"Juan? Kamu di sini?" Tanya Gilang pada Juan.'Kak Juan? Dia kenal sama pemilik kafe ini?' Batin Zissel mulai gelisah.
Zissel berdeham. Dia harus berhati-hati karena tidak ingin ketahuan sedang berbohong.
"Kak Juan? Kakak kenal Kak Gilang?"
"Gue sepupu bang Gilang." Jawab Juan.
Zissel terbelalak karena terkejut dengan pengakuan Kakak kelasnya itu. Ingin sekali ia kabur dari tempat itu.
"Malam-malam gini, lo ngapain di sini, Zissel?" Tanya Juan sambil melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 21.55
"Juan, kamu kenal dia?" Tanya Gilang sebelum Zissel menjawab pertannyaan Juan.
Juan mengangguk. Zissel ingin memotong perkataan Juan, tapi terlambat.
"Zissel adik kelas gue, Bang." Jawab Juan.
Zissel hanya bisa menarik napas panjang dan
mendesah pasrah.Jawaban Juan membuat Gilang terbelalak. Dia melirik Zissel yang menunduk.
"Benar firasatku. Gadis ini pembohong. Kamu aja yang terlalu cepat percaya, Lang." Ucap Marsya yang menatap Zissel sinis.
Gilang menatap sekeliling kafe. Ternyata karyawa kafe sedang memperhatikan mereka. Dia memberi isyarat pada Juan melalui matanya untuk membawa Zissel ke ruang pribadinya.
Juan mengangguk paham. Dia meraih tangan Zissel—membawa gadis nakal itu ke ruangan pribadi Gilang. Zissel hanya pasrah karena otaknya sudah tidak bisa memikirkan ide lain.
Marsya yang hendak ikut masuk ke ruang pribadi Gilang, di hentikan oleh Gilang.
Marsya semakin kesal. Dia juga ingin memaki gadis pembohong itu.
⋆༺𓆩❁𓆪༻⋆
Veeandra sedang berbaring di atas ranjangnya dengan tatapan menerawang ke langit-langit kamar. Dia tersenyum saat mengingat kejadian lucu di rooftop sekolah tadi siang.
Ting
Suara notifikasi ponselnya menyadarkan Veeandra dari senyum konyolnya. Dia meraih ponsel yang ada di atas nakas, lalu membaca pesan yang ternyata dari Juan.