꧁✿˙Chapter 6˙✿꧂

822 148 42
                                    

"Aw!" Senyum Zissel mendadak hilang karena Vee menoyor kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Aw!" Senyum Zissel mendadak hilang karena Vee menoyor kepalanya.

"Lo kenapa sih, Kak?! Suka banget bikin kesel gue?! Gue ada salah apa sama lo sampe lo kayaknya benci banget sama gue?" Rengut Zissel. Sebelah tangannya mengelus-elus kepalanya.

"Zissel..." Pandangan Zissel beralih ke Juan.

"Lo itu cewek. Sesuai peraturan, cewek dan cowok dilarang tidur satu tenda." Jelas Juan.

"Tapi Kaak, kita kan nggak ngapa-ngapain. Gue malas ih tidur sama dua nenek lampir itu. Gue takut bukan cuma badan gue yang lebam, tapi gigi gue juga rontok. Lagian kenapa tendanya gitu banget sih! Kalau kalian kan, gue udah kenal. Walaupun kalian sedikit nyebelin, nggak apa-apa kok." Ucap Zissel panjang lebar.

Tawa Jimmy meledak. Vee menatap gadis itu takjub karena berandai-andai sesuatu yang konyol.

"Emang tenda lo kenapa?" Tanya Juan ingin tau.

"Jelek! Kecil! Di dalam panas! Mereka juga musuhin gue, Kak! Lihat nih wajah cantik gue jadi lecet dikit. Walaupun luka ini enggak akan mengurangi kecantikan gue, tapi tetap aja." Omel Zissel. "Gue nggak mau satu tenda sama mereka, Kak."

Ketiga pria itu menertawai rasa percaya diri Zissel yang tinggi.

"Kalian mau kan, nerima gue? Mau ya? Gue suka sama suasana tenda ini." Lanjut Zissel dengan wajah ceria sambil menatap tiga pria itu bergantian.

Vee kembali menoyor kepala Zissel, membuat Zissel lagi-lagi menatap pria tampan itu dongkol.

"Veeandra! Lo tuh ya! Ih! Dasar jelek! Wlee..."

"Lo tetap nggak boleh tidur disini." Ucap Vee datar.

"Kenapa?"

"Seperti yang lo bilang ke gue sebelumnya. Kita bukan teman."

"Tapi gue temenan sama mereka. Wle..." Zissel menunjuk Juan dan Jimmy.

"Tenda ini punya gue." Balas Vee dengan senyum mengejek membuat Zissel terdiam.

Beberapa detik kemudian, gadis cantik itu kembali mendapat ide. Ia mendekati Vee, lalu merangkul bahu lebar Vee walau sedikit kesulitan karena pria itu jauh lebih tinggi darinya.

"Yaudah sih, Kak. Gausah pundung gitu. Mulai sekarang, kita teman. Lo kok bisa ganteng banget sih, Kak? Rugi banget gue kalo sampai nolak lo jadi teman gue." Ucap Zissel dengan senyum lebar.

Tanpa sadar Vee ikut tersenyum. Ia merasa gemas dengan Zissel. Tapi itu hanya senyum sesaat, sebelum raut wajahnya kembali datar.

"Rayuan lo nggak mempan!"

Zissel langsung membuang muka sebal,
membuat Vee tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Tapi ia tetap tidak mengizinkan Zissel tidur di tenda mereka. Ia masih waras.

Putih Abu-Abu || VSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang