"Besok yang ngantar Anna ke sekolah, Kakak kan?" Tanya Zissel pada Noah. Saat ini mereka sedang makan malam."Jangan bodoh. Semua orang akan ngenalin gue." Jawab Noah dingin.
"Tapi Kak—
"Jangan maksa."
"Sekali saja, Kak. Please?"
"Gue bilang nggak, ya nggak!" Sentak Noah dengan nada kasar.
"Anna mohon, Kak." Zissel masih memaksa, membuat Noah geram. Pria tampan itu membanting piringnya ke lantai.
Para pelayan ikut terkesiap. Merasa kasihan pada Nona mereka yang menunduk takut. Tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka hanya pelayan. Walaupun Zissel juga majikan di rumah itu, tapi Noah adalah orang yang mengendalikan mereka setelah David.
"Sekali lagi lo maksa, gue kunci lo di gudang!" Ucap Noah dingin sebelum meninggalkan meja makan.
Zissel terdiam. Ia tahu Kakaknya itu tidak pernah main-main dengan ucapannya. Jadi ia memutuskan untuk menyerah dan pergi dari meja makan.
⋆༺𓆩❁𓆪༻⋆
Pagi ini semua murid sudah berkumpul di sekolah dengan bus sekolah yang siap membawa mereka. Dari banyaknya murid yang ikut, hanya Zissel yang terlihat tidak bersemangat. Ekspresi cemberut ia perlihatkan begitu sampai di sekolah.
Bagaimana tidak cemberut? Tidak ada satupun teman sekelasnya yang ikut. Dan Zissel tidak dekat dengan murid dari kelas lain.
Kepala sekolah benar-benar mendorongnya ke neraka kali ini.
'Dasar kepala sekolah nyebelin.' Umpat Zissel dalam hati.
"Hai, Zee."
Jisoo menatap Jimmy yang tiba-tiba berada di depannya dengan senyum manisnya. Entah darimana datangnya pria itu.
'Apaansih, sok akrab banget! Kenalan juga baru semalam. Udah panggil Zee aja.' Batin Zissel.
"Lo baru nyampe?" Tanya Jimmy.
"Mm."
"Ke sana yuk." Zissel mengikuti arah mata Jimmy yang menunjuk tempat Vee dan Juan berdiri. Lalu pandangannya berpindah ke gadis yang tidak jauh dari mereka—Tanisha.
Zissel ingin menolak, tapi tangannya sudah di tarik duluan sama Jimmy.
"Eh, tunggu Kak. Koper gue!" Zissel berbalik, lalu mengambil kopernya yang ketinggalan. Jimmy dengan cepat meraih koper itu dan membantu membawanya.
Zissel bisa melihat banyak murid yang melirik tajam dirinya. Seolah mereka tidak rela koper Zissel dibawa seorang Jimmy.
"Makasih, Kak." Ucap Zissel saat sampai di tempat Vee dan Juan. Jimmy membalas dengan anggukan.