jurang ini!," ancam pemuda itu

Mereka yang menyadari bahwa posisi tuan muda mereka berada di pinggir tebing pun, terdiam. Keringat dingin mengalir di pelipis mereka, jika terjadi sesuatu pada tuan muda di depan mereka ini maka bisa di pastikan nyawa mereka sudah tidak akan lama lagi.

" Tuan muda, ayo kesini di sana berbahaya. Jika tuan muda bersikeras kami tidak punya pilihan lain,"

Sedangkan pemuda yang di peringatkan itu malah terbawa panik, tak ingin kembali ke mansion, jika ia kembali bisa di pastikan akan mendapat hukuman dari ayahnya. Yang sayangnya tak tanggung tanggung dalam menghukumnya.

Karena terlampau panik anak itu tak sengaja menginjak batu kerikil hingga membuatnya jatuh dari tebing.

' Tuan muda!!!, '

'hanya sampai sini ya? , gpp juga sih. Itu lebih baik dri pada gue harus terkekang dengan segala aturan tua Bangka sialan itu.' dan pemuda itu perlahan menutup matanya ketika merasakan badannya terhempas sangat keras ke dasar, rasa nya sangat menyakitkan.

Di sisi lain, seorang pemuda yang sedang memakan makanannya dengan tenang kini merasakan rasa sesak yang amat menyiksa menghantam dadanya, rasanya ingin bernafas saja begitu menyakitkan.

' sakit, rasanya sangat menyakitkan...
Seakan-akan jantungku di remuk kan dengan paksa, akh!,,, hah.. bahkan di saat begini mereka tidak melihatku'. Dan pemuda itu menutup matanya, membiarkan rasa sakit menggerogoti tubuhnya, namun sayang nya perasaan sakit ketika tidak ada keluarga di saat - saat terakhirnya lebih dominan.

🪐🪐🪐🪐🪐🪐

Kini latar pun beralih ke sebuah Padang tandus, tidak ada tumbuhan, pohon maupun air di sana. Hanya ada pasir yang gersang

Tak jauh dari sana terlihat dua orang remaja laki laki sedang bermain, ahh- tidak hanya satu yang bermain satunya lagi memilih merebahkan badannya di sana menikmati kehangatan dari sinar matahari dan angin yang berhembus dengan pelan.

" Bang Ian, ayo main sama gara." Bujuk remaja itu kepada remaja yang ia panggil dengan nama Ian.

Ian hanya memandang wajah gara yang cemberut," seperti bebek," ucapnya.

Melihat gara yang semakin cemberut membuat Ian terkekeh pelan, sebenarnya gara tidak mirip seperti bebek, malahn terlihat lucu di matanya. Bibir yang di majukan beberapa Senti mata besar serta wajah yang chabi terlihat sangat memanjakan mata dan tidak bosan jika terus di pandang.

Hais, jika seperti ini Ian tak ada pilihan lain selain membujuk gara agar tidak marah lagi kepadanya.

Dengan pandangan mata Ian menyuruh gara mendekat ke arahnya, gara? Hanya menuruti kakak tampannya saja.

" Kenapa hm?, " tanya Ian.

" Mau main, tapi abng gak mau main sama gara," ucapnya dengan mata yang terlihat berkaca- kaca.

Ian yang tak bisa menahan gemas lebih lama pun hanya bisa menggeram dan menggigit pipi dalam nya, sembari tangannya ia angkat untuk mengusap mata gara yang mengeluarkan sedikit air mata.

" Jangn nagis, gue gak suka anak cengeng," ucapnya kala melihat gara semakin menitikkan air mata.

Sontak saja, ucapan dari Ian itu membuat gara sedikit terperanjat, dan segera menghapus air matanya dengan terburu-buru.

" Gara bukan anak cengeng," ucapnya

Ian hanya mengangguk kemudian kembali serius.

" Jadi kenapa Lo bawa gue kesini?,"

Pertanyaan Ian yang tiba tiba tentu saja membuat gara gugup, apalagi tatapan malas Ian dengan kilatan dingin terlihat agak menyeramkan baginya

" Oky, sekarang gue mau bicara serius. Adrian Vinsensius Alexander, gue mau Lo nempatin raga gue, dan jaga keluarga besar gue."
Ucap gara tiba tiba.

'aneh tadinya panggil abang, panggilannya juga aku- kamu. Sekarng?, agak lain nih bocah.'

" Apa keuntungannya?, ingat gara gue gk akan mau kalau GK ada perjanjian menarik dari Lo." Balas Ian

" Ada atau enggk nya perjanjian, Lo tetap bakal berada di raga gue, karena belum saatnya Lo pergi dari dunia. Jadi nikmati kehidupan baru Lo, ingat Jangn pikir macem macem sama tubuh gue dan tentang ingatan gue, bakal Lo dapatin ketika Lo udah sadar nanti.

Dada bang Ian, maaf kalau gue agak pemaksa hehe, dan semoga Lo bahagia," ucap gara dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.

'dasar bocah ingusan, Lo gak tau apa-apa tentang gue dan dengan seenak jidatnya Lo. nyuruh gue nikmatin kehidupan di raga Lo dan bahagia?  Halah blushit! dan
masalah keluarga Lo... Kita lihat saja nanti,'
Batin Ian kesal, dan tak lama pandangannya memburam.

Sebelum kesadarannya menghilang dia melihat gara menggumam kan kata ,
" maaf dan terimakasih". Lalu semuanya gelap...








Halo semua!...
Ini cerita karangan ya, jadi Jangn di anggap serius. Dan jika ada typo atau pun salah kata tolong di maafkan.
Saya bakal update setiap hari Jum'at, kalau rame mungkin bkl ada perubahan dalam update bisa jadi dalam seminggu update 2x  .
Yaudh segitu aja...

Jangan lupa votmen yaa, arigatouu.

Transmigrasi BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang