Zissel sudah berhenti menangis walau tatapan matanya masih terlihat sedih. Tanpa berkata apapun, Veeandra merangkul bahu Zissel, lalu membawa kepala gadis itu bersandar di bahunya.Sekarang Veeandra mengerti, ternyata di balik keceriaan seorang Zissel Avyanna tersimpan banyak luka.
Veeandra menatap Zissel dari samping dengan tangan yang mengusap lembut kepala Zissel—berharap itu bisa membantu menenangkan gadis nakal yang sedang bersedih itu.
"Kak, gue mau ke kafe Kak Gilang." Gumam Zissel. Gumaman itu membuat alis Veeandra mengernyit.
"Ngapain?" Tanya Veeandra.
"Gue mau kerja di sana Kak." Jawab Zissel.
Veeandra membuang napasnya secara kasar—merasa tidak habis pikir dengan Zissel. Kerja? Dasar konyol.
Veeandra meraih lembut kedua bahu Zissel. Dia menegakkan duduknya, lalu menghadap ke arah gadis itu. "Zissel, lo itu masih sekolah. Tugas lo itu belajar, bukan kerja. Paham?" Veeandra berbicara dengan nada yang lembut.
"Tapi, tadi malam gue di terima jadi karyawan Kak Gilang. Lumayan, dapat gaji. Makan pakai uang sendiri enak tau Kak." Ucap Zissel bersemangat. Nada suaranya sudah kembali ceria.
Veeandra melongo. Dia cukup salut dengan perubahan mood Zissel yang berubah cepat.
"Kakak mau kan ngantar gue ke kafe Kak Gilang?" Tanya Zissel dengan wajah yang kembali memelas. Veeandra yang melihat iti jadi gemas sendiri.
Sebenarnya Veeandra ingin menolak, tapi melihat Zissel yang terus merengek akhirnya dia setuju.
Mereka meninggalkan rooftop dengan mood yang sama-sama bagus.
⋆༺𓆩❁𓆪༻⋆
Mobil Veeandra terparkir di depan kafe milik Gilang. Veeandra menatap Zissel yang duduk di sebelah kursi kemudi. Penampilan gadis itu terlihat kacau. Mata yang bengkak, rambut acak-acakan dan seragam yang juga berantakan.
Tangan Veeandra terangkat hendak membantu merapikan penampilan Zissel, namun sebelum tangannya mencapai rambut Zissel, gadis itu sudah lebih dulu membuka pintu mobil, keluar dari mobil dengan terburu-buru, lalu berjalan ke arah kafe dengan sedikit berlari.
Veeandra menutup matanya sejenak. Dia menghela napas keras. Bisa-bisa dia stress menghadapi tingkah Zissel.
"Zissel Avyanna." Gumam Veeandra dengan sudut bibir terangkat. Setelahnya, dia keluar dari mobil—menyusul Zissel masuk ke dalam kafe.
Di dalam kafe, Juan dan Jimmy keheranan saat melihat Zissel yang tiba-tiba muncul dengan penampilan yang berantakan, mata bengkak.
"Hai, Kak Jimmy, Kak Juan." Sapa Zissel ramah lengkap dengan wajah gembiranya. Dia masih berdiri dengan mata yang mulai menatap ke segala arah—mencari keberadaan Gilang.