ᯓᡣ𐭩 HAPPY READING ᡣ𐭩ᯓ
Zissel masuk ke dalam tenda yang sudah di bagikan oleh anggota osis. Lokasi tenda Zissel berada paling depan, jadi tidak perlu waktu lama untuk menemukan tendanya.
Masing-masing tenda diisi oleh tiga murid. Zissel akan satu tenda dengan dua murid yang tidak ia kenal. Mungkin juga mereka tidak menyukainya.
Selama ini banyak murid yang terang-terangan membenci Zissel. Hanya teman sekelasnya yang baik padanya. Zissel senang punya teman seperti mereka yang tulus mau berteman dengannya.
'Ck! Coba aja teman sekelas gue ada, pasti gue gak sebosan ini.' Batin Zissel.
"Kenapa harus si pengacau ini sih yang jadi teman satu tenda kita?!" Sinis Sana—murid kelas XI-D.
"Iya, kesel gue." Saut Joy—murid kelas XI-C. Mereka berdua baru akrab satu jam yang lalu, setelah pembagian tenda.
Zissel hanya cuek dan memilih langsung menaruh kopernya. Ia juga tidak suka berbagi tenda dengan orang yang memusuhinya. Mereka membuat mood Zissel bertambah buruk.
"Yak! Itu tempat gue!" Pekik Joy saat Zissel berbaring disisi bagian kiri tenda.
"Disini nggak ada tulisan kalau ini tempat lo." Jawab Zissel cuek.
"Gue yang lebih dulu nempati tempat itu! Lo tuh cocoknya tidur di bawah kaki gue." Jawab Joy yang tidak terima dan malah merendahkan Zissel.
"Lo aja yang tidur di kaki gue." Balas Zissel tak mau kalah. Ia menutup telinganya dengan bantal.
"Brengsek! Dasar murahan!" Maki Joy tidak tahan. Zissel hanya diam karena tidak suka berdebat dengan orang tidak penting. Badannya juga sudah mulai lelah. Jadi lebih baik ia tidur.
Baru saja Zissel tertidur, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang dingin menyerang tubuhnya. Ia membuka mata, dan mendapati teman satu tendanya sedang menertawai dirinya.
Sana dan Joy menyiram Zissel menggunakan air kotor.
Rahang Zissel mengeras. Tanpa menunggu lama, ia keluar tenda dan kembali dengan seember air yang sudah dicampur tanah, lalu dilemparkan ke Joy dan Sana.
Zissel tertawa puas melihat ekspresi terkejut dua gadis itu. Siapa suruh cari gara-gara dengan Zissel.
Rasakan! Zissel itu bukan perempuan yang bisa di bully.
"Sialan! Lo apa-apaan sih brengsek?! Lo berani sama kita?" Pekik Joy sampai murid-murid di sebelah tenda mereka ikut mendengar.
Zissel tertawa mengejek ke arah Joy dan Sana.
"Kenapa gue harus takut?"Mendengar jawaban menyebalkan itu, Joy semakin murka. Ia balik menyerang dengan menjambak rambut Zissel dibantu oleh Sana.
Zissel pun tidak tinggal diam. Ia membalas dua gadis itu.
Mereka saling cakar dan jambak, membuat murid lain berdatangan ke tenda mereka. Beberapa murid hanya menonton. Ada yang ingin melerai tapi takut ikut kena jambak.
"Joy, Sana, Zissel, berhenti!" Pekik Tanisha di depan tenda.
Tanisha hanya berteriak tanpa mau mendekat. Ia tidak mendekat karena takut terkena cakaran. Ia tidak mau kulitnya lecet.
Zissel dan dua gadis itu tidak mendengar. Aksi mereka semakin menjadi-jadi.
Tenda mereka semakin ramai karena kedatangan anggota osis. Di antara mereka ada Juan—si ketua osis. Awalnya ia kaget, namun dengan cepat ia maju untuk melerai.